BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru tentu bukanlah
topik yang baru pertama kali muncul, sebab sudah banyak penulis yang memberikan
pemikirannya untuk membahas hal tersebut. Bagi sebagian orang yang sudah
memahami konsep Kerajaan Allah tentu bukanlah hal yang menjadi masalah dalam
dirinya, tetapi bagi mereka yang belum mengerti dengan jelas justru akan membuat
kebingungan bagi dirinya. Para penulis Perjanjian Baru mencatat informasi
tentang Kerajaan Allah dengan sangat bervariasi sehingga banyak tafsiran yang
berbeda-beda sehingga mempengaruhi pemikiran orang percaya.[1] Menurut
Robert Rut Boehlke Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga dibedakan melalui
prinsipnya. Prinsip Krajaan Allah sulit untuk dilakukan karena memiliki standar
sesuai khotbah Yesus di bukit, sedangkan prinsip Kerajaan Sorga yang dianggap
sebagai nilai yang dapat diterapkan dan dilakukan diseluruh dunia.[2]
Pemahaman orang Yahudi secara umum tentang Kerajaan
Allah berbeda dengan pemahaman kaum Zelot. Menurut sekte Zelot Kerajaan Allah
harus didahului dengan aksi politis secara mutlak dan hal itu dibuktikan dengan
tindakan ragu-ragu menggunakan pedang sebagai alat mencapai tujuan.[3]
Orang Zelot mengawali peperangan atau tindakan kekerasan sebagai sebuah
peristiwa yang harus terjadi sebelum Kerajaan Allah hadir ditengah-tengah
mereka. Pemahaman orang Zelot dilatarbelakangi oleh situasi pada zaman itu,
dimana kerajaan Romawi berkuasa atas Israel sehingga melawan pemerintahan
secara fisikal adalah cara satu-satunya untuk menghadirkan Kerajaan Allah.
Pemahaman orang Zelot tentang Kerajaan Allah dari sudut pandang politik,
sehingga mereka berusaha mengalahkan orang Romawi supaya Israel dapat berdiri
sebagai sebuah kerajaan yang mempunyai pemerintahan.
Ada juga yang perpandangan kerajaan Allah adalah
Israel, umat Allah yang telah dipilih dan dipelihara-Nya. Kerajaan Allah tidak
menunjukan kepada Israel sebagai bangsa pilihan Allah sebab mereka menolak
Allah menjadi raja atas mereka. Tentu mustahil jika Israel dikatakan sebagai
kerajaan Allah. Menurut Richahard mengatakan bahwa penolakan Israel terhadap
para nabi membuat Allah memberikan kerajaan itu dengan mengajak orang masuk
dalam Kerajaan Allah.[4]
Masalah kehadiran Kerajaan Allah masih belum diketahui pasti, karena informasi
yang tertulis dalam Alkitab berbeda-beda seperti: Ketika Yesus mengatakan
Kerajaan Allah telah hadir namun disisi lain Yesus juga mengatakan Kerajaan
Allah akan hadir. Bahkan murid-murid diperintahkan untuk mewartakan Kerajaan
itu sudah dekat. Sedangkan Yohanes berkata Kerajaan Allah sudah dekat (Mat.
3:2) tetapi orang Yahudi memandangnya sebagai kerajaan politis dan akan hadir
ditengah-tengah mereka.
Para
penulis Injil memiliki prespektif yang berbeda-beda tentang kerajaan Allah.
Penulis Injil Matius menekankan tentang pertobatan sebab kerajaan itu sudah
dekat (Mat. 4:17) sedangkan Markus menuliskan “waktunya telah genap sehingga
harus percaya Injil” (Mrk. 1:14-15). Lukas tidak mencatat kerajaan Allah melainkan
perkembangan dari pemberitaan itu tersiar dengan cepat (Luk. 4:14-15). Isi
berita yang disampaikan Matius ditulisnya “Kerajaan Sorga” sedangkan Markus
“Kerajaan Allah” dan Lukas mengenai perluasan berita kerajaan Allah.
