Permulaan dan
Perkembangan Teologi Perjanjian Lama
Teologi Perjanjian Lama merupakan bagian dari teologi
Alkitabiah. Secara khusus masuk dalam
cabang teologi biblika yang mempelajari dengan sistematis perkembangan
penyataan Allah dalam sejarahnya sebagaiama yang dinyatakan di Alkitab. Teologi
biblika menyelidiki periode sejarah di mana Allah telah menyatakan diri-Nya,
atau penekanan doktrinal dari penulis-penulis Alkitab yang berbeda kemudian
disusun secara sistematis. Meskipun demikian, berbeda dengan teologi
sistematika yang mengasimilasikan kebenaran dari seluruh Alkitab dan dari luar
Kitab Suci, dalam proses menyistemtiskan doktrin-doktrin Alkitab Teologi
biblika lebih berfokus pada penekanan periode sejarah yang disembunyikan dalam
PL dan dinyatakan dalam PB.
Namun
secara esensi, sangatlah benar bahwa teologi Perjanjian Lama adalah teologi
Alkitabiah. Menurut penulis ada dua maksud tentang teologi Alkitabiah. Pertama, istilah ini berarti sebuah
teologi yang ajaran-ajarannya bersumber pada ALkitab dan dasarnya adalah
Alkitab. Kedua, teologi yang
dikandung oleh Alkitab itu sendiri.
Sekitar Masalah Metodologi
Alkitab
memiliki arti tunggal, arti itu tidak dapat dimaknai dengan keadaan saat ini.
Sebab arti ayat dengan makna ayat masa kini adalah sesuatu hal yang berbeda.
Para teolog Alkitabiah lebih mengutamakan arti yang ada dalam ayat-ayat
tersebut. tetapi, tidak perlu khawatir, ada beberapa cara untuk menghubungkan
arti asli ayat dengan makna ayat itu masa kini. Pertama, dapat ditetapkan bahwa pendekatan deskriptif yang berusaha
menentukan “arti asli ayat” dengan memakai metode penelitian apa pun juga
dianggap identic dengan “makna ayat itu masa kini. Kedua, dapat ditetapkan bahwa “arti asli ayat” mengandung
pokok-pokok pikiran, gagasan-gagasan dan lain-lain yang perlu diterjemahkan
secara sistematis dan dijelaskan. Inilah “makna ayat itu masa kini” meskipun
kadang penjelasan-penjelasan itu tidak pernah terpikirkan oleh para penulis
ahli bahkan bisa saja ditolak olehnya. Ketiga,
dapat dijelasakan ulang dengah gaya bahasa masa kini.
Masalah Sejarah,
Sejarah Tradisi, dan Sejarah Keselamatan
Teologi
Perjanjian Lama merupakan teologi yang tidak identik dengan sejarah Israel,
sebab banyak karya-karya yang terpisah tentang sejarah Israel. Ini membuktikan
bahwa adanya perbedaan Perjanjian Lama
dengan sejarah Israel.
Berdasarkan
penelitian yang ada tentang sejarah. Terdapat pandangan bahwa sejarah
menimbulkan iman seseorang. Untuk
mengatasi hal ini, tentu diperlukan ketelitian yang tinggi untuk menyatukan
gambaran sejarah Israel dengan sejarah keselamatan. Hesse menyatakan, “Dalam
apa yang dialami, dilakukan dan diderita oleh Israel selama berabad-abad
keberadaannya itu sejarah keselamatan ada”. Sejarah keselamatan ini tidak
berjalan seiring dengan sejarah Israel, sejarah keselamatan tidak berada pada
suatu taraf lain yang lebih tinggi, tetapi sekalipun sejarah keselamatan ini
tidak identic dengan sejarah sejarah Israel, sejarah keselamatan itu ada dalam
sejarah Israel; dengan demikian Allah menuntun sejarah keselamatannya menuju
Yesus Kristus. Jadi sejarah keselamatan dan sejarah Israel tidak mungkin
dipisahkan sebab sejarah keselamatan itu ada dalam betuk tersembunyi dibalik
sejarah Israel.
Pusat Perjanjian
Lama dan Teologi Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama kekuasaan Allah sebagai
pemimpin dan raja merupakan fakta dari ketuhanan Allah. Perjanjian Lama
menegaskan bahwa Allah itu adalah Tuhan sehingga mampu berkuasa atas muka bumi.
