Header

Tugas Nabi Perjanjian Lama & Relevansinya Bagi Hamba Tuhan Masa Kini

 



"Tugas Nabi Perjanjian Lama & Relevansinya Bagi Hamba Tuhan Masa Kini"

LATAR BELAKANG 

Seorang nabi di dalam Alkitab menjadi nabi bukanlah atas keinginan atau kemauan sendiri, tetapi karena dipilih langsung oleh Tuhan sebelum dunia dijadikan.[1] Tuhan telah menetapkan nabi yang dipilihanya untuk penyambung lidah antara umat dengan Tuhan. Dengan demikian, tidak asing jika setiap perkataan yang di gunakan para nabi ketika Tuhan mau berbicara kepada umatnya didahului “beginilah Firman Tuhan”, “Tuhan Berfirman”. Hal ini membuktikan bahwa perkataannya berasal dari Tuhan, bukan dari ide-ide atau pemikiran manusia itu sendiri. Surat Ibrani 1:1 menuliskan “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,”[2]

Tugas dan peranan nabi dapat diketahui dari tradisi kenabian Perjanjian Lama, pertama-tama adalah untuk mengingatkan bangsanya (khususnya Israel) yang jatuh bangun dalam dosa. Nabi tersebut menyampaikan hukuman atau bencana yang akan terjadi jika bangsanya tidak berbalik kepada Tuhan (Amos 2:6), namun sebaliknya juga, jika bangsanya taat kepada Tuhan maka berkat-Nya dicurahkan kepada bangsa tersebut (Ul. 29:1). Selain itu, nabi juga menubuatkan masa depan mengenai kedatangan Mesias ke dunia dan memulihkan keadaan bangsa Israel. Tetapi, bangsa Israel menganggap bahwa Mesias yang akan datang sebagai tokoh politis, atau dengan kata lain sebagai Raja Daud yang kembali yang berkuasa di wilayah utara dan selatan Israel. Bangsa Israel tidak memahami dengan benar mengenai Mesias yang akan datang, sehingga pada saat kedatangan-Nya (Yesus/Mesias) mereka tidak percaya akan hal tersebut.[3]

Perjanjian Lama kini diakui sebagai kisah yang lebih historis dari pada buku mana pun yang telah ditulis oleh bapa-bapa gereja.[4] Salah satunya yaitu kitab nabi-nabi yang menceritakan kehidupan bangsa Israel sebelum dan sesudah pembuangan ke Babel. Tentu nabi-nabi Perjanjian Lama juga berperan ketika pembuangan ke Babel, karena Tuhan berbicara langsung kepada umat-Nya melalui perantaran nabi-nabi pada zaman itu. Pada saat ini, nabi-nabi Perjanjian Lama sudah mati. Lalu muncullah pertanyaan seperti; Apakah nabi masih ada sampai saat ini?. Maka karena itu makalah ini ingin merelevansikan nabi dalam Perjanjian Lama dengan konteks saat ini, sehingga kita mengetahui apakah nabi itu masih ada atau sudah tidak ada lagi. Berikut Penjelasan singkat mengenai tugas nabi dan relevansi hamba Tuhan saat ini.

LANDASAN TEORI

 

1.      ISTILAH NABI

Dalam tradisi Kristen, kata nabi berasal dari bahasa Ibrani “navi” yang memiliki arti orang yang mengabarkan pesan yang diterimanya dari Roh Ilahi atau pribadi Alllah. Kitab Perjanjian Lama menjelaskan bahwa nabi disebut mulut Tuhan atau penyambung lidah Tuhan karena pesan kepada manusia yang Tuhan katakana kepada nabi tersebut. kata nabi sering diartikan juga dengan “mengangkat”, “menunjuk”, atau “memanggil”.[5] Nabi-nabi Israel yang paling terkenal adalah para nabi yang menulis kisahnya langsung dalam Perjanjian Lama, namun yang sebenarnya nabi-nabi Israel bukanlah hanya mereka. Jauh sebelum itu dapat kita ketahui seperti Musa, Samuel, Natan, Elia, Elisa, dan banyak lagi lainnya.