Murid-murid
Yesus memiliki pandangan politis tentnag kerajaan yang didirikan Yesus dibumi.
Terbukti sebelum Yesus ke Sorga, para murid menginginkan kerajaan itu segera
dibangun pada masa mereka (Kis. 1:6). Tetapi harapan mereka tidak terwujud
karena kedatangan kerajaan itu tidak ada yang tahu, dan kerajaan itu bukan
hanya bersifat politis saja melainkan kerajaan secara spiritual. Yesus
menegaskan kerajaan yang datang itu pada waktu yang tidak diketahui manusia
supaya para murid merindkan dan berharap pada pemerintahan itu.
Kerajaan
Allah menurut Paulus dijelaskan ketika Paulus berkata kepada jemaat Roma bahwa
Kerajaan Allah bukanlah soal makan dan minuman, tetapi soal kebenaran (Rom.
14:17; 1 Kor. 8:8). Paulus menekankan kulitas atau sifat Allah yang penuh kuasa
akan kerajaan tersebut, dan mengundang aspek masa kini dan masa eskatologis.
Bagi rasul Paulus Kerajaan Allah tidak bisa dimiliki oleh orang yang melakukan
berbagai kepahitan (Gal. 5:21), perbuatan daging dan darah tidak mewarisi
kerajaan itu (1 Kor. 15:50). Hanya akan ditempati oleh orang-orang yang
berkenan dihadapan Allah. Pada satu sisi lain Paulus mengatakan Kerajaan Allah
mempunyai hubungan erat dengan keselamatan seseorang, karena orang yang
mendiami kerajaan itu adalah orang yang bertobat dan menerima Kristus (Kol. 3:3).[5]
1.2. Rumusan masalah
-
Bagaimana konsep
Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru?
-
Kapan Kerajaan
Allah datang?
1.3. Tujuan
Penulisan
-
Menjelaskan
konsep kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru.
-
Menjelaskan
kedatangan kerajaan Allah.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kerajaan Allah Menurut
Para Tokoh
a.
Menurut Wittnes
Lee
Wittness Lee dalam
bukunya Kerajaan 2 menyatakan bahwa
ada orang yang mempercayai hari pentakosta sebagai awal gereja dan Kerajaan
Sorga, dan setiap orang percaya berada dalam realitas Kerajaan Sorga.[6]
b.
Menurut Lemmer
Kerajaan dapat dilihat
dalam dua persfektif yaitu pertama,
ada sebuah kerajaan yang bersifat universal dalam posisi supra-historis dalam
cakupan luas sehingga menjangkau segala zaman; kedua, dari sejarah perkembangan
manusia yaitu Kerajaan Allah sebagai wujud dari Allah yang diimplementasikan
dalam bentuk duniawi.[7]
Jadi Kerajaan Allah hadir ketika Yesus berada di dunia dan bisa juga Kerajaan
itu sesuatu yang masih dinantikan atau bersifat definitif.
c.
Menurut Harnack
Kerajaan Allah sebagai
nubuatan yang bersifat agamawi melalui pengjaran yang disampaikannya dalam
khotbah-khotbahnya mengenai ajaran tentang Bapa, persaudaraan, nilai, etika dan
kasih sehingga Kerajaan Allah tidak bersifat apokaliptis. Yesus memberitakan
Kerajaan Allah hanya pada bagian kulitnya saja sedangkan inti dari berita yang
disampaikan secara keseluruhan berbicara tentang saat ini dan itu bersifat
agamawi. Bagi Harnack Kerajaan Allah hanya sebatas agama yang bertujuan untuk
mendekatkan manusia yang ada di dunia dengan Allah.[8]
d.
Menurut Erastus
Sabdono
Dalam skripsi Sinuyu
Waruwu telah mencatat mengenai khotbah Erastus ada tanggal 2 Juni 2020 dengan
topik Doa Bapa Kami (Bagian 19) dalam
program pendalaman Alkitab mengatakan Kerajaan Allah adalah pada dasarnya
pemerintahan Allah atas manusia, Allah mengatur manusia dalam seluruh aspek
kehidupan manusia. Kejatuhan manusia dalam dosa merusak seluruh tatanan
kehidupan manusia denga keberadaan tidak bisa menyesuaikan diri dalam
pemerintahan Allah. Dengan demikian pemerintahan Allah yang diselenggarakan
dalam diri manusia berhenti, sebab manusia tidak bisa mengetahui pikiran dan
perasaan Allah.[9]
e.
