Header

Orang Percaya Boleh Nyanyi Dunia?

 

MUSIK DUNIAWI

(Worldly Music)

 

A. PENGERTIAN MUSIK, PERANANNYA DAN MUSIK DUNIAWI

Kata musik/ music berasal dari kata Yunani “Mousike.” Bahasa Ibrani modern pun mengadopsi kata ini menjadi “Muziqah.” Bahasa Ibrani mengenal istilah “Mizmor” yang artinya nyanyian/ mazmur. Dalam keseharian kita, baik seni, ilmu, maupun nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan disebut musik. Musik juga adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik, yaitu irama, melodi, harmoni, struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan[1]. Musik juga dipergunakan dalam berbagai suasana serta tujuan. Music has always been part of the popular culture and it often plays important functions at weddings, funerals and festivals [2]. Dalam kehidupan kita sehari-hari, musik sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan: mulai dari dalam kandungan, batita sampai dengan orang dewasa, bahkan hingga lansia, musik sudah menyatu dengan kita. Dengan musik kita bisa gembira, merasa damai sejahtera tetapi sisi berlawanannya, musik juga dapat membuat sedih dan agresif.

Kata “Dunia” dalam bahasa Yunani adalah kosmos yang berarti keteraturan, susunan yang teratur, dan hiasan. Kosmos juga berarti suatu sistem dalam alam semesta yang teratur atau harmonis, tetapi dalam Alkitab kata “kosmos” sering digunakan dalam berbagai arti khusus, yaitu sebagai berikut:

1.   Kosmos dapat berati tata cipta. Dalam bagian-bagian atau ayat-ayat dalam Injil Yohanes yang mengandung makna tata cipta, selalu berbicara tegas bahwa kosmos adalah ada yang diadakan dan bukan yang ada dengan sendirinya (Yoh. 1:3, 10; 17:5) yang adalah ciptaan Allah. Dalam hal ini kosmos yang dimaksudkan adalah dunia secara materi.

2.   Kosmos dapat berarti seluruh keberadaan, tempat yang di dalamnya manusia dilahirkan, berkaitan dengan relasi antara Allah dan manusia (Yoh. 6:14; 9:39; 18:37). Di sini lebih mengarah kepada dunia/ bumi sebagai ciptaan di mana Yesus sebagai manusia datang ke dalamnya.

3.   Kosmos dapat berarti manusia, merupakan arti mayoritas dan tidak menunjuk kepada dunia secara materi (Yoh. 3:16-17; 1:29; 4:42; 6:33, dll). Donald Gutrie mengatakan bahwa Yohanes memakai istilah kosmos dalam pengertian manusia secara umum dan bukan manusia secara individual.

4.   Kosmos dapat berarti dunia yang penuh dengan dosa yang bertentangan dengan Allah. Kosmos sebagai keterangan subjek untuk iblis atau daerah iblis penguasa dunia yang jahat ini (Yoh. 12:31; 14:30; 16:11). Kata dunia menunjukan massa (sekelompok manusia dalam jumlah besar) yang bermusuhan atau setidaknya acuh tak acuh terhadap kebenaran dan mereka menolak menjadi pengikut Kristus (Yoh. 7:7; 16:20, 33). Kosmos yang terpisah dari Allah adalah kosmos yang berada dalam kegelapan dan jahat, bukan karena jahat pada dirinya sediri tetapi karena dikuasai oleh roh-roh jahat, yang berarti suatu sistem yang menentang Allah secara langsung.[3]

Dari definisi kata “musik” dan “dunia”  (dalam konteks tulisan ini digunakan definisi kata  “dunia” dengan penekanan poin keempat dalam penjabaran definisi diatas), maka dapat didefinisikan bahwa MUSIK DUNIAWI adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik, yaitu irama, melodi, harmoni, struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan yang dikuasai oleh roh-roh jahat dengan tujuan untuk menentang Allah, baik langsung maupun tidak langsung.

