Pendahuluan
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia pengertian imam yaitu seorang pemimpin dalam sebuah ibadah.
Dalam konteks agama Kristen, imam adalah seorang yang memiliki tugas dan peran
yang khas seperti memimpin umat dalam gereja. Istilah imam dapat disinonimkan
dengan kata padre, kepala, pemimpin, pastor, pendeta. Dalam Alkitab, imam
berarti pengantara manusia dengan Tuhan. Sebagai pengantara, imam berfungsi
untuk menyampaikan permohonan, keluhan umat manusia.[1] Kata imam dapat diartikan
sebagai priests yaitu anggota
keluarga yang dikhususkan untuk mempersembahkan kurban dan menjadi pengantara
Allah dan umat. Berkhof menjelaskan bahwa kata imam dalam Perjanjian Lama
menggunakan kata Kohen yang artinya
tidak diketahui secara pasti. Namun yang jelas kata tersebut selalu menunjukan
arti tentang seseorang yang memegang jabatan yang mulia dan penuh tanggung
jawab dan mempunyai otoritas atas orang-orang lain. Menurutnya imam tidak
terlepas dari sebuah tugas dalam tempat peribadatan.[2]
Dalam ruang lingkup kecil kepala keluarga
dapat dikatakan sebagai imam, lalu berkembang dalam konteks luas, keturunan
Lewi dalam Perjanjian Lama menjadi imam
ditengah-tengah bangsa Israel. Kemudian dalam Perjanjian Baru, Yesus disebut
sebagai Imam Besar Agung (Ibr. 4:14-5:10) sebagai Pengantara antara Allah dan manusia (1 Tim.2:5).[3] Jadi Imam adalah seorang
yang mewakili umat Tuhan dalam Kemah Suci (Konteks Tabernakel). Imam menjadi
perantara antara umat dan Allah dengan mengadakan korban pendamaian bagi dosa
umat setelah terlebih dahulu mempersembahkan korban untuk dirinya sendiri. Dewasa
ini, orang-orang percaya yang melayani Tuhan juga dapat disebut sebagai imam
seperti yang rasul Paulus katakana “Kamu adalah bangsa terpilih, imamat yang
rajani”.
Asal Mula Imam dan Fungsi Jabatan Imam Dalam PL
Pertama
kali orang bertindak sebagai imam dicatat dalam Kejadian 4:3-4. Pada zaman
dahulu kepala keluarga bertindak sebagai imam (Kej. 8:20; 12:8; 35:7) Setelah
bani Israel keluar dari Mesir, orang-orang muda (anak sulung) diberi hak untuk
melakukan pekerjaan sebagai imam (Kel. 24:5; 19:22). Selanjutnya dalam tatacara
pelaksanaan ibadah di Tabernakel, keturunan Lewi dipilih untuk menjadi imam
dalam sebuah peribadatan. Menurut ketentuan Taurat, hanya keturunan Harun yang
terpilih menjadi imam (Bil. 3:10; 16:40; 18:7). Para imam dikuduskan oleh Allah
untuk jabatan tersebut (Kel. 29:44) dan imam besar dan imam-imam ditahbiskan
di depan orang banyak (Kel. 28:41; Bil.
3:3).[4] Kemudian Petugas dalam
imam yang bertugas dalam melaksanakan ibadah dapat dibagi menjadi dua, kaum
imam dan kaum Lewi. Para imam dapat dibagi menjadi dua kelompok seperti
kelompok atas dan kelompok bawah. Imam-imam yang tergolong kelompok bawah
seringkali termasuk di dalamnya orang-orang dari goongan aristocrat. Imam yang
termasuk golongan tersebut yaitu Imam Besar dan Imam-imam kepala yang merupakan
mantan imam-imam besar, atau dari anggota keluarga imam yang dari situ Imam
Besar terpilih. Kemudian di dalam Bait Suci terdapat bendahara berjumlah tiga
orang, yang bertugas untuk mengelola seluruh pendapatan dan harta benda yang
dimiliki Bait Suci, Selain itu, terdapat juga pengawal Bait Suci, seperti
ketika mereka yang ditugaskan untuk
menangkap Yesus (Yoh. 18:3, 12), menangkap para rasul (Kis. 5:24-26), dan
mengawal kubur Yesus (Mat. 27:65). Imam Besar adalah orang yang mengepalai
seluruh petugas Bait Suci tersebut. Jadi fungsi imam secara umum lainnya adalah
sebagai pemimpin umat Yahudi.[5]
Konsep Imam Dalam PL & PB
Dalam Perjanjian Lama, meskipun kata imam ini sering dipakai untuk
seseorang yang bertugas dalam mengurus peribadahan. Bukan berarti tugas imam
dapat dilakukan oleh siapa saja, namun ada kriteria-kriteria khusus yang harus
dimiliki oleh seorang imam, seperti seorang imam ditetapkan oleh Tuhan dan
dirinya mau mengabdi buat Tuhan secara totoal. Maka kaena itu seorang imam
dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara baik dan benar.