Menurut Gilbert
Lumoindong
Dalam skripsinya juga
menuliskan pandangan Pdt. Gilbert Lumoindong dalam khotbahnya mengenai Kerajaan
Allah melihat kerajaan itu dalam sudut pandang warga atau penguin kerajaan.
Lebih lanjut Gilbert mengatakan bahwa orang Kristen orang Kristen berbeda dengan orang dunia,
meskipun orang Kristen tinggal didunia namun bukan milik dunia.[10]
Orang Kristen merupakan orang-orang yang percaya kepada Allah dan telah menjadi
warga Sorga bertanggung jawab atas kehidupan setiap orang percaya. Manifestasi
dari Kerajaan Allah berdiam dalam hati dan pikiran orang percaya untuk
melakukan kehendak Allah, karena orang percaya agen sorgawi yang ditempatkan di
dunia untuk mengerjakan sebuah misi yang besar maka suasana Sorga terlihat
dalam kehidupan setiap orang percaya, baik dalam cara hidupnya maupun kehidupan
keluarganya juga.
2.2. Kerajaan Allah
menurut Perjanjian Baru
Penulis membagi menjadi tiga pembahasan mengenai Kerajaan Allah dalam
Perjanjian Baru seperti: Kerajaan Allah menurut Yudaisme, Kerajaan Allah
menurut Yesus Kristus, dan Kerajaan Allah menurut gereja mula-mula.
a.
Kerajaan Allah
Menurut Yudaisme
Yudaisme merupakan
sistem keagamaan Yahudi yang muncul pada saat berada di pembuangan di
Babel. Dalam kitab suci orang Yahudi
Kerajaan Allah merupakan gabungan dari tadisi Ibrani dengan bangsa-bangsa
sekitar, dan pemahaman ini telah melekat dalam kesadaran orang Yahudi sebagai
tujuan Allah yang aktual dalam sejarah untuk memerintah secara universal.[11]
Pemeritahan Allah bukan wilayah pemerintahan atau konsep yang terlihat abstrak
melainkan sebuah simbol yang menjelaskan kegiatan-kegiatan Allah dalam sejarah
manusia.
b.
Kerajaan Allah
Menurut Yesus Kristus
Dalam Perjanjian Baru,
Yesus tidak pernah menyampaikan definisi yang secara tepat mengenai Kerajaan
Allah. Yesus megatakan bahwa Kerajaan-Nya bukan dari dunia (Yoh. 18:36
melainkan di Sorga. Kerajaan yang
bersifat kekal bukan kerajaan yang akan hancur. Ia juga menduduki sebagai raja
yang kekal. Sistem pemerintahan yang ada di dunia diserahkan kepada manusia
untuk berkuasa, mengatur dan mengelolanya sedangkan Kerajaan yang kekal akan
dipimpin langsung oleh Yesus Kristus di masa yang akan datang.
2.3. Kerajaan Allah Menurut Para Teolog
a.
Kerajaan Allah
menurut para teolog Konservatif
Kerajaan Allah sebagai
pemerintahan Allah yang diberikan kepada orang berdosa melalui Roh Kudus yang
melahirbarukan dan sebagai pemateri untuk memperoleh berkat keselamatan pada
kedatangan Yesus yang kedua kali. Yesus mengajarkan konsep Kerajaan Allah yang
bersifat spiritual dan eskatologis atau tidak kelihatn melalui pengajaran yang
Dia sampaikan kepada pengikut-Nya dan orang banyak. Suatu ajaran tentang berkat
yang diterima orang percaya dimasa yang akan datang yaitu keselamatan sempurna
dan tempat yang indah bersama dengan Dia dalam Kerajaan Sorga.[12]
b.