Terkait dengan definisi di atas, John Piper memberi penegasan : “One of the marks of worldly music is the exultation in a worldly view of life. A worldly view of life is a life that leaves Christ out and approves of what he disapproves. Worldly isn’t a sound. Worldly is leaving Christ out. That is why it is called worldly and not Christly. Worldly and it approves of what he disapproves. It is called worldly because it treasures the world above the one who made the world.” [4]

Keberadaan musik yang tidak membawa pesan Kristus, bahkan melegalkan hal-hal yang dilarang oleh Kristus, ditambah dengan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya yang lebih “mengagungkan” dunia ini dibandingkan  Kristus, serta menyuarakan pesan-pesan yang berfokus pada diri sendiri, itu jugalah musik duniawi.

 

B. SEJARAH MUSIK DAN PERKEMBANGANNYA

Pada awalnya musik diperuntukkan bagi penyembahan/ worship (entah kepada Tuhan atau kepada kuasa yang lebih tinggi) dan pada perkembangannya, musik ternyata digunakan juga untuk relasi kepada sesama, mengungkapan perasaan, dsb. Jika kita melihat pada sejarahnya, abad ke-20 merupakan abad terbesar dalam perkembangan musik. Berbagai style atau genre musik bermunculan, seperti Pop, Jazz, Rock, Fusion, Metal, dan sebagainya, termasuk subgenre dari genre-genre tersebut[5].  Di Amerika, pada awal abad 20, tingkat kehidupan prostitusi, minuman keras, perjudian, gangster sangat tinggi, dan musik Jazz adalah salah satu musik yang dipakai untuk “menemani” dan “mengantar” orang-orang Amerika kepada hal-hal tersebut pada bar-bar malam di sana. Musik Jazz tidak dapat dilepaskan dari kehidupan malam tersebut. Sebagian kecil musisi-musisi Jazz Kristen menghidupi kehidupan dosa tersebut dan mati karena overdosis, bunuh diri, dsb. Contoh lain adalah musik Rock. Pada akhir tahun 1960 musik Rock telah menarik perhatian para pendengar musik di Amerika dan berkembang dengan pesat di sana. Salah satu faktor berkembangnya musik ini adalah timbulnya pemberontakan dari kalangan-kalangan muda terhadap budaya di Amerika, yang disebut sebagai kelompok Hippies di tahun 60-an, dan memang musik ini dominan didengar dan dimainkan oleh kalangan muda. Kelompok tersebut adalah kelompok yang tidak suka kepada kekristenan, tidak peduli agama, dan budaya. Mereka mendefinisikan baik dan jahat menurut pandangan mereka sendiri. Musik Rock tidak dapat terlepas dari unsur pemberontakan dan kebebasan, kehidupan seks dan drugs. Jazz, Rock, Rock&Roll, Latin, Fusion, Brazillian, dan sebagainya, bermula atau berkonotasi pada sesuatu yang negatif. Setiap genre adalah “akumulasi” dari elemen-elemen musik yang sebelumnya telah ada. Musik Jazz adalah perkembangan atau campuran dari Blues, Ragtime¸ Gospel. Perkembangan musik Rock yang dipopulerkan The Beatles, Rolling Stone, The Kink, The Animals, dimulai di pertengahan abad 20 sebagai perkembangan dari Rock&Roll, Rockabilly, Rhythm&Blues, dan unsur lainnya. Semua genre tersebut berkembang di dalam konteks “kehidupan dosa”, club, seks bebas, LSD[6]. Pemikiran yang dimiliki orang-orang yang tidak mengenal Allah ataupun bukan seorang Kristen yang benar, dari kedagingannya, telah menciptakan karya musik atau lagu yang jauh dari fokus terhadap Allah. Mereka menciptakan lagu tentang cinta (nafsu), hilangnya pengharapan, keinginan bunuh diri, bahkan pemujaan terhadap setan, dan sebagainya.