 

Nabi-nabi Israel adalah orang yang mendapat panggilan khusus. Nabi tersebut tidak menjadi nabi karena kedudukan warisan, seperti halnya raja-raja Israel yang dapat menggantikan posisi ayahnya sebagai raja atau seperti jabatan imam di Israel yang dapat kedudukan berdasarkan warisan. Namun seorang nabi dipilih Tuhan secara khusus dan dipanggil untuk melakukan pekerjaan yang Tuhan berikan kepadanya. Panggilannya untuk menjadi seorang nabi sering diberikan bersamaan dengan suatu peristiwa luar biasa untuk membantu menyadarkannya akan panggilan dan tugasnya sebagai nabi. Dari pristiwa yang luar biasa terjadi ini mampu membuat hati para nabi tersentuh dan memiliki belas kasihan karena pristiwa tersebut.

 

Nabi merupakan istilah yang umum dipakai dan terbanyak dalam Perjanjian Lama (kira-kira 300 kali). Artinya tidak terlalu jelas, tetapi arti secara umum bagi seorang nabi adalah “juru bicara” Allah yang bertugas untuk meneruskan berita yang diterimanya dari Allah (Kel.4:14-16; 7:1; 1 Sam. 9:10; Yes. 44:23). Istilah ini untuk menjelaskan seorang nabi memiliki “hak” untuk menerima sesuatu dari Tuhan dan pada sisi lain juga memiliki arti seseorang yang memiliki tanggung jawab dari Tuhan untuk menyampaikan sesuatu yang diterimanya dari Tuhan.[6]

 

Perjanjian Baru, dalam bahasa Yunani, istilah nabi dipakai istilah profetes, yang pada dasarnya berarti ‘seorang yang berbicara atas nama dewa dan menyampaikan kepada kehendaknya manusia. Istilah ini terdiri dari dua unsur, yaitu fates, dari kata kerja femit yang berarti ‘berbicara’, dan unsur lain yaitu pro yang dapat diartikan ‘atas nama’ ‘berbicara atas nama, mengumumkan’ atau ‘mengatakan sebelumnya, meramalkan’, jadi seorang nabi bukan hanya peramal melainkan juga seorang yang mengumumkan sesuatu.[7]

2.      CIRI-CIRI NABI

Nabi adalah juru bicara langsung dari Allah, karena telah dipanggil khusus dari Allah untuk menjadi duta Allah. Setiap nabi adalah seperti Musa yang memiliki tujuh kriteria yang diberikan dalam penyataan melalui Musa seperti penjelasan dibawah ini:[8]

a.      Berasal Dari Keturunan Israel

Nabi sebagai seorang Israel yang sepenuhnya menerima janji Allah, penyataan Ilahi, dan janji-janji. Hal ini merupakan ketentuan yang berlaku dari zaman Musa sampai kepada Tuhan Yesus Kristus (Ul.13:1-5; Mat.5:17-19).

 

b.      Dipanggil Oleh Allah

Salah satu alasan tentang keunikan para nabi di Israel yaitu dipanggil secara khusus dari Allah. Karena tidak dilihat dari latar belakang keturunan nabi (warisan keluarga). Seperti Musa menerima panggilan nabi tanpa mempersoalkan dari latar belakang keluarga.

 

c.       Dimampukan Oleh Roh Kudus

Roh Allah menguasai seorang hamba Allah untuk dapat berdiri dan menyampaikan berita dari Allah pada zamannya.

 

d.      Melayani Sebagai Juru Bicara Allah

Nabi mendeklarasikan perkataan Allah sebagai juru bicaranya, dan tidak melayani dirinya sendiri, dia melayani Allahnya.

 

e.       Otoritasnya Berbicara Dalam Nama Tuhan

Otoritas seorang nabi tidak terletak kepada Kredibilitas pribadinya, tetapi dalam kuasa Allah dari berita yang mereka sampaikan.

 

f.       Seorang Gembala Yang Baik

Dimana mereka harus mencintai domba-dombanya, dan menatang domba-domba Allah ditangannya. Hal ini berarti menunjukan kepedulian seorang gembala terhadap domba-dombanya.

