Header

RENUNGAN - KEKUATAN DIBALIK KEKERINGAN

 

KEKUATAN DIBALIK KEKERINGAN

Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air,

yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air,

dan yang tidak mengalami datangnya panas terik,

yang daunnya tetap hijau,

yang tidak kuatir dalam tahun kering,

dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.

(Yeremia 17:8)

 

Kekeringan tidak hanya terjadi pada lahan tanah, kekeringan juga bisa terjadi dan dirasakan oleh jiwa dan rohani manusia. Orang Percaya digambarkan seperti pohon bukan semak bulus, dengan akar yang tertancap kuat dan dalam untuk menyerap kekuatan dari Dia sebagai sumber kehidupan, sehingga mereka mampu terus hidup, bahkan di tengah situasi yang kering kerontang.  Sekalipun mengalami tahun-tahun kering, tetapi tidak berhenti menghasilkan buah. Semak bulus maupun pohon sama-sama memiliki akar. Namun, akar semak bulus tidak kuat sehingga mudah terputus dari sumber kehidupan, hingga akhirnya kering dan mati. Sebaliknya, pohon tetap terhubung dengan akarnya, sehingga dapat tumbuh subur dan rindang, sambil bergantung kepada sumber hidup yang menopangnya dalam masa-masa sulit.  

Gembala Pembina mengajarkan seluruh jemaat untuk mengandalkan Tuhan, jika kita mengandalkan Tuhan kita pasti menjadi orang yang dicintai Tuhan. Orang yang mengandalkan Tuhan adalah orang yang mengikuti segala perintah yang diberikan tanpa ragu-ragu, tanpa banyak pertanyaan, tanpa bersungut-sungut, tetapi dengan hati yang percaya disertai ucapan syukur. Demikian juga dalam menghadapi pandemi ini kalau kita mengandalkan Tuhan, itu berarti kita sedang mengikuti perintah-perintah-Nya. Ciri-ciri orang yang hidup mengandalkan Tuhan yaitu  tidak hidup mengandalkan diri sendiri atau kekuatan sendiri. 

Mengandalkan diri sendiri sama artinya mengandalkan apa yang dimiliki:  asal-usul, pendidikan, status kekayaan, kedudukan, kepintaran dan sebagainya. Seharusnya kita sadar bahwa pada akhirnya segala perkara yang melekat pada kita tidak akan berguna, tidak dapat menolong, apalagi menyelamatkan dan meluputkan kita dari goncangan-goncangan dunia. Mengandalkan manusia dan mengandalkan ke­kuatan­nya sendiri menjadi kesalahan besar yang paling sering kita lakukan dalam menjalani hidup ini. Ketika Setiap Hari Kita Bergaul Dengan Tuhan Maka Setiap Hari Kepercayaan Kita Akan Dia Semakin Besar.

Mengandalkan Tuhan dengan benar berarti menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan, satu-satunya yang kita inginkan. Tanpa Tuhan, kita tak berdaya. Bersama Tuhan, kita merasa cukup. Segala tindakan kita bersumber dan ditujukan pada Tuhan. Merasa bahagia saat melakukan segala sesuatu bagi Tuhan. Melakukan tugas dengan baik dan benar serta penuh tanggung jawab, baik tugas dalam rumah tangga, di tempat kerja, di gereja, maupun di tengah masyarakat. Ya, mengandalkan Tuhan berarti menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sumber sukacita dan motivasi hidup kita.

Bagaimana caranya kita hidup mengandalkan Tuhan, bukan kekuatan kita?  apakah pengertian mengandalkan Tuhan itu? Bagaimana wujudnya? Apakah berarti kita cukup berdoa saja? 

1.       Percaya Sepenuhnya kepada Yesus.

Arti kata Mengandalkan adalah menaruh kepercayaan seratus persen kepada sesuatu.  Misalnya uang, keluarga, pekerjaan, teman, atau Tuhan. Kita tidak akan bisa mengandalkan Tuhan jika kita tidak mempercayainya dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatan kita.  Satu-satunya cara supaya kita bisa hidup di dalam kebenaran hanya dengan percaya kepada-Nya. Dalam Yohanes 4:46-53 “Pergilah, anakmu hidup!” Demikian Yesus berkata kepada seorang pegawai istana di Kapernaum yang meminta diri-Nya untuk datang dan menyembuhkan anaknya yang hampir mati. Orang itu percaya kepada Yesus dan menaati perintah-Nya. Mukjizat pun terjadi. Saat itu juga sang anak sembuh. Akhirnya, pegawai istana itu beserta seluruh keluarganya beriman kepada Yesus. Ia percaya sepenuhnya kepada kuasa dan penyelenggaraan Allah yang hadir dalam diri Yesus.