 

C. PANDANGAN ALKITAB TERHADAP MUSIK

Di Alkitab, kemunculan kata “musik” di Kitab 1 dan 2 Tawarikh menunjukkan asosiasi yang erat dengan keberadaan sebuah alat, yaitu alat musik. Dalam Kejadian 4:21 kita dapat menemukan bahwa pertama kali alat musik ditemukan dan dimainkan oleh salah satu keturunan Kain, yaitu Yubal. Dalam perkembangannya, bangsa Israel menggunakan beberapa alat musik seperti kecapi, gambus, nafiri, ceracap seperti yang dapat dilihat dalam beberapa ayat Alkitab pada Mzm 33:3, Mzm 81:3 dan 2 Taw 20:28. Peranan musik sangatlah besar dan salah satu contoh nyata penggunaan musik didalam Alkitab adalah untuk memberi ketenangan (1 Samuel 16:18-23), dicatat dalam ayat tersebut bagaimana Saul menjadi tenang setelah Daud memainkan musik, musik yang membuat roh jahat keluar dari diri Saul. Keberadaan musik yang signifikan seperti yang telah dijabarkan di atas, telah mengalami distorsi karena kedagingan, daya tarik dunia, dan iblis.

Alkitab secara keseluruhan menunjukkan adanya tiga kategori yang dapat dikaitkan dalam hal musik ini, yakni : sacred, secular dan sinful (selanjutnya disingkat 3S), agar kita memiliki batasan dan tolak ukur dalam menentukan sikap dan pemahaman tentang musik yang lebih komprehensif (lengkap/utuh).

Dalam Alkitab itu sendiri, dari 156 ayat mengenai musik/ nyanyian:

a.          29 ayat berisi tentang lagu, dimana dua ayat menunjukkan sebuah ungkapan/ idiom “Aku seperti ejekan bagi mereka” dan 27 ayat ditujukan kepada Tuhan.

b.         118 ayat berisi tentang nyanyian, dimana 1 ayat tentang nyanyian ejekan/ berupa idiom, 3 ayat mengenai mengenang Saul, Yonathan dan Abner, 1 ayat untuk nyanyian berbalasan (ucapan syukur karena Raja tapi bukan kepada Tuhan/ untuk sukacita/ penggembira), 1 ayat nyanyian untuk penyembahan berhala (lembu emas), 1 ayat mengenai kerinduan Laban untuk menghantarkan Yakub disaat Yakub lari dengan membawa anak-anak Laban (Kejadian 31:27) dan 111 ayat nyanyian untuk Tuhan.

 

c.          9 ayat tentang musik yang semuanya tertuju kepada Tuhan.

Ada hal yang menarik tercatat didalam Alkitab terkait dengan musik/ nyanyian yang dicatat dalam ayat-ayat berikut dibawah ini :

“Daud menyanyikan nyanyian ratapan ini karena Saul dan Yonatan, anaknya, dan ia memberi perintah untuk mengajarkan nyanyian ini kepada bani Yehuda; itu ada tertulis dalam Kitab Orang Jujur.” (2 Samuel 1:17-18)

 Yeremia membuat suatu syair ratapan mengenai Yosia, Dan sampai sekarang ini semua penyanyi laki-laki dan penyanyi perempuan menyanyikan syair-syair ratapan mengenai Yosia, dan mereka jadikan itu suatu kebiasaan di Israel. Semuanya itu tertulis dalam Syair-syair Ratapan.” (2 Tawarikh 35:25)

Ayat-ayat tersebut diatas menunjukkan secara jelas bagaimana Daud dan Yeremia menyanyikan bahkan memerintahkan umat Israel untuk mengajarkan nyanyian dan menyayikan nyanyian tersebut sekalipun nyanyian itu bukan nyanyian penyembahan kepada Tuhan, melainkan nyanyian ratapan atas meninggalnya raja. Sekalipun demikian, Alkitab berbicara tentang musik/ lagu lebih banyak dalam konteks sacred daripada secular dan sinful.

 

1.            Sacred (Musik yang memuliakan Tuhan dalam ibadah)

Kolose 1:16 :  Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, muapun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” Mengacu pada kebenaran Firman Tuhan diatas, maka musik tentulah diciptakan oleh dan untuk Kristus. Musik begitu erat dan berada dekat Allah ketika kita mengingat suasana Sorga yang begitu identik dengan sangkakala, puji-pujian, dan nyanyian baru (Wahyu 1, 5).  Matius 26:30 mencatat bahwa Yesus dan murid-murid-Nya pun mempraktekkan nyanyian pujian dalam keseharian mereka. Bahkan di dalam Kisah Para Rasul 16:25 kita melihat bagaimana para rasul (Paulus dan Silas) juga mempraktekkan nyanyian pujian bahkan saat di dalam penjara. Oleh karena itu, jelas bahwa musik adalah ciptaan Allah dan dipergunakan  untuk menyembah DIA. Musik begitu erat dan berada dekat Allah.

