Header

Renungan Singkat || Makna Sabat - Kejadian 2:2

pexels.com


Makna Sabad

Apa tujuan Allah berhenti dari segala pekerjaan penciptaan-Nya pada hari yang ketuju dan menguduskan hari itu? Apakah Allah membutuhkan istirahat setelah mengeluarkan energi yang luar biasa untuk menghasilkan karya ciptaan yang begitu sangat baik (ayat 1:31)? Tentu jawabannya tidak!

Ada dua jawaban atas pertanyaan pertama. Pertama, Allah telah menyelesaikan semua karya penciptaan-Nya secara sempurna. Oleh karena itu, hari ketujuh adalah haru perayaan atas mahakarya itu. Dengan berhenti bekerja pada hari sabat (Kata sabat berasal dari kata kerja syabat yang berarti berhenti), kita sedang ikut dalam perayaan sukacita bersama Allah dalam mengagumi dan menikmati keindahan dan kesempurnaan karya-Nya itu.

Kedua, dengan berhenti dari pekerjaan-Nya pada hari ketujuh, Allah menyediakan model pola keteraturan kerja bagi manusia. Hanya manusia yang diberi mandat dan tugas dari Allah untuk mengelola dunia ini. Manusia yang terdiri dari roh dan tubuh dengan sendirinya memiliki keterbatasan secara fisik. Ia tidak bisa bekerja terus menerus tanpa henti. Ia membutuhkan istirahat untuk memulihkan tenaganya. Jauh lebih penting dari itu, peraturan sabat mengajar manusia bahwa hidup bukan untuk bekerja saja tetapi juga untuk menikmati hasil kerja, seperti Allah juga menikmati karya-Nya yang sungguh amat baik itu.

Berhenti bekerja untuk beristirahat menunjukan bahwa kita tidak diperbudak oleh kerja. Dosa membuat manusia diperbudak oleh banyak hal yang kelihatannya baik, tetapi menjerat dalam ketiadaan makna yang benar. Kerja bukan lagi dilihat sebagai bagian pengabdian kita pada Tuhan tetapi sebagai pemuasaan nafsu dan ketergantungan pada diri sendiri, bukan pada Allah. Dengan beristirahat, kita mengakui bahwa tubuh kita bukan milik kita sendiri melainkan milik Allah yang harus dipelihara dengan baik agar dapat digunakan Allah untuk maksud-Nya.


Post a Comment

0 Comments