Kemudian
imam dalam Perjanjian Baru lebih menggambarkan tentang sosok yang sebenarnya
dari seorang imam. Kata yang dipakai untuk imam dalam Perjanjian Baru adalah ‘hierus’ yang berarti “ia yang perkasa”
dan kemudian berarti “seseorang yang sakral,” seorang yang mempersembahkan diri
kepada Tuhan. Pengertian kata imam dalam Perjanjian Baru memperjelas jati diri
dari imam tersebut yaitu seorang yang mempunyai kekuatan dan kuasa serta
memiliki kesucian hidup. Makah al itu merupakan syarat menuju pelaksanaan tugas
sebagai pengantara umat dengan Tuhan dalam berbagai ritual peribadahan.[6]
Tugas Imam
Secara
umum tugas imam dalam kehidupan peribadahan umat Israel yaitu memimpin bangsa
Israel untuk beribadah kepada Allah dan berusaha agar peribadahan umat itu
berlangsung secara benar dan teratur menurut tata kebiasaan agamawi yang
berlaku. Salah satu hal yang penting dalam ibadah Israel adalah korban
persembahan. Namun imam bukan satu-satunya orang yang berhak untuk
mempersembahkan korban (Hak. 6:22-24; 13:19, dll). Tugas seorang imam ialah
mempelajari dan menafsirkan maksud dari peraturan-peraturan dan hukum-hukum
tentang korban persembahan tersebut, serta memberikan nasihat-nasihat mengenai
cara pelaksanaan yang baik.[7]
Menurut
informasi yang dituliskan oleh David F. Hinson dalam bukunya Sejarah Kerajaan Allah
1 bahwa dalam beberapa bagian Alkitab, seperti dalam Hosea 4:6, Yeremia 2:8 dan
Yehezkiel 7:26, para imam itu dikecam dengan keras. Alasan dari kecaman-kecaman
itu ialah karena kurang mengetahui “Hukum Taurat” secara benar. Pada mulanya
dalam sejarah Israel tugas imamat adalah tanggung jawab orang-orang Lewi, yaitu
suku atau keluarga Lewi (Ul. 33:8-10). Pengetahuan yang terinci mengenai
kebiasaan-kebiasaan beribadah ini dipelihara dan diteruskan dari satu generasi
Lewi ke generasi Lewi berikutnya. Perlengkapan khusus yang dimiliki oleh imam
yaitu seperti Urim dan Tumim. Urim dan Tumim ini merupakan alat
yang sejenis untuk mengundi, dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
memutuskan perkara-perkara yang ditemui dalam melaksanakan tugas peribadahannya
(Bil. 27:21; 1 Sam. 14:41). [8]
Kemudian
ketika Bait Allah telah dibangun di Yerusalem, ditunjukan suatu kelompok Imam
yang berasal daru keturunan Zadok untuk bertugas di sana. Pada mulanya pra imam
melayani bersama-sama dengan kelompok Imam keturunan Abyatar (2 Sam. 8:17).