 

2.            Secular (Musik yang mengekspresikan hubungan antar manusia, atau antar manusia dengan ciptaan Tuhan)

Ternyata dipakai untuk memuliakan/ menyembah Tuhan, musik pada perkembangannya dipergunakan oleh komunitas orang percaya di luar maksud ibadah untuk bersyukur kepada Tuhan. Umat Tuhan menggunakan musik dalam acara-acara sosial (hubungan antar manusia) dimana manusia yang satu dengan yang lainnya tergabung dalam komunitasnya dapat mengungkapkan kegembiraannya sebagai ucapan syukur, yang dilakukan di hadapan Allah/ karena Allah dan bagi Allah, tetapi tidak dalam konteks ibadah.

Daud sekalipun disebut sebagai pemazmur yang hatinya intim dengan Tuhan, ternyata juga menciptakan lagu-lagu ratapan (lagu bukan untuk ibadah) misalnya untuk meratapi kematian Saul, Yonathan, dan Abner dan bahkan dia menyuruh bangsa Israel belajar lagu itu untuk mengenang Saul, Yonathan, dan juga Abner. Selain itu, ada juga lagu untuk pesta, misalnya nyanyian menyambut anak bungsu yang kembali ke rumah (Lukas 15:25).

Di dalam Alkitab tercatat ayat-ayat yang menunjukkan bahwa penggunaan musik ini sangat beragam dan tidak hanya untuk menyembah kepada Tuhan saja (meskipun sebagian besar ayat menyatakan bahwa musik digunakan untuk menyembah Tuhan). Sebab manusia menerima yang disebut sebagai “wahyu umum” (general revelation) untuk mengembangkan musik yang digunakan bukan untuk menyembah Tuhan, tetapi untuk mengekspresikan perasaan terkait dengan hubungan dengan sesama, alam semesta, dan tidak mengandung unsur melawan Allah. Itulah yang masuk dalam kategori musik sekular. Dengan demikian, lagu kebangsaan, mars perusahaan, lagu anak-anak atau lagu lainnya yang liriknya tidak bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan dapat tetap dinyanyikan oleh orang percaya.

 

 

3.            Sinful (Musik yang jelas menentang Tuhan)

Sebuah kebenaran absolut bahwa semua manusia telah jatuh dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23) dan fakta bahwa pikiran dan hati manusia telah rusak (corrupted),  terkontaminasi (contaminated), dan tercemar (polluted) sehingga musik yang adalah ciptaan Allah, dapat disalahgunakan sebagai alat untuk melawan Allah, melawan Firman-Nya dan umat-Nya. Contohnya, musik dunia dipenuhi oleh lirik-lirik yang menghujat Allah, irama-irama yang disusun begitu rupa sehingga mengacaukan pikiran dan konsentrasi kita untuk menyembah Allah, serta disusupi oleh kuasa gelap untuk menguasai jiwa manusia. Musik dunia dipakai sebagai alat, cara, metode, sarana oleh manusia berdosa untuk memuaskan dirinya serta dikomersilkan untuk hanya semata-mata mendapatkan keuntungan finansial pribadi. Untuk keuntungan finansial, uang adalah tujuan dan musik adalah alatnya.

 

Kita dapat menilai apakah musik tersebut masuk dalam kategori musik duniawi atau bukan, sedikitnya dapat dilihat dari empat hal berikut ini:

  1. Liriknya (kata-kata dalam lagu tersebut),
  2. Cover/Sampul albumnya (adakah cover lagu tersebut menunjukkan hal-hal yang buruk misalnya penyembahan berhala, pemujaan roh jahat, seks bebas, dst),
  3. Simbol-simbol yang muncul,
  4. dan video klipnya (dari video klip maka sedikit banyak kita dapat menilai motivasi atau tujuan lagu tersebut ke arah mana).

