pexels.com
Renungan Singkat
Manusia itu miskin: telanjang.
Namun, dalam ketelanjangannya ia kaya karena kemuliaan Allah terpancar membungkus
badannya. Mereka mula-mula telanjang, namun mereka tidak malu – lagi pula,
mengapa kemuliaan membuat mereka menjadi malu? Kisah ini tidak berhenti dalam
kemapanan dalam situasi taman tanpa cela. Narasi bergerak menuntun kita masuk ke
dalam adegan-adegan mencengangkan.
Ular tokoh perantara, alat sastra
penulis untuk membawa kita memahami pesan-pesan teologis yang dalam. Tidak
jelas bagimana ular itu mengetahui akibat dari memakan buah pohon pengetahuan
yang baik dan yang jahat (apakah ia sudah mencicipinya?). Kita juga tidak
mengetahui motivasinya berbicara kepada Hawa. Namun, ada kemungkinan bahwa ular
memang sengaja memutar-balikkan perkataan Allah dengan motivasi yang masih
merupakan misteri bagi kita (3:13-14). Ular menambahi perkataan Tuhan karena
sebenernya Tuhan tidak melarang Hawa untuk makan segala macam buah. Tentu ada
kesan tertentu yang ular itu ingin timbulkan dalam diri Hawa terhadap Allah.
Arti dari “pengetahuan yang baik dan yang jahat” mengacu ke pengetahuan yang
utuh bahkan sempurna, baik di dalam pemahaman maupun pengalaman, baik
intelektual maupun moral, atau lebih keras lagi dapat dikatakan mahatahu. Hawa
tergoda untuk menjadi mahatahu seperti Allah, dan tidak mau tunduk kepada Allah
lagi. Ia tidak puas dengan keadaannya sendiri. Adam pun demikian, ia tidak puas
menjadi manusia, ia ingin melompat ke atas!
Iblis telah “jatuh ke atas”. Manusia
pun telah jatuh ke atas mengikuti anjuran iblis. Ketika sadar bahwa mereka
telanjang, mereka malu dan membuat pakaian: menjadi kaya, namun sebenarnya
miskin sebab keluar dari kehendak Allah.
Renungkan: Jadilah kaya dengan
menjadi puas terhadap anugerah Tuhan bagi diri Anda sekarang.
0 Comments