Akan tetapi di kemudian hari, pada masa pemerintahan raja Salomo, Imam Abyatar
dipecat dari jabatannya selaku Imam Besar, maka Zadok pun ditunjuk sebagai
gantinya (1 Raj. 1:5-8). Ada yang berpendapat bahwa sebelum Daud merebut Yerusalem
Zadok telah melayani sebagai imam di sana, dan ketika Daud merebut Yerusalem ia
tetap diperbolehkan menjadi imam di sana. Jika pendapat ini benar maka
imam-imam dari keluarga Abyatar adalah orang-orang Lewi asli, sedangkan
imam-imam dari keluarga Zadok baru kemudian hari digolongkan dan dihormati
sebagai orang-orang Lewi juga.[9]
Menurut Bakker,
tugas imam adalah menjadi perantara Allah dengan umat-Nya serta mempersembahkan
kurban kepada Allah. Kemudian memberkati rakyat atas nama Allah dengan memakai
perkataan-perkataan seperti terdapat dalam Bilangan 6:24-26. Imam harus memberi
pertimbangan apakah dapat dianggap bersih seseorang yang tadinya dianggap
najis. Dalam perkara-perkara kecemburuan imam meminta putusan Allah. Dalam perkara-perkara
yang sulit imam memberi nasihat.[10]
Tugas Imam Dalam
Kitab Imamat
Berikut ini
merupakan beberapa tugas imam, secara khusus yang tercatat dalam kitab Imamat
seperti:
Im. 8:14-23 Mempersembahkan koraban-korban
Im. 8:25-27 Menaruh persembahan unjukan ke atas telapak tangan.
Im. 24:5-9 Meletakan dan memindahkan roti sajian
Im. 6:12,13 memelihara api suci di mezbah supaya tidak padam
Im. 23:10 mempersembahkan hasil tuaian bersama
Im. 1:1-6:30 Mempersembahkan koraban
Im. 13:2, 14: 34-35 Memutuskan perkara kusta
Im. 27:8 Menilai barang-barang yang dipersembahkan
Im. 15:30,31 Menyucikan orang yang najis
Konsep Imam dalam PL
Pada mulanya tidak ada orang yang ditetapkan untuk bekerja sebagai
imam. Untuk mempersembahkan kurban kepada Allah, maka tiap kepala keluarga
bertindak sebaga imam. Kepala keluarga mewakili seisi keluarganya untuk
melaksanakan tugas mempersembahkan korban. Peranan imam semakin nyata dalam
peraktek keagamaan saat bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan di Mesir.
Untuk memimpin Israel sebagai suatu bangsa dalam melakukan penyembahan yang
benar kepada Allah, maka Allah menghendaki adanya seorang imam. Allah
memrintahkan Musa memanggil Harun beserta anak-anaknya untuk memegang jabatan
imam bagi Allah. Hal tersebut dijelaskan dalam kitab Keluaran 28:1, “Engkau harus menyuru abangmu Harun bersama
dengan anak-anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk
memegang jabatan imam bagi-Ku. Harun dan anak-anaknya, yakni Nadab, Abihu,
Eleazar dan Itamar.” Pemilihan Allah atas Harun dan anak-anaknya dalam
melakukan tugas peribadahan, tentunya agar pelaksanaan lebih teratur, terarah
dan berkenan kepada Allah. Tugas yang dijalankan Harun dan anak-anaknya sebagai
imam dibantu oleh orang-orang dari suku Lewi lainnya.[11]
Konsep Imam dalam PB
Berbagai tugas yang dikerjakan seorang imam dalam Perjanjian Lama
tetap diterapkan dalam Perjanjian Baru. Sebagai contoh dalam Injil Lukas 1:8
yang menjelaskan tentang imam Zakharia yang melakukan tugas keimamannya setelah
diundi. Laporan Injil Lukas ini sesuai dengan kitab Tawarikh 24, dimana para
imam dibagi atas dua puluh empat kelompok. Disaat menjalankan tugas, imam juga
harus diundi. Berdasarkan hal ini terlihat bahwa pelaksanaan tugas seorang imam