 

Konsep lain yang mendukung konsep 3S ini adalah konsep Holy, Clean dan Unclean yang digagas oleh Andrew E. Hill[7]. Berikut adalah diagram konsep ini:

 

                sanctify                                  cleanse

HOLY                                     CLEAN                                    UNCLEAN

profane                                  pollute

 

Jadi menurut konsep ini, hal-hal kudus dapat dinajiskan oleh dosa dan penyakit, menjadi hal-hal biasa (common) atau bahkan tidak kudus (unclean). Hal-hal biasa (common/clean) dapat menjadi kudus melalui usaha kedua belah pihak (aktivitas manusia menguduskan dan Allah yang menguduskan). Jika kita telah disucikan dari dosa, kita yang tadinya tidak layak tetapi dilayakkan, maka sudah seharusnyalah kita semakin menguduskan diri kita dan bukan sebaliknya, bermain-main dalam hal-hal yang bersifat duniawi, hal-hal yang tidak menyenangkan hati Tuhan, dan yang dapat membuat kita justru semakin menjauh dari Tuhan. Pikiran dan perasaan Kristuslah yang seharusnya memerintah dalam hati dan pikiran kita jika memang kita sungguh rindu terus dikuduskan. Itu semua hanya dapat terjadi manakala kita benar-benar bertekad hidup tak bercacat dan bercela di hadapanNya.

 

D. BAHAYA MUSIK DUNIAWI

Musik yang ada saat ini bukanlah sekedar musik yang enak untuk didengarkan, melainkan di dalam musik sebenarnya ada pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh mereka yang terlibat di dalam pembuatannya. Adapun pesan-pesan di dalam sebuah musik duniawi, sarat dengan hal-hal yang jauh dari Kerajaan Allah, yang menentang Allah bahkan mengarahkan kita untuk memberontak kepada-Nya. Berikut ini pesan-pesan dalam musik yang dikutip dari Bulletin Doa edisi 166, Agustus 2012:

1.                  Pesan yang melawan Kristus, seperti yang terdapat dalam:

a.       Madonna, “Gang Bang,” MDNA Tour (2012).

b.      Madonna, “Live to Tell,” Confessions Tour (2006);

c.       Madonna, “Like a prayer” (1989);

d.      Lana De Rey, “Born to Die”; \

e.       Christian Death, “Sex and Drugs and Jesus Christ”;

f.        Behemoth, “Slaves Shall Serve”;

g.      Marilyn Manson, “Coma White”;

h.      Lady Gaga, "Alejandro"

i.        Lady Gaga, "Judas"

j.        John Lennon, "Imagine"

k.      Kanye West, "I am God"

 

2.                  Pesan ritual penyembahan setan

a.       Jeffree Star, “Beauty Killer”;

b.      Testament, “Souls of Black”;

c.       Rammstein, “Liebe ist für alle da” (2009);

d.      Lady Gaga, saat penampilannya di MTV VMAs 2009;

e.       Ke$ha, “$leazy Tour” Brisbane 2011;

f.        Die Antwoord, “Ten$ion” (2012);

g.      Exo (Kpop), “Mama”.

h.      Eagles, "Hotel California"

 

3.                  Pesan agar membiasakan manusia dengan makhluk-makhluk neraka

Musik yang ditampilkan memperlihatkan manusia melalui kostum dan riasan-riasan zombie (sebutan untuk mayat hidup sistem kepercayaan Voodoo), wajah setan dan sebagainya. Musik dan film adalah usaha iblis agar manusia terbiasa dengan hal-hal okultisme dan kehadiran makhluk-makhluk neraka yang tidak lama lagi akan dilepaskan menguasai bumi setelah orang-orang percaya dan Roh Kudus diangkat dalam pengangkatan. Wajah-wajah dan tata rias setan seperti foto-foto di atas dan di bawah ini bukan imajinasi manusia semata, ini adalah wajah-wajah asli iblis dan makhluk neraka yang gambarannya didapat manusia berdasarkan perjanjian dengan iblis.