 

g.      Memberi Tanda-Tanda Ajaib

    Seorang nabi harus diberikan berbagai tanda oleh Allah yang mengutus mereka. Berbagai tanda itu dimiliki nabi dari Allah yang mengutusnya (Kel.3:12, 4:8) untuk menyaksikan keautentikan  dari berita yang mereka sampaikan.[9

3.      PERAN/TUGAS NABI

Se      cara umum di dalam Alkitab, nabi berperan sebagai juru bicara Allah. Setiap perkataan yang dikeluarkan dari mulut seorang nabi telah diterima dari Allah. Maka karena itu seorang nabi di dalam Alkitab dapat dikatakan sebagai penyambung lidah. Adapun tugas nabi yang Allah berikan kepadanya sebagai berikut:[10]

 

a.      Membawa Kabar Baik

Seorang nabi berperan untuk membawa kabar baik kepada umat Allah. Selayaknya berita kesukaan itu disampaikan oleh seorang yang telah melihat langsung pokok kegirangan itu. Seperti Yesaya yang menyampaikan kabar baik tentang kelahiran Mesias untuk menyelamatkan umat manusia.[11]

 

b.      Bernubuat

Yeremia dalam kisahnya selalu berhubungan dengan bangsa Israel maupun bangsa-bangsa lain. Namun tidak hanya itu, Yeremia mendapatkan pesan dari Tuhan baik positif maupun negative. Yeremia menubuatkan akhir dari Perjanjian Lama dan menubuatkan Perjanjian Baru.[12]

 

c.       Berdoa

Dalam fungsinya, nabi juga berdoa untuk bangsanya. Seperti Yeremia yang meminta belaskasihan Tuhan untuk bangsanya sehingga ia meratap dan meminta pertolongan Tuhan. Hal ini yang melatar belakangi ditulisnya kitab Ratapan, karena itu merupakan ratapan Yeremia untuk bangsa Israel yang berdosa.

 

d.      Mengingatkan Kedua Kerajaan

Sekitar tahun 930 SM, kerajaan serikat terpecah, dengan sepuluh dari dua belas suku Israel menolak cucu Daud yaitu Rehabeam. Rehabeam merupakan anak dari Salomo. Setelah Salomo meninggal, Israel terbagi menjadi dua bagian. Sejarah ini disebabkan karena ia digantikan dengan Rehabeam anaknya Namun Sepuluh suku Israel menolak Rehabeam sebagai raja bagi mereka. Kerajaan Yehuda yang baru muncul sebagi salah satu pemerintahan, dan pemerintahan lainnya yang dikenal dengan Kerajaan Israel. Kerajaan Yehuda ini sering disebut sebagai Kerajaan Selatan, sedangkan Kerajaan Israel karena perpecahan tersebut disebut Kerajaan Utara. Selanjutnya kepemimpinan di Israel dipegang oleh nabi. Para nabi diberi tugas khusus, yaitu untuk mengingatkan kedua kerajaan tersebut.[13]

 

4.      NABI HOSEA

Nabi Hosea melaksanakan tugas kenabiannya di Israel Utara, atau Kerajaan Utara, tidak lama sesudah abi Amos berkarya di sana, yakni pada abad 8 SM. Bedanya, nabi Amos datang dari Kerajaan Yehuda, atau kerajaan Selatan, sedangkan nabi Hosea adalah “putra daerah” Utara. Sama dengan nabi Amos, nabi Hosea menubuatkan kehancuran Kerajaan Utara bila umat tidak bertobat. Tetapi agak  berbeda dari nubuat Amos yang menekankan keadilan sosial, nubuat nabi Hosea lebih menekankan cinta kasih. Nabi Hosea memiliki kerinduan agar umat Israel memiliki kasih setia kepada Yahweh seperti hubungan suami istri.[14] Hal ini digambarkan melalui pernikahannya bersama Gomer anak perempuan dari Diblaim.[15]

 

a.      Isi Dan Berita Kitab Hosea

Kitab Hosea menceritakan bagaiamana kehidupan bangsa Israel yang rusak. Keistimewaan yang mencolok dari Kitab Hosea tentang Tuhan yang setia terhadap umat pilihan-Nya meskipun faktanya Israel selalu murtad. Pemberitaan pesan Tuhan ini disampaikan kepada nabi Hosea yang harus mengawini seorang perempuan sundal dari padanya, malah nabi Hosea harus tetap mengasihinya, meskipun Isterinya telah berzinah. Inilah gambaran dari Tuhan untuk bangsa Israel bahwa Ia tetap setiap kepada umat-Nya meskipun umat pilihan-Nya telah rusak.[16]