belum bergeser tetapi tetap diteruskan pada pola yang sama. Bukti lain terdapat
juga dalam Injil Matius 8:4 ketika seorang yang sakit kusta disembuhkan Tuhan
Yesus. Orang tersebut disuruh untuk memperlihatkan dirinya kepada imam. Jelas
bahwa fungsi imam pada saat itu masih tetap sama. Para imam mempunyai hak untuk
menentukan apakah seorang kena kusta dan sebaliknya berhak memastikan telah
sembuh (Im. 14:2-4). Konsep imam dalam Perjanjian Baru tidak lagi membicarakan
berbagai aturan pelaksanaan ibadah umat, ataupun cara mempersembahkan kurban
secara benar oleh seorang imam. Tetapi menyangkut penggenapan konsep kurban
dalam Perjanjian Lama yang telah digenapi oleh Yesus Kristus pada masa
Perjanjian Baru. Oleh kareia itu, dalam Perjanjian Baru makna imam sebagai
penyelenggara berbagai macam persembahan tidak lagi menjadi fokus. Jadi inti
dari konsep imam Perjanjian Baru adalah tentang pribadi Yesus Kristus yang
bertindak sebagai Imam Besar (Ibr. 8). Imam Besar yang mempersembahkan kurban
sekali untuk selama-lamanya untuk memperdamaikan manusia dengan Allah.[12]
Imam Besar pada Masa Intertestamental[13]
Dalam
jurnal yang ditulis oleh Paulus Kunto Baskoro menjelaskan bahwa imam besar
memiliki tugas dan tanggung jawab pada masa intertestamental. Masa 400 tahun di
mana Allah berdiam atau sering kali diambarkan seperti “sunyi” namun pada
kenyataannya banyak aktivitas yang dilakukan. Tidak ada surat-surat nabi yang
ada dalam Alkitab muncul di Israel pada abad-abad tersebut. Perjanjian Lama
sudah dianggap selesai. Tetapi, berbagai
peristiwa terjadi untuk memberikan orang-orang Yahudi kesempatan untuk
menyesuaikan ideologinya yang tidak sesuai dengan Kristus. Masa ini seperti
diatur oleh Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kristus dan
proklamasi dari Injil-Nya.
Dalam
seratus tahun terakhir sebelum zaman intertestamental, orang-orang Yahudi
dipindah ke pembuangan di Babel dan Persia (2 Raj. 24:15; Yer. 20:6). Persia
kuno meliputi daerah-daerah yang sekarang ini disebut Irak dan Iran.
Orang-orang Yahudi menjalankan peraturan-peraturan Persia dengan baik seama 70
tahun dalam pembuangan. Pada akhir tahun ketujuh puluh, Sirus (Koresy), Raja
Persia memberikan orang-orang yang dibuang untuk kembali ke Yerusalem dan
membangun kembali Rumah Allah (Yer. 29:10 dan Dan. 9:2). Meskipun terjadi
perlawanan dari penduduk Palestina, Bait Allah akhirnya selesai juga dibangun
dan ditahbisakan selama pemerintahan raja Darius Yang Agung (Ezr.6:1-14).
Ezra,
seorang ahli Taurat dan Nehemia seorang pegawai biasa mencari cara untuk
masyarakat Yahudi yang tinggal di Palestina dan mendorong bangsa Israel untuk
tetap pada hukum-hukum Allah (Ezr. 10). Selama satu setengah abad setelah zaman
Nehemia, kekaisaran Persia memegang kendali dari seluruh Yudea, dan orang-orang
Yahudi diizinkan melakukan peraturan-peraturan ibadah yanpa mendapatkan
gangguan. Yudea pada saat itu diperintah oleh imam-imam besar yang bertanggung
jawab pada pemerintahan Persia suatu fakta yang menunjukan bahwa memang orang-orang
Yahudi mempunyai otonomi yang luas, Namun pada saat yang sama, ternyata
kedudukan politik dari keimamatan telah memberikan masalah pada masa yang akan
datang. Perebutan kedudukan untuk menjadi imam besar ditandai dengan iri hati
(kecemburuan), cara-cara yang jahat bahkan pembunuhan.