 

4.                  Pesan percabulan (diantaranya pesan sex bebas, pesan LGBT)

a.       John Lennon, “Mind Games” (1973),

b.      George Michael, “I Want Your Sex

c.       Lady Gaga, “Alejandro” dan “Bad Romance”

d.      Eminem, “Shake that ass”

e.       Ciara feat Justin Timberlake , “Love sex and magic”

f.        Madonna, "Papa Don't Preach"

g.      Christina Aguilera, "Genie in the Bottle"

h.      Ed Sheeran, "Shape of you"

i.        Lauren Cohen, "Hallelujah"

j.        George Michael, "Freedom"

k.      Queen, "I want to break free"

l.        Christina Aguilera, "Beautiful"

m.    Scissors Sister, "Let's have a kiki"

n.      50cent, "It's getting hotter here"

5.                  Pesan melemahkan kekristenan dan penganiayaan terhadap orang Kristen

a.       Lady Gaga, "Born this way"

b.      Pink, "Raise your glass"

c.       Prince, "Let go crazy"

d.      Miley Cyrus, "Wrecking Ball"

e.       Slayer, "Jesus Saves"

f.        TV-series Alyssa Milano: "Insatible" dimana paduan suara perempuan menyanyikan lagu hymn "Sweet Jesus Inside Me" menjadi hal yang seksual; merupakan bentuk merusak hymne yang sakral menjadi sesuatu yang bukan

g.      R.E.M, "Losing my religion"

h.      Miley Cyrus, "Nothing Breaks Like a Heart"

 

6.                  Pesan Materialistis

a.       Bruno Mars, "24K"

b.      Pink Floyd, "Money"

c.       NAS, "Find ya wealth"

d.      Travie McCoy feat. Bruno Mars, "Billionaire"

e.       Kanye West feat. Jamie Foxx, "Gold Digger"

f.        50Cent, "I get money"

g.      Madonna, "Material Girl"

 

E. SIKAP ORANG PERCAYA TERHADAP MUSIK

1.         Secara Umum

Sebagai orang percaya yang telah menerima anugerah keselamatan dan diminta untuk terus mengerjakan keselamatan yang telah diperoleh dengan takut dan gentar serta telah dipenuhi dengan Roh Kudus, maka pasti memiliki kerinduan yang besar untuk senantiasa hidup menyenangkan hati Tuhan. Setelah mengetahui bahaya dari pesan-pesan yang terkandung dalam musik duniawi, sudah seharusnya kita lebih berhati-hati dengan apa yang masuk ke dalam diri kita, karena itulah nanti yang akan keluar dari diri kita (termasuk musik yang kita nikmati). Kita memang telah dibebaskan dari hukuman dosa, tetapi bukan berarti kita hidup semaunya. Mengingat musik memberikan dampak yang besar, semua hal yang masuk dalam diri kita, itulah yang memberi “makan” diri kita (misalnya saja jikalau kita memberi “makan” diri kita dengan musik-musik kedagingan maka tanpa kita sadar, daging kitalah yang sedang diberi makan).

Jadi, bolehkah mendengar musik sekular? 1 Korintus 10:23 mengingatkan kita bahwa, ““Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.” Hal tersebut berarti, sebagai Kristen yang dewasa maka kita harus beralih dari boleh atau tidak menjadi berguna atau tidak dan membangun atau tidak. Jikalau musik yang kita dengarkan/ nikmati justru membuat kita semakin jauh dari persekutuan dengan Tuhan dan tidak membuat kita lebih diproses dalam pengudusan maka sudah seharusnyalah kita mengubah selera musik kita sesuai dengan apa yang Tuhan mau yaitu musik yang mengagungkan nama-Nya (sacred). Kita memang sudah dibebaskan dari kuasa dosa, untuk itu biarlah dengan sadar kita memilih apa yang membawa kita semakin diperkenan oleh-Nya. Dengan kata lain, meskipun kita diberi  kehendak bebas (free will) oleh Tuhan, tetapi pakailah free will tersebut untuk semakin menyenangkan hati-Nya, biarlah hanya satu kerinduan hati kita, yakni semakin serupa dengan gambaran Anak-Nya.

