Header

MINISTRY WITH INTEGRITY - Saduran dari GBI Jl Jend. Gatot Subroto

 

MINISTRY WITH INTEGRITY


Integritas erat kaitannya dengan jati diri/identitaas seseorang. Seluruh aspek kehidupan, baik internal maupun eksternal, berjalan dengan harmonis, tanpa kepalsuan atau kemunafikan. Dengan kata lain, seorang yang berintegritas adalah mereka yang memiliki keselarasan dalam pikiran, perasaan, perbuatan, serta perkataannya. Bagi orang percaya, integritas merupakan satu paket antara kehidupan rohani dengan pelayanan. Jemaat Tuhan senantiasa merindukan pelayan-pelayan yang mempunyai integritas diri untuk menjadi teladan dalam pengabdian dan ketaatan kepada Tuhan.

Tanpa Integritas, pelayanan hanyalah aktivitas keagamaan belaka. Yesus menyebut Tindakan tersebut sebagaimana dilakukan oleh orang Farisi sebagai kemunafikan. Dia tahu bahwa orang Farisi lebih memperhatikan reputasi daripada karakter mereka, dan bahwa bagi mereka pujian manusia lebih mereka sukai dan menarik perhatian daripada perkenanan Allah. Faktanya, tidak akan ada seorang pun yang dapat melayani Tuhan sekaligus bersandiwara’ seperti yang dilakukan orang-orang Farisi.

Pelayanan sesungguhnya adalah sesuatu yang kudus bagi Tuhan, yang tidak sepatutnya dinodai dengan motivasi yang tidak murni seperti mencari keuntungan duniawi, dan akan sukar dilakukan dengan tulus jika didorong oleh motivasi ‘sebagai sekedar sebuah kewajiban, hanya kasih kepada Allah dan sesama manusia yang dapat membuat kita konsisten, tekun dan bertahan dalam pelayanan. Tuhan Menghendaki Setiap Orang Percaya Melayani dengan integritas! Jika kita sudah mengenal kasih karunia Tuhan, pelayanan bukanlah merupakan beban, melainkan sebuah kehormatan.

Rasul Paulus mengingatkan orang percaya dalam Galatia 5:13, “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” Rasul Petrus juga menegaskan bahwa ada sebuah keharusan bagi setiap orang percaya  yang sudah menerima kasih karunia Tuhan diperlengkapi dengan karunia-karunia Rohani untuk melayani, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” (1 Petrus 4:10).”

 

Sama seperti Yesus datang ke dunia dan mengosongkan diri, bukan untuk dilayani, tetapi melayani dengan taat bahkan sampai mati di kayu salib untuk keselamatan dunia (Mat. 20:28; Mark. 10:45; Fil. 2:8), seorang pelayan harus menyiapkan diri untuk membayar harga dalam melayani. Pelayanan sejati senantiasa disertai dengan komitmen, bayar harga serta konsekuensi yang harus berani ditanggung oleh mereka yang rindu dan mau melayani. Bahkan semakin tinggi kedudukan seseorang dalam pelayan, semakin tinggi harga yang harus dibayarnya. Sebuah nasihat yang patut direnungkan adalah "lebih baik Jangan jadi pelayan Tuhan, jika tidak mau bekerja dan melayani orang lain. Apalagi jika hanya ingin menikmati perhatian dari banyak orang bahkan ingin terkenal." Ingatlah, Yesus mengosongkan diri-Nya dan menjadi seorang hamba bagi manusia, Dia datang untuk melayani.

Apa yang harus kita persiapkan untuk melayani Tuhan dan sesama dengan beritegritas? Kita akan melihat contoh dalam Alkitab seorang yang memiliki integritas dalam melayani dalam Kej. 39:1-6 yaitu Yusuf. Ada tiga hal yang Yusuf miliki:  

1.     Takut akan Tuhan

Kejadian 39:1-4 menceritakan tentang yusuf yang sudah tiba di Mesir setelah dijual saudara-saudaranya. Yusuf dibeli oleh Potifar dan menjadi budak untuk melayani di rumahnya. Di rumah Potifar, Yusuf bisa berhasil dalam semua yang dia kerjakkan karena Tuhan menyertainya. Yusuf takut akan Tuhan (Kej. 39:8-9) dan apa saja yang diperbuatnya selalu berhasil (ay. 2). Bukti bahwa Yusuf takut akan Tuhan adalah ia tidak berbuat dosa dan lari dari dosa (ay. 8-10), walaupun ia dibujuk dari hari ke hari oleh istri potifar. Yusuf tetap menjaga kekudusan di hadapan Tuhan, karena ia Takut akan Tuhan dan menghormati kekudusan-Nya. Mereka yang hidup tanpa takut akan Tuhan tidak akan menyadari kehadiran, kasih karunia, dan perlindungan-Nya, tidak demikian dengan Yusuf. Takut akan Tuhan berarti memandang Dia dengan kekaguman dan penghormatan kudus serta menghormati-Nya sebagai Allah karena kemuliaan, kekudusan, keagungan, dan kuasa-Nya yang besar (Maz. 33:8-9). Orang yang takut akan Tuhan pasti diberkati Tuhan. (Maz. 128:4). Ketika kita takut akan TUHAN pasti dalam melayani sesama dengan Tulus hati (Kol. 3:22).

