Makna Sabad
Apa tujuan Allah berhenti dari
segala pekerjaan penciptaan-Nya pada hari yang ketuju dan menguduskan hari itu?
Apakah Allah membutuhkan istirahat setelah mengeluarkan energi yang luar biasa
untuk menghasilkan karya ciptaan yang begitu sangat baik (ayat 1:31)? Tentu jawabannya
tidak!
Ada dua jawaban atas pertanyaan
pertama. Pertama, Allah telah menyelesaikan semua karya penciptaan-Nya secara
sempurna. Oleh karena itu, hari ketujuh adalah haru perayaan atas mahakarya
itu. Dengan berhenti bekerja pada hari sabat (Kata sabat berasal dari kata
kerja syabat yang berarti berhenti), kita sedang ikut dalam perayaan sukacita
bersama Allah dalam mengagumi dan menikmati keindahan dan kesempurnaan karya-Nya
itu.
Kedua, dengan berhenti dari
pekerjaan-Nya pada hari ketujuh, Allah menyediakan model pola keteraturan kerja
bagi manusia. Hanya manusia yang diberi mandat dan tugas dari Allah untuk
mengelola dunia ini. Manusia yang terdiri dari roh dan tubuh dengan sendirinya
memiliki keterbatasan secara fisik. Ia tidak bisa bekerja terus menerus tanpa
henti. Ia membutuhkan istirahat untuk memulihkan tenaganya. Jauh lebih penting
dari itu, peraturan sabat mengajar manusia bahwa hidup bukan untuk bekerja saja
tetapi juga untuk menikmati hasil kerja, seperti Allah juga menikmati karya-Nya
yang sungguh amat baik itu.
Berhenti bekerja untuk beristirahat
menunjukan bahwa kita tidak diperbudak oleh kerja. Dosa membuat manusia
diperbudak oleh banyak hal yang kelihatannya baik, tetapi menjerat dalam
ketiadaan makna yang benar. Kerja bukan lagi dilihat sebagai bagian pengabdian
kita pada Tuhan tetapi sebagai pemuasaan nafsu dan ketergantungan pada diri
sendiri, bukan pada Allah. Dengan beristirahat, kita mengakui bahwa tubuh kita
bukan milik kita sendiri melainkan milik Allah yang harus dipelihara dengan
baik agar dapat digunakan Allah untuk maksud-Nya.
0 Comments