Header

KONSEP KERAJAAN ALLAH || PERJANJIAN BARU

 





BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru tentu bukanlah topik yang baru pertama kali muncul, sebab sudah banyak penulis yang memberikan pemikirannya untuk membahas hal tersebut. Bagi sebagian orang yang sudah memahami konsep Kerajaan Allah tentu bukanlah hal yang menjadi masalah dalam dirinya, tetapi bagi mereka yang belum mengerti dengan jelas justru akan membuat kebingungan bagi dirinya. Para penulis Perjanjian Baru mencatat informasi tentang Kerajaan Allah dengan sangat bervariasi sehingga banyak tafsiran yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi pemikiran orang percaya.[1] Menurut Robert Rut Boehlke Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga dibedakan melalui prinsipnya. Prinsip Krajaan Allah sulit untuk dilakukan karena memiliki standar sesuai khotbah Yesus di bukit, sedangkan prinsip Kerajaan Sorga yang dianggap sebagai nilai yang dapat diterapkan dan dilakukan diseluruh dunia.[2]

Pemahaman orang Yahudi secara umum tentang Kerajaan Allah berbeda dengan pemahaman kaum Zelot. Menurut sekte Zelot Kerajaan Allah harus didahului dengan aksi politis secara mutlak dan hal itu dibuktikan dengan tindakan ragu-ragu menggunakan pedang sebagai alat mencapai tujuan.[3] Orang Zelot mengawali peperangan atau tindakan kekerasan sebagai sebuah peristiwa yang harus terjadi sebelum Kerajaan Allah hadir ditengah-tengah mereka. Pemahaman orang Zelot dilatarbelakangi oleh situasi pada zaman itu, dimana kerajaan Romawi berkuasa atas Israel sehingga melawan pemerintahan secara fisikal adalah cara satu-satunya untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Pemahaman orang Zelot tentang Kerajaan Allah dari sudut pandang politik, sehingga mereka berusaha mengalahkan orang Romawi supaya Israel dapat berdiri sebagai sebuah kerajaan yang mempunyai pemerintahan.

Ada juga yang perpandangan kerajaan Allah adalah Israel, umat Allah yang telah dipilih dan dipelihara-Nya. Kerajaan Allah tidak menunjukan kepada Israel sebagai bangsa pilihan Allah sebab mereka menolak Allah menjadi raja atas mereka. Tentu mustahil jika Israel dikatakan sebagai kerajaan Allah. Menurut Richahard mengatakan bahwa penolakan Israel terhadap para nabi membuat Allah memberikan kerajaan itu dengan mengajak orang masuk dalam Kerajaan Allah.[4] Masalah kehadiran Kerajaan Allah masih belum diketahui pasti, karena informasi yang tertulis dalam Alkitab berbeda-beda seperti: Ketika Yesus mengatakan Kerajaan Allah telah hadir namun disisi lain Yesus juga mengatakan Kerajaan Allah akan hadir. Bahkan murid-murid diperintahkan untuk mewartakan Kerajaan itu sudah dekat. Sedangkan Yohanes berkata Kerajaan Allah sudah dekat (Mat. 3:2) tetapi orang Yahudi memandangnya sebagai kerajaan politis dan akan hadir ditengah-tengah mereka.

         Para penulis Injil memiliki prespektif yang berbeda-beda tentang kerajaan Allah. Penulis Injil Matius menekankan tentang pertobatan sebab kerajaan itu sudah dekat (Mat. 4:17) sedangkan Markus menuliskan “waktunya telah genap sehingga harus percaya Injil” (Mrk. 1:14-15). Lukas tidak mencatat kerajaan Allah melainkan perkembangan dari pemberitaan itu tersiar dengan cepat (Luk. 4:14-15). Isi berita yang disampaikan Matius ditulisnya “Kerajaan Sorga” sedangkan Markus “Kerajaan Allah” dan Lukas mengenai perluasan berita kerajaan Allah.