 

2.    Dapat dipercaya (memiliki kredibilitas)

Yusuf dipercaya penuh oleh potifar (Kej. 39:5-6) untuk usaha dan seluruh harta kepunyaannya. Potifar merasa sangat diberkati oleh pelayanan Yusuf, sehingga ia tidak perlu lagi mengerjakan apapun selain untuk makanannya sendiri. Adalah penting sekali bagi kita untuk memiliki kredibilitas dalam melayani Tuhan, sehingga Tuhan akan memakai dan memberkati kita dalam setiap pelayanan yang Tuhan percayakan.   

Setiap kita tentu menyadari bahwa dirinya sebagai orang percaya. Namun yang menjadi pokok pikiran kita hari ini adalah: “Apakah kita juga dapat dipercaya oleh Tuhan?.” Di akhir zaman ini, Tuhan sedang mencari orang-orang yang dapat dipercaya dan setia terhadap tanggung jawab yang dipercayakan-Nya sesuai dengan karunia dan talenta yang ada (1 Kor. 4:2). Kepercayaan akan diberikan kepada orang yang memang benar-benar teruji kualitasnya, punya kedekatan hubungan dengan Tuhan dan terlebih lagi memiliki rasa tanggung jawab terhadap pelayanan. Ketika Tuhan menyuruh musa mengangkat para hakim untuk melayani bangsa Israel orang yang takut akan Tuhan dan dapat dipercaya (Kel. 18:21). Orang yang dapat dipercaya bukan hanya bisa dipakai Tuhan dengan dahsyat, tetapi juga memperoleh buah berkat (Amsal 28:20).

 

3.    Memiliki Sikap dan perilaku yang benar (Kej. 39:6b)

Yusuf bukan hanya elok parasnya, tetapi memiliki sikap yang manis. Sikap inilah yang perlu dimiliki orang percaya dalam melayani, yaitu memiliki sikap yang penuh belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran (Kol. 3:12). Bersikap lemah lembut terhadap semua orang itu penting bagi kita (Titus 3:2).

 

Sikap dan perilaku sama pentingnya dengan kemampuan atau keterampilan. Sikap dan perilaku kita membawa dampak terhadap orang di sekitar kita, dan dampak itu bisa langsung diamati atau dirasakan oleh mereka. Sikap dan perilaku bisa disukai, atau sebaliknya, malah dibenci oleh banyak orang; sebagai orang percaya yang melayani seharusnya kita mampu  memancarkan sikap dan perilaku Kristus,  sehingga orang dapat mengenal Kristus melalui kebiasaan kita sehari-hari. Jangan sampai terjadi sebaliknya, orang malah menghindari dan kesal terhadap kekristenan karena sikap dan perilaku kita. Sikap dan Perilaku kita haruslah mencerminkan pikiran dan perasaan Kristus (Fil. 2:5).

Mari kita melatih diri untuk mempraktikkan sikap/perilaku kasih Kristus setiap saat. Bangunlah manusia roh kita dengan terus memberi diri untuk merenungkan firman, mempelajari firman kemudian diubah oleh firman Tuhan. Dengan demikian kita akan memancarkan Kristus melalui sikap/perilaku kita setiap hari. Hasilnya, semakin banyak orang akan diberkati melalui kehidupan kita baik di dalam pekerjaan, pergaulan sehari-hari maupun pelayanan kerohanian (Kis 2:47).

 

Jadi, ada 3 hal yang harus dimiliki oleh orang percaya dalam melayani Tuhan dengan integritas, yakni: takut akan Tuhan, dapat dipercaya dan memiliki sikap yang benar. Dengan memiliki ketiga hal tersebut, kita dapat secara maksimal melayani dan menjadi berkat bagi banyak orang. Marilah kita gunakan kesempatan yang sangat singkat ini untuk terus giat di dalam pekerjaan-Nya. Tuhan  Yesus segera datang kembali. Maranatha! Tuhan Yesus memberkati. (AR)

Post a Comment

0 Comments