Kisah tersebut menarik untuk direnungkan. Sebagai orang yang mempunyai kedudukan,  pegawai istana itu mestinya tidak mudah begitu saja mempercayai perkataan orang lain. Bagaimana mungkin orang hanya berkata-kata dari kejauhan, tetapi bisa menyembuhkan orang sakit? Akan tetapi, justru itulah yang dilakukan oleh pegawai istana tersebut. Ia menaruh kepercayaan kepada kata-kata Yesus dan Imannya ini berbuah manis.

2.       Melekat Kepada Krsitus.

Dalam gambaran tentang “pokok anggur”, Yesus ingin mengatakan bahwa tidak ada hal otomatis dalam kehidupan beriman. kata “melekat” berarti, benar-benar menempel sehingga tidak mudah lepas; karib sekali; tertanam; tetap terpaku pada…; terpaut. Maka kalimat “Melekat pada Kristus” dapat kita artikan, “Benar-benar menempel pada Kristus sehingga tidak mudah lepas”, “Bergaul karib sekali dengan Kristus”, “Tertanam di dalam Kristus”, “Tetap terpaku pada Kristus”, “Hatinya selalu terpaut pada Kristus.” (Yoh. 15:1a, 4b). Itulah alasannya! Yesus menyatakan diri-Nya sebagai pokok anggur dengan kualifikasi “yang benar”. Apa artinya? Yesus menjamin, barangsiapa yang tinggal (dalam pemahaman melekat) kepada-Nya sudah pasti akan menghasilkan buah, karena Yesus menyatakan bahwa para murid yang ada di hadapan-Nya memang sudah bersih karena firman yang telah dikatakan-Nya kepada mereka. Bersih berarti terbebas dari hambatan untuk menghasilkan buah.

Buah yang benar itu tidak hanya sekedar ucapan di bibir bahwa saya mengasihi Allah. Buah yang otentik benar adalah nyata dari wujud cinta itu, yakni  mengasihi sesama dengan tulus, “Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.” (1 Yohanes 4:20). 

3.       Bergaul Intim dengan Tuhan.

Henokh adalah seorang laki-laki yang pertama kali disebut di dalam Kitab Suci sebagai orang yang berjalan bersama Allah, dan oleh sebab itu, kisah tentang Henokh menjadi contoh yang paling umum digunakan untuk menjelaskan konsep ini (Kej. 5:22-24). Henokh selalu hidup dalam kebersamaan yang akrab dengan Tuhan, sedemikian akrabnya sampai Tuhan mengangkat Henokh ke surga pada hari terakhir hidupnya di dunia ini. Meskipun ayat ini tidak mengatakan bahwa setiap orang yang berjalan bersama Tuhan akan diangkat ke surga tanpa harus menghadapi kematian, ayat ini menegaskan bahwa hidup bersama Tuhan akan membuka jalan yang menuju ke sana. Sebelum Anda dapat berfokus kepada Tuhan, Anda harus mampu mengabaikan semua hal-hal duniawi yang dapat mengalihkan Anda dari hubungan Anda dengan Tuhan.

Berjalan Bersama seseorang yang memiliki otoritas jauh lebih tinggi daripada kita.
Kita yang harus mengikuti apa yang dia mau, bukan dia mengikuti apa yang kita mau.
Itulah juga artinya bila kita berjalan bersama Tuhan; kita harus mengikuti yg Tuhan mau, bukan Tuhan mengikuti yg kita mau. Kalau ini terjadi, itu namanya kita tidak tahu diri. Banyak orang yang telah berkomitmen mengiring Tuhan, tetapi belum berbuah bagi Tuhan. Apakah kita menjadi orang-orang yang terus menerima anugerah Tuhan tetapi tidak menghasilkan buah bagi Tuhan. Hidup orang Kristen adalah hidup yang tidak berpusat pada diri sendiri, tetapi hidup untuk memuliakan Tuhan dan juga untuk orang lain. Karena itu hendaknya kita berkomitmen untuk hidup bersama Tuhan dan terus menghasilkan buah. Berjalan bersama Tuhan bukan berarti tanpa tantangan dan godaan, krn dlm perjalan hidup, banyak godaan dan tawaran dunia yg bisa menggoyahkan komitmen dan kesetiaan kita berjalan bersama Tuhan.

Oleh sebab itu, jikalau kita ingin memiliki kekuatan yang baru setiap hari untuk menjalani kehidupan di bailk kekeringan dunia ini, maka kita harus percaya sepenuhnya Kepada Tuhan Yesus, melekat erat setiap saat kepada Kristus dan bergaul intim dengan Tuhan dalam seluruh perjalanan hidup kita sehingga apapun yang kita kerjakan pasti berhasil dan berbuah. Tuhan Yesus Memberkati.

Post a Comment

0 Comments