Pada
masa setelah pembuangan tersebut, kedudukan Imam Besar dianggap penting secara
politis, sehingga posisi tersebut selalu diawasi dengan ketat oleh penguasa
politik. Imam Besar dipilih, diangkat dianggap perlu, bahkan bisa juga dipecat
oleh penguasa politik sehingga mengakibatkan para Imam Besar sering berganti
ganti dengan cara kotor. Bahkan cara main curang yang dilakukan oleh Imam besar
tersebut kepada penguasa politik asing dan juga budaya Yunani.
Silsilah Imam Besar:
IMAM BESAR DI ZAMAN KEMAH SUCI MUSA |
||
1.
|
Harun |
1 Tawarikh 6:5,
50; Ezra 7:5 |
2.
|
Eleazar |
1 Tawarikh
6:3-4, 50; Ezra 7:5 |
3.
|
Pinehas |
1 Tawarikh 6:4,
50; Ezra 7:5 |
4.
|
Abizua |
1 Tawarikh
6:4-5, 50; Ezra 7:5 |
5.
|
Buki |
1 Tawarikh 6:5,
51; Ezra 7:4 |
6.
|
Uzi |
1 Tawarikh
6:5-6, 51; Ezra 7:4 |
7.
|
Zerahya |
1 Tawarikh 6:6,
51; Ezra 7:4 |
8.
|
Merayot |
1 Tawarikh
6:6-7, 52; Ezra 7:3 |
9.
|
Amarya |
1 Tawarikh 6:7,
52; Ezra 7:4 |
10.
|
Ahitub |
1 Tawarikh
6:7-8, 52; Ezra 7:4 |
IMAM BESAR DI ZAMAN BAIT SUCI SALOMO |
||
1.
|
Zarok |
1 Tawarikh 6:8,
53 |
2.
|
Ahimaas |
1 Tawarikh
6:8-9, 53 |
3.
|
Azarya |
1 Tawarikh 6:9 |
4.
|
Yohanan |
1 Tawarikh
6:9-10 |
5.
|
Azarya |
1 Tawarikh 6:10-11;
1 Raj. 4:2 |
6.
|
Amarya |
1 Tawarikh 6:11 |
7.
|
Ahitub |
1 Tawarikh
6:11-12; Ezra 7:2 |
8.
|
Zarok |
1 Tawarikh
6:12, Ezra 7:2 |
9.
|
Salum |
1 Tawarikh
6:12-13; Ezra 7:2 |
10.
|
Hilkia |
1 Tawarikh
6:13: Ezra 7:1 |
11.
|
Azarya |
1 Tawarikh
6:13; Ezra 7:1 |
12.
|
Zeraya |
1 Tawarikh
6:14; Ezra 7:1 |
13.
|
Yozadak |
1 Tawarikh
6:14-15; Ezra 3:2, 8; 5:2 |
IMAM BESAR DI ZAMAN BAIT SUCI ZERUBABEL |
||
1.
|
Yosua (Yesua) |
Hagai 1:1, 12,
14; 2:3, 5; Zakaria 6:11; Ezra 2:2 |
2.
|
Yoyakhim |
Nehemia 12:10,
12, 26 |
3.
|
Elyasib |
Nehemia 3:1,
20-21; 12:10, 22-23; 13:4-9, 28 |
4.
|
Yoyada |
Nehemia
12:10-11, 22; 13:28 |
5.
|
Yonatan
(Yohanan) |
Nehemia 12:11,
22-23 |
6.
|
Yadua |
Nehemia 12:11,
22 |
IMAM BESAR DI ZAMAN BAIT SUCI HERODES |
||
1.
|
Antigonos |
|
2.
|
Ananelus |
|
3.
|
Aristobulus III |
|
4.
|
Ananelus |
|
5.
|
Yosua |
|
6.
|
Simon |
|
7.
|
Kayafas |
Matius 26:3, 7;
Lukas 3:2; Yohanes 11:49; 18:13-14, 24, 28; KPR 4:6 (Tahun 18 M) |
8.