       Murid-murid Yesus memiliki pandangan politis tentnag kerajaan yang didirikan Yesus dibumi. Terbukti sebelum Yesus ke Sorga, para murid menginginkan kerajaan itu segera dibangun pada masa mereka (Kis. 1:6). Tetapi harapan mereka tidak terwujud karena kedatangan kerajaan itu tidak ada yang tahu, dan kerajaan itu bukan hanya bersifat politis saja melainkan kerajaan secara spiritual. Yesus menegaskan kerajaan yang datang itu pada waktu yang tidak diketahui manusia supaya para murid merindkan dan berharap pada pemerintahan itu.

            Kerajaan Allah menurut Paulus dijelaskan ketika Paulus berkata kepada jemaat Roma bahwa Kerajaan Allah bukanlah soal makan dan minuman, tetapi soal kebenaran (Rom. 14:17; 1 Kor. 8:8). Paulus menekankan kulitas atau sifat Allah yang penuh kuasa akan kerajaan tersebut, dan mengundang aspek masa kini dan masa eskatologis. Bagi rasul Paulus Kerajaan Allah tidak bisa dimiliki oleh orang yang melakukan berbagai kepahitan (Gal. 5:21), perbuatan daging dan darah tidak mewarisi kerajaan itu (1 Kor. 15:50). Hanya akan ditempati oleh orang-orang yang berkenan dihadapan Allah. Pada satu sisi lain Paulus mengatakan Kerajaan Allah mempunyai hubungan erat dengan keselamatan seseorang, karena orang yang mendiami kerajaan itu adalah orang yang bertobat dan menerima Kristus (Kol. 3:3).[5]

1.2. Rumusan masalah

-          Bagaimana konsep Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru?

-          Kapan Kerajaan Allah datang?

1.3. Tujuan Penulisan

-          Menjelaskan konsep kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru.

-          Menjelaskan kedatangan kerajaan Allah.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kerajaan Allah Menurut Para Tokoh

a.       Menurut Wittnes Lee

Wittness Lee dalam bukunya Kerajaan 2 menyatakan bahwa ada orang yang mempercayai hari pentakosta sebagai awal gereja dan Kerajaan Sorga, dan setiap orang percaya berada dalam realitas Kerajaan Sorga.[6]

b.      Menurut  Lemmer

Kerajaan dapat dilihat dalam dua persfektif yaitu pertama, ada sebuah kerajaan yang bersifat universal dalam posisi supra-historis dalam cakupan luas sehingga menjangkau segala zaman; kedua, dari sejarah perkembangan manusia yaitu Kerajaan Allah sebagai wujud dari Allah yang diimplementasikan dalam bentuk duniawi.[7] Jadi Kerajaan Allah hadir ketika Yesus berada di dunia dan bisa juga Kerajaan itu sesuatu yang masih dinantikan atau bersifat definitif.

c.       Menurut Harnack

Kerajaan Allah sebagai nubuatan yang bersifat agamawi melalui pengjaran yang disampaikannya dalam khotbah-khotbahnya mengenai ajaran tentang Bapa, persaudaraan, nilai, etika dan kasih sehingga Kerajaan Allah tidak bersifat apokaliptis. Yesus memberitakan Kerajaan Allah hanya pada bagian kulitnya saja sedangkan inti dari berita yang disampaikan secara keseluruhan berbicara tentang saat ini dan itu bersifat agamawi. Bagi Harnack Kerajaan Allah hanya sebatas agama yang bertujuan untuk mendekatkan manusia yang ada di dunia dengan Allah.[8]

d.      Menurut Erastus Sabdono

Dalam skripsi Sinuyu Waruwu telah mencatat mengenai khotbah Erastus ada tanggal 2 Juni 2020 dengan topik Doa Bapa Kami (Bagian 19) dalam program pendalaman Alkitab mengatakan Kerajaan Allah adalah pada dasarnya pemerintahan Allah atas manusia, Allah mengatur manusia dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Kejatuhan manusia dalam dosa merusak seluruh tatanan kehidupan manusia denga keberadaan tidak bisa menyesuaikan diri dalam pemerintahan Allah. Dengan demikian pemerintahan Allah yang diselenggarakan dalam diri manusia berhenti, sebab manusia tidak bisa mengetahui pikiran dan perasaan Allah.[9]