Kerajaan Allah
menurut Katolik
Katolik mengajarkan
gambaran Sorga sebagai suatu kondisi yang serba sepurna dibandingkan dengan kehidupan
manusia di dunia. Tempat kebahagiaan yang tiada taranya karena memiliki
persatuan dengan Kristus dalam kemuliaan Allah. Roh orang-orang Katolik yang
mati dibersihkan melalui suatu fase penderitan “api penyucian” atau “purgatorium” namun orang yang masuk
dalam pembersihan itu pasti selamat karena disana dilakukan penyucian penuh
agar diperkenankan masuk kedalam Sorgawi.[13]
c.
Kerajaan Allah
menurut saksi Yehuwa
Saksi Yehovah percaya
Kerajaan Allahadalah Kerajaan Yehuwa yang telah didirikan di Sorga dan akan
didirikan di bumi, Yesus Kristus sebagai Raja akan memerintah untuk membuat
kudus dan menyucikan nama Yehuwa ketika Yesus berada di bumi, Ia menunjukan
diri-Nya sebagai penguasa dan disaat kembali ke Sorga, Yesus akan menjadi raja
pada tahun 1914. Sebelum tahut tersebut Allah belum memberikan kepada Yesus
otoritas untuk memerintah kerajaan itu. Setelah Yesus menjadi raja, Ia melawan
Iblis dan melemparkannya dari Sorga ke bumi.[14]
d.
Kerajaan Allah
menurut Liberalisme
Liberal berasal dari
basa latin yaitu “liber” artinya bebas dan “merdeka” Liberalisme adalah
sekelompok orang yang memiliki faham bahwa manusia bebas tanpa terikat oleh
otoritas tertentu. Kaum liberal lebih mengedepankan sifat humanism dan
menjunjung tinggi kebebasan dan saling menghormati dan saling menghargai dalam
setiap pendapat atau pemahaman orang lain. Kaum liberal memahami Kerajaan Sorga
sudah ada didunia saat ini, bukan kerajaan yang akan datang Sebab Sorga itu
tidak ada.[15]
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Kerajaan Allah
Dalam Alkitab
Perjanjian Lama memberikan
penjelasan tentang Kerajaan Allah secara implisit sehingga kata Kerajaan Allah
tidak tertulis, hanya saja prinsip-prinsip kerajaan Allah dapat ditemukan di
dalam Perjanjian Lama.Prinsip tersebut dimulai pada saat Allah menciptakan alam
semesta dan memberikan mandate kepada manusia untuk mengusahakan bumi. Allah
adalah raja sampai selama-lamaNya (mzm. 10:16) kekuasaanNya tidak
tergoncangkan. Allah menjadi raja dalam kekuasaanNya di dunia, menjadi raja
untuk memimpin pasukan Israel melawan bangsa-bangsa seteru. Dari ayat jelas
bahwa Allah sedang menunjukan ke Mahakuasaan-Nya yang dikerjakan di bumi.
Sehingga gapat diartikan bahwa Kerajaan Allah adalah sistem pemerintahan Allah
dimana Dia sebagai Raja yang mengatasi seluruh kehidupan manusia.
3.2. Pemilik
Kerajaan Allah
Allah
sebagai pemilik kerajaan Sorga dan memerintah atas seluruh wilayah dan anggota
kerajaan tersebut. Kerajaan Allah adalah
suatu tempat yang tidak pernak dilihat oleh mata pada saat ini namun karena
iman, tempat itu diyakini dan menjadi ciri utama kerajaan itu. Ditempat itu
adalah tempat terakhir seorang manusia ketika hidup dalam kekelan. Tentu yang
dapat menerima hanyalah mereka yang percaya kepada Yesus.
3.3. Sifat
Kerajaan Allah
Sifat-sifat
kerajaa Allah yang disetujui oleh H.L Willmington yaitu: Pertama. Damai
sejahtera. Pemerintahan Mesias penuh sukacita secara pribadi dan secara
nasional dalam kehidupan manusia (Yes. 2:4; 11:6-9). Kedua. sukacita penuh
sebagai tanda khusus pada masa pemerintahan Mesias (Yes. 9:2; Yer. 30:18).