|
Yonatan |
Kisah Para
Rasul 7:1; 8:1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berdasarkan penelitian Abraham Park dalam
penyusunannya yang diteliti dari berbagai referensi, ia menyatakan bahwa selama
1500 tahun sejarah Imam Besar yang dimulai dari Harun hingga Yerusalem
dihancurkan pada tahun 70 M total ada 74 orang.[14] . Untuk beberapa nama yang tidak dimasukan,
cukup lengkap tertulis di 2 Makabe, dan kitab sejarah Yahudi abad ke-2. Penulis
menyimpulkan bahwa nama-nama yang meskipun tidak tercatat di Alkitab, namun
mereka tetap melayani di Bait Suci sesuai zamannya, sebab Imam besar tanpa bait
suci itu tidak berarti
Garis Besar Keluaran 28-29[15]
Pakaian Dan
Pentahbisan Imam (28:1-29:46)
·
Berbagai Petunjuk
Mengenai Penugasan Dan Pakaian Imam (28:1-5)
·
Efod (28:6-14)
·
Tutup Dada
(28:15-29)
·
Urim Dan Tumim
(28:30)
·
Baju Efod
(28:31-35)
·
Tutup Kepala
(28:36-38)
·
Kemeja (28:39)
·
Kemeja Imam Biasa
(28:40-43)
·
Pentahbisan Imam
(29:1-37)
-
Pelantikan Para
Imam (1-9)
-
Kurban Untuk
Menyucikan Imam (10-37)
·
Kurban Pagi Dan
Kurban Petang (29:38-42)
·
Janji Berkat
(29:43-46)
Daftar Pustaka
Buku
Baker, A.
2008, Ajaran Iman Katolik. Yogyakarta:
Kanisius
Berkhof,
Louis. 2004, Teologi Sistematika 3. Surabaya: Momentum.
F.
Hinson, David. 2004, Sejarah Israel Pada
Zaman Alkitab. Jakarta: Gunung Mulia
Gerald
O’collins, SJ. & Edward G. Farrugia, 2009. Kamus Teologi. Yogyakarta:
Kanisius.
Gandum
Mas. 2004, The Wyclife Bible Commentary,
Volume1. Malang.
L
Bakker, F. 2004, Sejarah Kerajaan Allah
1 (Jakarta: Gunung Mulia,
Park, Abraham. Imam
Besar Kekal Yang Dijanjikan dengan Sumpah Seri 6 Depok: Yayasan Damai
Sejahtera Utama
Jurnal
Taihuttu,
Markus. 2021, Yesus Kristus Sebagai Imam Besar dan Implementasinya menurut Ibrani
7:24-28. Jurnal. Vol. 1, No. 1, 2021.
Kunto
Baskoro, Paulus. 2020, Konsep Imam dan
Jabatan Imam pada Masa Intertestamental, Jurnal.Vol. 3. No. 1.
[1]A.
Baker, Ajaran Iman Katolik
(Yogyakarta: Kanisius, 2008), 75.
[2]Louis
Berkhof, Teologi Sistematika 3 (Surabaya:
Momentum, 2004),133.
[3]SJ.
Gerald O’collins, SJ & Edward G. Farrugia, Kamus Teologi (Yogyakarta:
Kanisius, 2009), 112-113.
[4]Paulus
Kunto Baskoro, Konsep Imam dan Jabatan
Imam pada Masa Intertestamental, Vol. 3. No. 1. 2020, 85.
[5]Ibid,89.
[6]Louis
Berkhof, Teologi Sistematika 3,
133-134.
[7]David
F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman
Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 130
[8]Ibid,
131.
[9]Ibid,
131.
[10]F.
L Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1 (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 363.
[11]Markus
Taihuttu, Yesus Kristus Sebagai Imam
Besar dan Implementasinya menurut Ibrani 7:24-28. Vol. 1, No. 1, 2021. 54
[12]Ibid,
54-55.
[13]Paulus
Kunto Baskoro, Konsep Imam dan Jabatan
Imam pada Masa Intertestamental, 90-92.
[14]
Lihat bagan silsilah Imam besar, Abraham Park, Imam Besar Kekal Yang
Dijanjikan dengan Sumpah Seri 6 (Depok: Yayasan Damai Sejahtera Utama).
[15]__________The Wyclife Bible Commentary, Volume1 (Malang:
Gandum Mas, 2004), 227-234.
0 Comments