e.       Menurut Gilbert Lumoindong

Dalam skripsinya juga menuliskan pandangan Pdt. Gilbert Lumoindong dalam khotbahnya mengenai Kerajaan Allah melihat kerajaan itu dalam sudut pandang warga atau penguin kerajaan. Lebih lanjut Gilbert mengatakan bahwa orang Kristen  orang Kristen berbeda dengan orang dunia, meskipun orang Kristen tinggal didunia namun bukan milik dunia.[10] Orang Kristen merupakan orang-orang yang percaya kepada Allah dan telah menjadi warga Sorga bertanggung jawab atas kehidupan setiap orang percaya. Manifestasi dari Kerajaan Allah berdiam dalam hati dan pikiran orang percaya untuk melakukan kehendak Allah, karena orang percaya agen sorgawi yang ditempatkan di dunia untuk mengerjakan sebuah misi yang besar maka suasana Sorga terlihat dalam kehidupan setiap orang percaya, baik dalam cara hidupnya maupun kehidupan keluarganya juga.

2.2. Kerajaan Allah menurut Perjanjian Baru

Penulis membagi menjadi tiga  pembahasan mengenai Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru seperti: Kerajaan Allah menurut Yudaisme, Kerajaan Allah menurut Yesus Kristus, dan Kerajaan Allah menurut gereja mula-mula.

a.       Kerajaan Allah Menurut Yudaisme

Yudaisme merupakan sistem keagamaan Yahudi yang muncul pada saat berada di pembuangan di Babel.  Dalam kitab suci orang Yahudi Kerajaan Allah merupakan gabungan dari tadisi Ibrani dengan bangsa-bangsa sekitar, dan pemahaman ini telah melekat dalam kesadaran orang Yahudi sebagai tujuan Allah yang aktual dalam sejarah untuk memerintah secara universal.[11] Pemeritahan Allah bukan wilayah pemerintahan atau konsep yang terlihat abstrak melainkan sebuah simbol yang menjelaskan kegiatan-kegiatan Allah dalam sejarah manusia.

b.      Kerajaan Allah Menurut Yesus Kristus

Dalam Perjanjian Baru, Yesus tidak pernah menyampaikan definisi yang secara tepat mengenai Kerajaan Allah. Yesus megatakan bahwa Kerajaan-Nya bukan dari dunia (Yoh. 18:36 melainkan di Sorga.  Kerajaan yang bersifat kekal bukan kerajaan yang akan hancur. Ia juga menduduki sebagai raja yang kekal. Sistem pemerintahan yang ada di dunia diserahkan kepada manusia untuk berkuasa, mengatur dan mengelolanya sedangkan Kerajaan yang kekal akan dipimpin langsung oleh Yesus Kristus di masa yang akan datang.           

2.3.  Kerajaan Allah Menurut Para Teolog

a.       Kerajaan Allah menurut para teolog Konservatif

Kerajaan Allah sebagai pemerintahan Allah yang diberikan kepada orang berdosa melalui Roh Kudus yang melahirbarukan dan sebagai pemateri untuk memperoleh berkat keselamatan pada kedatangan Yesus yang kedua kali. Yesus mengajarkan konsep Kerajaan Allah yang bersifat spiritual dan eskatologis atau tidak kelihatn melalui pengajaran yang Dia sampaikan kepada pengikut-Nya dan orang banyak. Suatu ajaran tentang berkat yang diterima orang percaya dimasa yang akan datang yaitu keselamatan sempurna dan tempat yang indah bersama dengan Dia dalam Kerajaan Sorga.[12]

b.      Kerajaan Allah menurut Katolik

Katolik mengajarkan gambaran Sorga sebagai suatu kondisi yang serba sepurna dibandingkan dengan kehidupan manusia di dunia. Tempat kebahagiaan yang tiada taranya karena memiliki persatuan dengan Kristus dalam kemuliaan Allah. Roh orang-orang Katolik yang mati dibersihkan melalui suatu fase penderitan “api penyucian” atau “purgatorium” namun orang yang masuk dalam pembersihan itu pasti selamat karena disana dilakukan penyucian penuh agar diperkenankan masuk kedalam Sorgawi.[13]