 

Banyak pandangan dari orang Yahudi maupun Kristen yang berpendapat bahwa hal diatas adalah penafsiran alegoris, atau merohanikan segala yang terjadi. Sebab tidak dapat dipercaya bahwa Allah menyuruh nabi-Nya berzinah seperti penafsiran modern ini. bapa-bapa gereja seperti; Hieronimus berpendapat bahwa mustahil hal ini terjadi, karena Allah tidak menyuruh supaya hal-hal yang haram dilakukan, dan tidak juga Ia menghalalkannya. Martin Luther berpendapat perempuan sundal itu tidaklah lain dari isterinya yang setia, dan perempuan itu memperanakan anak-anak harus mendapat nama persundalan sebagai suatu tanda yang melawan bangsa yang berzinah menyembah berhala-berhala itu, sebab sulit dipercaya bahwa Allah menyuruh nabi Hosea untuk menikah dengan perempuan yang sudah berzinah.  Calvin juga berpendapat sama seperti penafsir Yahudi, bahwa Hosea tidak sungguh-sungguh mengawini seorang perempuan, melainkan ia disuruh berbuat demikian dalam suatu penglihatan, dan penglihatan ini merupakan lambing, dan Tuhan menyuruh dia untuk menceraikan perempuan itu, supaya rakyat melihat kejahatannya dan keburukannya seperti dalam sebuah lukisan hidup. Namun para penafsir modern ini menafsirkan secara harafiah dan didukung juga oleh gereja mula-mula yang membela bahwa peristiwa ini harus diartikan secara harafiah.[17]

b.      Keadaan Sosial Pada Masanya

Keteladan yang diberikan para penguasa kepada rakyat jelata sangatlah buruk. Hal ini membuat ketidakpatuhan dan kecerobohan bagi rakyat jelata saat itu. Tanah milik kurang berharga, pengadilan dapat digosok dan para hakim hidup dari uang suap dan bayaran yang berlebihan, yang diperas dari rakyat tak berdaya. Kejahatan merajalela sehingga terjadi pembunuhan, penumpahan darah, penyamun. Para imamlah yang menjadi kepala penyamun pada saat itu dan menghasut pemerasan uang.[18]

 

c.       Keadaan Agama Pada Masanya

Pada masa Hosea, kuil-kuil berhala didirikan di Betel dan Gilgal untuk bangsa itu. Rakyat berziarah ke tempat-tempat itu, karena pada saat itu sedang diadakan upacara-upacara penyembahan berhala yang mewah. Keberagamaan yang lahirah ini disertai kemerosotan akhlak yang paling cemar. Orang tidak akan mengenal lagi kebenaran sehingga mereka membenci dan memusuhi orang-orang benar. Kemunafikan ini didukang oleh pemimpin-pemimpin agama. Pembesar-pembesar yang kaya raya hanya mementingkan diri sendiri dan tidak menghiraukan jeritan dan keluhan rakyat jelata yang menderita. Waktu yang berharga mereka gunakan untuk pesta minum mabuk, sedangkan selama itu menurut kata para nabi hukuman pesat akan datang.[19]

 

d.      Amanat Hosea

Amanat Hosea tertanam dalam masa lalu Israel, dimana Yahweh telah menyatakan kasih-Nya yang melimpah bagi umatnya dengan memanggil mereka keluar dari Mesir (11:1). Lebih jelas lagi bisa dilihat dari pernikahan Hosea, yang melambangkan pernikahan Yahweh  dengan Israel, dengan Yahweh sebagai suami dan Israel sebagai isteri (2:15). Dari peristiwa ini Tuhan mau membuktikan bahwa Dia setia dan tidak pernah meninggalkan umat-Nya, tetapi malah sebaliknya, umat yang begitu di kasihi-Nya telah meninggalkan-Nya.[20]

e.       Garis Besar Kitab Hosea

Adapun garis besar Kitab Hosea terbagi menjadi 4 bagian. Menurut para ahli tafsir Kitab Suci dpat diketahui sebagai berikut:

1.      Hosea 1-3 menjelaskan tenang hubungan yang retak antara Yahweh dan umat Israel.

2.      Hosea 4-8 menjelaskan tentang berbagai kejahatan Israel.

3.      Hosea 9-13 menjelaskan tentang hukuman yang akan ditimpakan oleh Yahweh pada umat Israel.

4.      Hosea 14 tentang penutup kitab yang menjelaskan tentang ungkapan harapan akan masa depan Israel.[21]

 

5.   RELEVANSI TUGAS NABI BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI

Semua nabi dalam Perjanjian Lama tentu sudah tidak ada lagi. Namun tugas seorang nabi bagi orang yang Tuhan pilih masih ada sampai hari ini. Tugas nabi dalam Perjanjian Lama yaitu seperti membawa kabar baik, berdoa, bernubuat, mengingatkan dosa yang dilakukan umat-Nya. Meskipun jabatan nabi tidak ada lagi saat ini. Tetapi fungsi nabi masih berlaku sampai hari ini. Hanya saja dengan istilah berbeda.

 

Dalam Perjanjian Baru, istilah hamba Tuhan disebut rasul. Seperti Paulus, hal ini tidak mengurangi fungsinya sebagai utusan Allah bagi orang yang dipilih-Nya.

Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (2 Korintus 5:20).

 

Paulus mengatakan kepada jemaat di Korintus bahwa yang dilakukannya dalam pelayanan itu berasal dari Tuhan. Kepercayaan ini tentu tidak hanya berhenti sampai kepada Paulus saja namun juga untuk hamba Tuhan saat ini, karena rancangan keselamatan masih ada sampai saat ini.

 

a.      Pandanga Tugas Nabi bagi Gereja Menurut Hamba-Hamba Tuhan

1.      Yakub Tri Handoko

            Nabi tidak dibatasi oleh profesi. Nabi itu bisa dilihat dari sisi posisi/jabatan dan fungsi. Dari sisi jabatan memang panggilan khusus, dari sisi fungsi, semua orang Kristen seharusnya kan menyampaikan isi hati Tuhan (forth-telling). Nabi juga menubuatkan sesuatu yang akan terjadi.[22]

2.      Christoper Tapiheru

           Saya tidak percaya jika masih ada jabatan nabi sampai saat ini (terlalu pretensius), namun kemungkinan besar karunia yang diberikan Allah kepada setiap hamba Tuhan itu masih ada sampai saat ini.[23]

b.      Kesimpulan

       Dengan demikian, dari kedua hamba Tuhan diatas saya dapat menyimpulkan bahwa nabi dapat dilihat dari fungsi bukan hanya posisi(jabatan). Gereja saat ini tidak menggunakan istilah nabi sebagai jabatan melainkan pendeta (gembala) tetapi tidak mengurangi fungsinya sebagai orang yang menyampaikan isi hati Allah.

 

KESIMPULAN

Nabi adalah seseorang yang menyampaikan pesan Tuhan kepada umat-Nya. Seseorang menjadi nabi bukan karena keturunan melainkan pilihan Tuhan langsung kepada setiap orang yang dipercayakan-Nya.

Dalam Perjanjian Lama, seorang nabi berperan sebagai orang yang menyampaikan isi hati Tuhan kepada umat-Nya ataupun menyampaikan apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (bernubuat).

Dalam Perjanjian Baru banyak yang menganggap istilah nabi diberikan kepada Yohanes Pembaptis karena ia yang menyiapkan jalan Tuhan dan setelah itu, istilah nabi tidak digunakan lagi bagi setiap orang yang dipilih-Nya. Namun hal tersebut tidak mengurangi fungsi dari orang yang Tuhan pilih untuk menyampaikan isi hati-Nya. Tuhan masih memakai setiap orang untuk menyampaikan isi hati-Nya dengan istilah berbeda seperti rasul-rasul.    

Untuk saat ini, nabi-nabi Perjanjian Lama dan rasul-rasul dalam Perjanjian Baru sudah tidak ada. Mereka sudah mengakhiri pertandingan dengan baik. Maka karena itu, fungsi sebagai nabi diberikan kepada semua orang percaya (Kristen) untuk menyampaikan isi hati Tuhan.