Selain itu, oleh karena kita adalah suratan Kristus yang terbuka, maka kehidupan kita mengikut Tuhan, menjadi sesuatu yang akan dilihat nyata bahkan diteladani oleh orang lain. Untuk itu, sedapat mungkin, hidup kita tidak boleh menjadi batu sandungan bagi orang lain. 1 Korintus 8:10-11 berkata “Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai “pengetahuan”, sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena “pengetahuan”mu.” Dalam kehidupan dimana kita diminta menjadi garam dan terang dunia, maka segala hal yang kita lakukan (termasuk musik apa yang kita dengarkan) haruslah sesuatu yang tidak menjerumuskan orang lain menjadi serupa dengan dunia ini melainkan membawa banyak orang kepada Kerajaan Allah  yaitu apa yang mendatangkan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Roma 14:17).

 

2.   Secara Khusus

Musik sebenarnya masuk dalam budaya (culture) yang harus dianalisa, disaring. Kristus tidak bertentangan dengan budaya, melainkan Kristus mampu mentransformasi segala sesuatu karena di dalam Kristus segala sesuatu menjadi baru (Wahyu 21:5).[8] Musik tidak bisa dilepaskan sama sekali dari Allah yang telah memberi karunia tersebut dan juga bahwa iman seseorang sangat mempengaruhi bukan saja kehidupan seseorang, tetapi juga musik yang ia hasilkan. Untuk itu, bagi para musisi Kristen (penyanyi, pencipta lagu, produser, music arranger, dsb) berdasarkan fakta-fakta kejatuhan musik seperti yang telah kita bahas sebelumnya, kita diharapkan memiliki beban dan kesadaran akan tanggung jawabnya untuk membawa musik kembali kepada desain awal, yaitu untuk kemuliaan Tuhan. Van Brummelen, seorang profesor dari Trinity Western University di Kanada, memberikan sebuah contoh yang baik bagi para pendidik musik Kristen dalam memberikan pandangan Alkitab dalam hal membawa musik kembali kepada desain awal ini. Ia mengutip sebuah ayat dari Filipi 4:8, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”  Sudah seharusnya sebagai musisi Kristen yang diperintahkan untuk memikirkan apa yang baik, mulia, manis, menciptakan musik - musik mengenai kebaikan, kasih, dan juga menceritakan ciptaan Allah yang indah. Bagi musisi kristen, tidak dipungkiri bahwa mereka, sedikit banyak, mengambil dan belajar dari musisi non-gereja atau dunia karena Allah memberikan wahyu umum (general revelation) bagi mereka. Kita tidak dapat menyangkali bahwa teori musik¸ aransemen, sistem chord, dan teknik, kita dapatkan dari berbagai musisi di dunia. Mereka yang belajar  musik secara akademis (kursus di sekolah musik ataupun kuliah musik) telah belajar dari dosen-dosen yang memainkan musik dunia.

Dalam Alkitab, kita melihat adanya konsep meta narrative[9] mulai dari awal mula penciptaan sampai dengan nanti langit baru bumi baru.

Creation  Fall Redemption New Creation

Di dalam penciptaan (creation), semua Tuhan ciptakan dengan sungguh amat baik adanya. Namun, kejatuhan manusia dalam dosa (fall) membuat manusia tidak-bisa-tidak berdosa karena natur dosa sudah ada dalam dirinya. Syukur kepada Allah karena Ia mengirimkan Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus untuk menebus (redemption) semua manusia. Kematian dan kebangkitan-Nya memungkinkan kita untuk menebus/ mengembalikan kembali kepada design awal Tuhan atas manusia dan atas dunia ini (termasuk musik).