Ketiga. kudus, karena Allah kudus maka kerajaan-Nya pun kudus (Yes. 1:26; 4:3;
Yer. 31:23). Keempat. Kemuliaan Allah yang nampak dalam kerajaan-Nya yang
gemilang (Yes. 35:32; 60:1-9). Kelima. Raja menjadi penghibur dengan melayani
dan menyediakan semua kebutuhan warga kerajaan (Yes. 29:22; Yer. 31:23-25; Zef.
3:18). Keenam. Keadilan bagi semua orang (Yes. 9:6; Yer. 23:5). Ketujuh. Raja
dan warga kerajaan memiliki pengenalan Penuh (Yes. 11:1)[16]
3.4. Syarat
Penghuni Kerajaan Allah
Penghuni
Kerajaan Sorga memiliki syarat-syarat kependudukan sesuai dengan kriteria yang
ditentukan oleh Allah dalam kedaulatan dan ke Mahakuasaan-Nya. Orang-orang yang
masuk dalam kerajaan itu disebut keluarga rohani, hidup yang sesuai dengan
kehendak Allah. Setiap orang yang menjalankan kehendak Allah yaitu melakukan
firman dan manaati perintah-Nya. Orang tersebut adalah sesuai degan hidup yang
sesuai dengan ketetapan Allah dengan menjaga diri mereka dalam kekudusan dan
kesucian. Dalam PL orang-orang yang memiliki iman yang layak menghuni kerajaan
Allah . Dalam PB yang layak menghuni Sorga adalah orang-orang yang beriman
kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Kis. 4:12).[17]
3.5. Kedatangan Kerajaan Allah Pada
Masa Kini
Kerajaan
Allah bukan dari dunia tetapi Kerajaan itu bekerja di dalam dunia karena Allah
meletakan di dalam orang percaya. Kerajaan Allah pada masa kini telah datang
melalui kehadiran Yesus Kristus ke dunia. Dalam kehadiran-Nya Yesus tersedia
segala pemerintahan Allah sehingga ajaran yang direalisasikan dari Kerajaan
yang dibawa-Nya di dunia. Yesus menyatakan
Kerajaan Allah pada masa kini melalui pelayanan-Nya dibumi (Luk. 17:21).
Yesus mengalahkan penguasa di dunia, kuasa-kuasa roh jahat dan mengusir setan
(Mat. 12:28). Semua yang dilakukan-Nya sebagai wujud pemerintahan Sorga pada
masa itu untuk dirasakan orang percaya pada masa kini. Namun tidak semua orang
merasakan pemerintahan Allah, hanya bagi Dialah yang menerima dan percaya
kepada Yesus Kristus saja.
3.6. Kedatangan
Kerajaan Allah Pada Masa Yang Akan Datang.
Kerajaan
Allah di masa yang akan mendatang terlealisasikan di dalam pemerintahan Mesias.
Ciri-ciri kedatangan Kerajaan Allah dimasa yang akan datang yaitu kesengsaraan
dan kesusahan besar yang menimpa umat Tuhan. Ini akan dialami saat kebangkitan
tubuh terjadi. Kedatangan Kerajaan Allah dimasa yang akan mendatang hanyalah
dialami oleh mereka yang percaya kepad Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat,
sebab kehadiran-Nya yang memberikan setiap orang percaya mengalami kemenangan
(Yoh. 3:16).
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kerajaan
Allah adalah pemerintahan Allah dalam hidup manusia untuk melakukan
kehendak-Nya. Sejak penciptaan dimulai, Allah telah menyatakan pemerintahan-Nya
bagi manusia dan terus bekerja sampai pada masa kekekalan dimana setiap orang
percaya kepada Allah akan memperoleh persekutuan dalam Kerajaan-Nya. Berbicara
tentang Kerajaan Allah, berarti juga membahas tentang keselamatan manusia yang
berdosa menuju kepada kekehidupan yang kekal. Oleh karena Kerajaan Allah
berbicara tentang keselamatan maka berita kerajaan it uterus disebarkan pada
seluruh dunia supaya menjangkau umat yang berdosa. Sebab setiap manusia
membutuhkan keselamatan yang dari Allah, dan ketika mereka menerima keselamatan
yang dari Allah maka mereka juga akan menerima persekutuan dalam Kerajaan Allah
yang kekal.