c.       Kerajaan Allah menurut saksi Yehuwa

Saksi Yehovah percaya Kerajaan Allahadalah Kerajaan Yehuwa yang telah didirikan di Sorga dan akan didirikan di bumi, Yesus Kristus sebagai Raja akan memerintah untuk membuat kudus dan menyucikan nama Yehuwa ketika Yesus berada di bumi, Ia menunjukan diri-Nya sebagai penguasa dan disaat kembali ke Sorga, Yesus akan menjadi raja pada tahun 1914. Sebelum tahut tersebut Allah belum memberikan kepada Yesus otoritas untuk memerintah kerajaan itu. Setelah Yesus menjadi raja, Ia melawan Iblis dan melemparkannya dari Sorga ke bumi.[14]

d.      Kerajaan Allah menurut Liberalisme

Liberal berasal dari basa latin yaitu “liber” artinya bebas dan “merdeka” Liberalisme adalah sekelompok orang yang memiliki faham bahwa manusia bebas tanpa terikat oleh otoritas tertentu. Kaum liberal lebih mengedepankan sifat humanism dan menjunjung tinggi kebebasan dan saling menghormati dan saling menghargai dalam setiap pendapat atau pemahaman orang lain. Kaum liberal memahami Kerajaan Sorga sudah ada didunia saat ini, bukan kerajaan yang akan datang Sebab Sorga itu tidak ada.[15]

 

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Kerajaan Allah Dalam Alkitab

            Perjanjian Lama memberikan penjelasan tentang Kerajaan Allah secara implisit sehingga kata Kerajaan Allah tidak tertulis, hanya saja prinsip-prinsip kerajaan Allah dapat ditemukan di dalam Perjanjian Lama.Prinsip tersebut dimulai pada saat Allah menciptakan alam semesta dan memberikan mandate kepada manusia untuk mengusahakan bumi. Allah adalah raja sampai selama-lamaNya (mzm. 10:16) kekuasaanNya tidak tergoncangkan. Allah menjadi raja dalam kekuasaanNya di dunia, menjadi raja untuk memimpin pasukan Israel melawan bangsa-bangsa seteru. Dari ayat jelas bahwa Allah sedang menunjukan ke Mahakuasaan-Nya yang dikerjakan di bumi. Sehingga gapat diartikan bahwa Kerajaan Allah adalah sistem pemerintahan Allah dimana Dia sebagai Raja yang mengatasi seluruh kehidupan manusia.

3.2. Pemilik Kerajaan Allah

            Allah sebagai pemilik kerajaan Sorga dan memerintah atas seluruh wilayah dan anggota kerajaan tersebut.  Kerajaan Allah adalah suatu tempat yang tidak pernak dilihat oleh mata pada saat ini namun karena iman, tempat itu diyakini dan menjadi ciri utama kerajaan itu. Ditempat itu adalah tempat terakhir seorang manusia ketika hidup dalam kekelan. Tentu yang dapat menerima hanyalah mereka yang percaya kepada Yesus.

3.3. Sifat Kerajaan Allah

            Sifat-sifat kerajaa Allah yang disetujui oleh H.L Willmington yaitu: Pertama. Damai sejahtera. Pemerintahan Mesias penuh sukacita secara pribadi dan secara nasional dalam kehidupan manusia (Yes. 2:4; 11:6-9). Kedua. sukacita penuh sebagai tanda khusus pada masa pemerintahan Mesias (Yes. 9:2; Yer. 30:18). Ketiga. kudus, karena Allah kudus maka kerajaan-Nya pun kudus (Yes. 1:26; 4:3; Yer. 31:23). Keempat. Kemuliaan Allah yang nampak dalam kerajaan-Nya yang gemilang (Yes. 35:32; 60:1-9). Kelima. Raja menjadi penghibur dengan melayani dan menyediakan semua kebutuhan warga kerajaan (Yes. 29:22; Yer. 31:23-25; Zef. 3:18). Keenam. Keadilan bagi semua orang (Yes. 9:6; Yer. 23:5). Ketujuh. Raja dan warga kerajaan memiliki pengenalan Penuh (Yes. 11:1)[16]