Dengan demikian, seorang nabi tidak hanya berbicara mengenai posisi saja melainkan juga fungsinya sebagai orang yang telah menyampaikan isi hati Tuhan.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Kepustakaan

Bergant Dianne & Robert J.Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (terj), Yogyakarta: Kanisius, 2002

 

Claire-Marie Barth-Frommel, Kitab Yesaya Pasal 56-66 (terj),  Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008

 

de Kuiper, A,Tafsiran Alkitab Kitab Hosea (terj), Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008

 

E. Hill Andrew & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (terj), Malang: Gandum Mas, 2013

 

Hassel Bullock, C, Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama (terj), Malang: Gandum Mas, 2009

 

J. Wood Leon, Nabi-Nabi Israel (terj), Malang: Gandum Mas, 2005

 

Kadarmanto Ruth, S , Tuntunla ke Jalan yang Benar, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005

 

Lasor, W.S, Pengantar Kepada Perjanjian Lama 1 (terj), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008 hlm 272

 

Lasor, W.S, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2 (terj), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007

 

M. Boyd, A.B Frank, Kitab Nabi-Nabi Kecil (terj), Malang: Gandum Mas, 2016

 

Purwa Hadiwardoyo, Al, Catatan-Catatan Singkat Tentang Kitab Suci, Yogyakarta: Kanisius, 2001

 

Siahaan, S.M, Pengharapan Mesias dalam Perjanjian lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008

 

Tobing Evendy, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama, Malang: Steviera Literatur, 2009

 

Vangemeren Willem, Penginterpretasian Kitab Para Nabi (terj), Surabaya: Momentum, 2007

Wawancara

Yakub Tri Handoko, Wawancara Via Direct Message (Instagram), pada tanggal 29 April 2020 jam 17:01

Christoper Tapiheru, Wawancara Via Direct Message (Insatgram), pada tanggal 29 April 2020 jam 15:26-1 Mei 2020 10:41.



[1]Leon J. Wood, Nabi-Nabi Israel, (Malang : Gandum Mas, 2005), hlm 13-15

[2]Alkitab Terjemahan Baru, Ibrani 1:1 “menjelaskan bahwa Allah juga berbicara melalui nabi-nabi yang telah dipilihnya”

[3]S.M. Siahaan, Pengharapan Mesias dalam Perjanjian lama, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008), hlm 7

[4]W.S. LaSor, Pengantar Kepada Perjanjian Lama 1, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008) hlm 272

[5]Leon J. Wood, Nabi-Nabi Israel, hlm 83.

[6]Evendy Tobing, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama, (Malang : Steviera Literatur, 2009), hlm 1

[7]W.S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007), hlm 184.

[8]Willem A. Vangemeren,Penginterpretasian Kitab Para Nabi, (Surabaya: Momentum, 2007), hlm 32-33

[9]Evendy Tobing, Kitab Nabi Nabi Perjanjian Lama, hlm 11-15

[10]Ibid 33

[11]Marie-Claire Barth-Frommel, Kitab Yesaya Pasal 56-66 (Jakarta : BPK Gunung Mulia,2008), hlm 57.

[12]Dianne Bergant & Robert J.Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm 556

[13]Ruth S. Kadarmanto, Tuntunla ke Jalan yang Benar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), hlm 15.

[14]Al. Purwa Hadiwardoyo, Catatan-Catatan Singkat Tentang Kitab Suci, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm 38

[15] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2013), hlm 582.

[16]A. de Kuiper,Tafsiran Alkitab Kitab Hosea, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008), hlm 6

[17]Ibid 6-7

[18]Frank M. Boyd, A.B, Kitab Nabi-Nabi Kecil, (Malang: Gandum Mas, 2016), hlm 59.

[19]Ibid 59-60

[20]C. Hassel Bullock, Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2009), hlm 132-133.

[21]Al. Purwa Hadiwardoyo, Catatan-Catatan Singkat Tentang Kitab Suci, hlm 38.

[22]Yakub Tri Handoko, Wawancara Via Direct Message (Instagram), pada tanggal 29 April 2020 jam 17:01. Yakub Tri Handoko adalah seorang teolog sekaligus gembala sidang Gereja Reformed.

[23]Christoper Tapiheru, Wawancara Via Direct Message (Insatgram), pada tanggal 29 April 2020 jam 15:26-1 Mei 2020 10:41. Christoper Tapiheru adalah seorang hamba Tuhan yang melayani secara khusus Kaum Muda, melalui, talk show, kotbah gereja-gereja dan media sosial.

Post a Comment

0 Comments