Namun Dalam Perjanjian Lama untuk menjadikan Yahweh sebagai pusat itu bukanlah
sesuatu hal yang mudah, sebab penyataan yang terpisah-pisah dalam serangkaian
panjang, tindakan penyataan yang berdiri sendiri-sendiri dan isinya
berbeda-beda. Berbeda dengan Perjanjian Baru yang memiliki pusat di dalam Yesus
Kristus.
Setiap
saat dalam Perjanjian Lama Allah menunjukan diri-Nya dalam keadaan aktif.
Kegiatan-Nya mempunyai aspek-aspek yang luas dan hubungan-hubungan yang jauh.
Sekalipun demikian tuntutan Perjanjian Lama yang paling mendasar terhadap Allah
ialah tindakan penyelamatan-Nya. Secara kuantitatif tindakan penyelamatan Allah
bagi Israel terbukti dari penyelamatan Allah dari perbudakan Mesir. Bahkan
Allah menyelamatkan dari pembuangan di Babel. Penyelamatan Allah tidak
terbatas, tidak hanya untuk bangsa Israel saja tetapi semua umat manusia,
seperti dalam kisah Nuh.
Hubungan Antara
Kedua Perjanjian
Seorang
teolog Alkitabiah seharusnya memahami dengan baik hubungan antara Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Seharusnya juga memberitahukan pemahamannya secara
komperhensif, termasuk masalah-masalah yang terjadi dalam Alkitab. Persoalannya
adalah bahwa ada juga teolog yang hanya menekuni Perjanjian Lama saja, sehingga
Perjanjian Baru diabaikan. Namun sebaliknya juga, ada yang menekuni Perjanjian
Baru saja tetapi tidak pernah menekuni Perjanjian Lama. Memang ada
bagian-bagian yang perlu dikhususkan, bukan berarti juga mengabaikan sehingga
tidak pernah menyentuhnya sama sekali.
Kasus
yang sering terjadi yaitu para pendeta, yang melulu berkhotbah menggunakan teks
Perjanjian baru. Maka karena itu, perlu banyak mempelajarinya secara
komperhensif. Sebab antara kedua Perjanjian tersebut memiliki kesinabungan yang
erat.
Pandangan
yang ada di dalam buku ini seolah-oleh ingin memisahkan antara Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru. Jelas saya tidak
setuju dengan pandangan seperti ini, dan saya mengkritik keras jika ada para
teolog yang memisahkan antara PL dan PB, terlebih lagi mereka yang menganggap
bahwa PL lebih penting, atau juga sebaliknya.
Saran-saran
Pokok untuk Membuat Teologi Perjanjian Lama
Teologi
Alkitabiah harus dipahami sebagai sebuah disiplin ilmu yang bersifat historis-teologis.
Dengan demikian, para teolog seharusnya menguraikan makna asli dari teologi
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Para Ahli teolog Alkitabiah perlu
Bekerja sama dengan teolog sistematika. (Tidak perlu untuk bersaing) Juga ahli
sistematika harus memenuhi tugasnya dan berusaha memakai pandangan-pandangan
yang sesuai dengan kategori tema-tema utamanya, seperti contoh filsafat mutakhi
yang memiliki pandangan sesuai dengan sistematika.
Sebuah teolog Perjanjian Lama tidak sekedar berusaha untuk mengetahui teologi dari berbagai kitab, atau kelompok kitab; teologi Perjanjian Lama juga berusaha untuk mengumpulkan dan menyajikan tema-tema utama Perjanjian Lama. Agar sesuai dengan namanya, teologi Perjanjian Lama harus membiarkan tema-tema, motif-motif, dan konsepsi-konsepsinya dibentuk oleh Perjanjian Lama sendiri. Sebab dengan keanekaragaman dan pemikiran teologis terdapat suatu kesatuan inti yang juga telah mempersatukan tulisan-tulisan Perjanjian Lama. Jadi tujuan akhir dari suatu teologi adalah menarik kesatuan inti yang tersembunyi itu dari persembunyiannya sebanyak mungkin dan membuatnya dapat dilihat.
0 Comments