3.4. Syarat Penghuni Kerajaan Allah

            Penghuni Kerajaan Sorga memiliki syarat-syarat kependudukan sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh Allah dalam kedaulatan dan ke Mahakuasaan-Nya. Orang-orang yang masuk dalam kerajaan itu disebut keluarga rohani, hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Setiap orang yang menjalankan kehendak Allah yaitu melakukan firman dan manaati perintah-Nya. Orang tersebut adalah sesuai degan hidup yang sesuai dengan ketetapan Allah dengan menjaga diri mereka dalam kekudusan dan kesucian. Dalam PL orang-orang yang memiliki iman yang layak menghuni kerajaan Allah . Dalam PB yang layak menghuni Sorga adalah orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Kis. 4:12).[17]

3.5. Kedatangan Kerajaan Allah Pada Masa Kini

            Kerajaan Allah bukan dari dunia tetapi Kerajaan itu bekerja di dalam dunia karena Allah meletakan di dalam orang percaya. Kerajaan Allah pada masa kini telah datang melalui kehadiran Yesus Kristus ke dunia. Dalam kehadiran-Nya Yesus tersedia segala pemerintahan Allah sehingga ajaran yang direalisasikan dari Kerajaan yang dibawa-Nya di dunia. Yesus menyatakan  Kerajaan Allah pada masa kini melalui pelayanan-Nya dibumi (Luk. 17:21). Yesus mengalahkan penguasa di dunia, kuasa-kuasa roh jahat dan mengusir setan (Mat. 12:28). Semua yang dilakukan-Nya sebagai wujud pemerintahan Sorga pada masa itu untuk dirasakan orang percaya pada masa kini. Namun tidak semua orang merasakan pemerintahan Allah, hanya bagi Dialah yang menerima dan percaya kepada Yesus Kristus saja.

3.6. Kedatangan Kerajaan Allah Pada Masa Yang Akan Datang.

            Kerajaan Allah di masa yang akan mendatang terlealisasikan di dalam pemerintahan Mesias. Ciri-ciri kedatangan Kerajaan Allah dimasa yang akan datang yaitu kesengsaraan dan kesusahan besar yang menimpa umat Tuhan. Ini akan dialami saat kebangkitan tubuh terjadi. Kedatangan Kerajaan Allah dimasa yang akan mendatang hanyalah dialami oleh mereka yang percaya kepad Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, sebab kehadiran-Nya yang memberikan setiap orang percaya mengalami kemenangan (Yoh. 3:16).

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

            Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah dalam hidup manusia untuk melakukan kehendak-Nya. Sejak penciptaan dimulai, Allah telah menyatakan pemerintahan-Nya bagi manusia dan terus bekerja sampai pada masa kekekalan dimana setiap orang percaya kepada Allah akan memperoleh persekutuan dalam Kerajaan-Nya. Berbicara tentang Kerajaan Allah, berarti juga membahas tentang keselamatan manusia yang berdosa menuju kepada kekehidupan yang kekal. Oleh karena Kerajaan Allah berbicara tentang keselamatan maka berita kerajaan it uterus disebarkan pada seluruh dunia supaya menjangkau umat yang berdosa. Sebab setiap manusia membutuhkan keselamatan yang dari Allah, dan ketika mereka menerima keselamatan yang dari Allah maka mereka juga akan menerima persekutuan dalam Kerajaan Allah yang kekal.

4.2. Saran

- Pertama, Agar tulisan ini bermanfaat untuk banyak orang dan kita juga memberitakan kerajaan Allah maka perlu untuk membagikan tulisan ini kepada orang lain sebagai salah satu tindakan kita untuk memberitakan Kerajaan Allah.

- Kedua, mohon maaf jika terdapat ketidak sempurnaan terhadapap tulisan yang anda baca, kiranya menjadi pembelajaran yang lebih lagi bagi penulis dalam hal menulis.