Dengan terus setia pada panggilan merestorasi pondok Daud, sebuah standar yang jelas dan tegas ketika kita ingin kembali “merebut” musik bagi kemuliaan Tuhan sangat diperlukan bagi gereja Tuhan. Sebuah standar yang Alkitabiah dan relevan di jaman ini. Standar yang berotoritas memberikan pemahaman yang komprehensif bagi jemaat Tuhan. Sebuah standar Allah, bukan standar manusia semata. Standar itu dapat kita mulai dari Roma 12:2, bahwa kita jangan menjadi serupa dengan dunia ini. Kita tentu tidak boleh mengikuti dan menikmati musik yang dipenuhi oleh lirik-lirik yang menghujat Allah, irama-irama yang disusun begitu rupa mengacaukan pikiran dan konsentrasi untuk menyembah Allah, serta disusupi oleh kuasa gelap untuk menguasai jiwa kita. Rick Warren mengatakan, “There is no such thing as “Christian” music; there are only Christian lyrics. It is the words that make a song sacred, not the tune. There are no spiritual tunes. If I played a song for you without the words, you’d have no way of knowing if it were a “Christian” song.” Bagi jemaat/ pelayan Tuhan yang berkecimpung di market place, bermusik dan bernyanyi, ingatlah 1 Kor 10:31, “.. lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Kritis dan selektiflah terhadap musik yang sedang berkembang pada setiap zaman. Anda mungkin mempelajari struktur musik, ide-ide aransemen, penggunaan chord, rhythm dan melodi dari musik-musik yang sedang berkembang di luar gereja dan mengambil pelajaran itu untuk dipakai menciptakan atau mengaransemen musik-musik rohani yang digunakan dalam ibadah. Akan tetapi, jangan lupa bahwa Tuhanlah yang menciptakan musik dan pemberi inspirasi utama dalam bermusik.

 

F. KESIMPULAN

Tuhan telah memberikan visi dan anugrah yang berlimpah kepada Gembala Sidang untuk merestorasi pondok Daud. Kata “restorasi” berarti memulihkan dan juga dapat berarti membawa kembali kepada keadaan awalnya. Kita harus terus sepakat bersama dengan Gembala Pembina kita dalam visi besar yang Tuhan berikan ini, salah satunya dengan cara merebut kembali musik agar dipakai sesuai tujuannya yang semula, yaitu untuk memuliakan Dia. Oleh karenanya, bangunlah kehidupan doa, pujian, penyembahan dan perenungan akan Firman Tuhan secara pribadi setiap hari, sehingga kita memiliki kepekaan akan kehendak-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, selera musik dan musikalitas orang percaya (musisi Kristen) terus-menerus dipimpin oleh Roh Kudus sehingga dikuduskan dan berkenan kepada Allah. Ketika hal itu terjadi, hidup ini akan semakin berbuah dan bukan hal yang mustahil akan lahir musisi-musisi Kristen yang membawa pesan-pesan Kerajaan Allah bagi para pendengarnya, menjadi berkat dan menuntun banyak orang kepada jalan, kebenaran dan hidup yaitu Yesus Kristus Tuhan. Dengan begitu kita menduduki dan memenangkan salah satu “gunung” dalam 7 Mountains yaitu Art & Entertainment  untuk kemuliaan nama Tuhan. Amin.

 

Sumber: Tim Teologia Pastoral Rayon 3



[1]  Jamalus, Panduan Pengajaran Buku Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik (Jakarta: Proyek     pengembangan Lembaga Pendidikan, 1988).

[2]  Thomas Bossius dan Andreas Hager, Religion and Popular Music in Europe (New York: I.B.Tauris & Co., 2011).

[3]  Donald Gutrie; Teologia Perjanjian Baru

[5] P.Tanner & Megill, D. W., & Gerow, M. Jazz, Ninth Edition (New York: McGraw-Hill, 2001).

 

[6] Lysergic Acid Diethylamide – obat-obatan yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran, persepsi, dan perasaan seseorang. LSD ini sangat popular digunakan oleh musisi Rock untuk menunjang penampilan mereka di atas panggung. Oleh karena pengaruh obat ini sangat kuat di kalangan musisi Rock, muncullah jenis musik Acid Rock.

[7] Andrew E. Hill , Enter His Courts with Praise!: Old Testament Worship for the New Testament Church

[8]  Daniel Patte, Cambride Dictionary of Christianity, General Editor, in press (October 2009)

[9] John Stonestreet & Brett Kunkle, A Practical Guide to Culture: Helping the Next Generation to Navigate Today’s  World

Post a Comment

0 Comments