 

 

 

 

 

 

DAPTAR PUSTAKA

Kepustakaan

A. Burrdge, Richahard. 2008. Four Gospel One Jesus?. Malang: Gandum Mas.

Berkhof, Louis. 2014. Teologi Sistematika Volom 5: Doktrin Gereja. Surabaya: Momentum.

Du Plessis, Lemmer. 2012. The Return of Christ. Malang: Gandum Mas.

Eldon Ladd, George. 2014. Teologi Perjanjian Baru Jilid 1. Bandung: Kalam Hidup.

Guthrie, Donald. 2012. Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Herlianto, 2004. Saksi-saksi Yehuwa. Bandung: Kalam Hidup.

H. Grooma, Thomas. 2010.  Pendidikan Agama Kristen: Berbagi cerita dan Visi kita Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Lee, Wittness,  Yasperin. 2016. Kerajaan 2. Surabaya: Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia.

Morris, Leon. 2014. Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.

R. Boehke, Robert . 2001. Siapakah Yesus Sebenarnya?. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Scotland, Nigel. 2013. Buku Wajib Cara Menangkal Sekte & Agama Baru. Yogyakarta: ANDI.

Willmington, H.L . Eskatologis: Studi Alkitab yang Dibutuhkan Tentang Akhir Zaman

Wongso, Peter.1998. Hikayat Yesus: Penguraian dan Penafsiran Kehidupan Yesus Dalam Empat Kitab Injil. Malang: SAAT

 

Skripsi

Waruwu, Rosalinda. 2015.  Skripsi: Studi Teologi Mengenai Surga. Surabaya: Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia.

Waruwu, Sinuyu. 2020. Kajian Teologis Konsep Kerajaan Allah di Perjanjian Baru dan Relevansinya Bagi OrangPercaya. Surabaya: Sekolah Tinggi Teologi Tabernakal Indonesia, Skripsi.

 

 

 



[1]Sinuyu Waruwu, Kajian Teologis Konsep Kerajaan Allah di Perjanjian Baru dan Relevansinya Bagi OrangPercaya (Surabaya: Sekolah Tinggi Teologi Tabernakal Indonesia, Skripsi 2020) 1.

[2]Robert R. Boehke, Siapakah Yesus Sebenarnya? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001) 59.

[3]Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012) 24.

[4]Richahard A. Burrdge, Four Gospel One Jesus? (Malang: Gandum Mas, 2008) 97.

[5]Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru (Malang: Gandum mas, 2014) 46-47.

[6]Wittness Lee, Yasperin, Kerajaan 2 (Surabaya: Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia, 2016) 449.

[7]Lemmer Du Plessis, The Return of Christ (Malang: Gandum Mas, 2012), 100-101.

[8]George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 1 (Bandung: Kalam Hidup, 2014) 73.

[9]Sinuyu Waruwu, Kajian Teologis Konsep Kerajaan Allah di Perjanjian Baru dan Relevansinya Bagi OrangPercaya, 9.

[10]Ibid, 9.

[11]Thomas H. Grooma, Pendidikan Agama Kristen: Berbagi cerita dan Visi kita (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010) 50.

[12]Louis Berkhof, Teologi Sistematika Volom 5: Doktrin Gereja (Surabaya: momentum 2014) 32.

[13]Rosalinda Waruwu, Skripsi: Studi Teologi Mengenai Surga (Surabaya: Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia, 2015) 13.

[14]Herlianto, Saksi-saksi Yehuwa (Bandung: Kalam Hidup, 2004) 240.

[15]Nigel Scotland, Buku Wajib Cara Menangkal Sekte & Agama Baru (Yogyakarta: ANDI, 2013) 120-121.

[16]H.L. Willmington, Eskatologis: Studi Alkitab yang Dibutuhkan Tentang Akhir Zaman, 296-299.

[17]Peter Wongso, Hikayat Yesus: Penguraian dan Penafsiran Kehidupan Yesus Dalam Empat Kitab Injil (Malang: SAAT, 1998).

Post a Comment

0 Comments