4.2. Saran
- Pertama, Agar tulisan ini bermanfaat untuk banyak
orang dan kita juga memberitakan kerajaan Allah maka perlu untuk membagikan
tulisan ini kepada orang lain sebagai salah satu tindakan kita untuk
memberitakan Kerajaan Allah.
-
Kedua, mohon maaf jika terdapat ketidak sempurnaan terhadapap tulisan yang anda
baca, kiranya menjadi pembelajaran yang lebih lagi bagi penulis dalam hal
menulis.
DAPTAR PUSTAKA
Kepustakaan
A. Burrdge,
Richahard. 2008. Four Gospel One Jesus?.
Malang: Gandum Mas.
Berkhof, Louis.
2014. Teologi Sistematika Volom 5:
Doktrin Gereja. Surabaya: Momentum.
Du Plessis, Lemmer. 2012. The Return of Christ.
Malang: Gandum Mas.
Eldon Ladd,
George. 2014. Teologi Perjanjian Baru
Jilid 1. Bandung: Kalam Hidup.
Guthrie,
Donald. 2012. Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta:
BPK Gunung Mulia
Herlianto, 2004. Saksi-saksi Yehuwa. Bandung: Kalam
Hidup.
H. Grooma,
Thomas. 2010. Pendidikan Agama Kristen: Berbagi cerita dan Visi kita Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Lee,
Wittness, Yasperin. 2016. Kerajaan 2. Surabaya: Yayasan
Perpustakaan Injil Indonesia.
Morris, Leon. 2014.
Teologi Perjanjian Baru. Malang:
Gandum Mas.
R. Boehke,
Robert . 2001. Siapakah Yesus Sebenarnya?.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Scotland,
Nigel. 2013. Buku Wajib Cara Menangkal
Sekte & Agama Baru. Yogyakarta: ANDI.
Willmington, H.L . Eskatologis: Studi Alkitab yang Dibutuhkan
Tentang Akhir Zaman
Wongso, Peter.1998.
Hikayat Yesus: Penguraian dan Penafsiran
Kehidupan Yesus Dalam Empat Kitab Injil. Malang: SAAT
Skripsi
Waruwu, Rosalinda. 2015. Skripsi:
Studi Teologi Mengenai Surga. Surabaya:
Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia.
Waruwu, Sinuyu.
2020. Kajian Teologis Konsep Kerajaan
Allah di Perjanjian Baru dan Relevansinya Bagi OrangPercaya. Surabaya:
Sekolah Tinggi Teologi Tabernakal Indonesia, Skripsi.
[1]Sinuyu
Waruwu, Kajian Teologis Konsep Kerajaan
Allah di Perjanjian Baru dan Relevansinya Bagi OrangPercaya (Surabaya:
Sekolah Tinggi Teologi Tabernakal Indonesia, Skripsi 2020) 1.
[2]Robert
R. Boehke, Siapakah Yesus Sebenarnya? (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2001) 59.
[3]Donald
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2012) 24.
[4]Richahard
A. Burrdge, Four Gospel One Jesus?
(Malang: Gandum Mas, 2008) 97.
[5]Leon
Morris, Teologi Perjanjian Baru (Malang:
Gandum mas, 2014) 46-47.
[6]Wittness
Lee, Yasperin, Kerajaan 2 (Surabaya:
Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia, 2016) 449.
[7]Lemmer
Du Plessis, The Return of Christ (Malang:
Gandum Mas, 2012), 100-101.
[8]George
Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid
1 (Bandung: Kalam Hidup, 2014) 73.
[9]Sinuyu
Waruwu, Kajian Teologis Konsep Kerajaan
Allah di Perjanjian Baru dan Relevansinya Bagi OrangPercaya, 9.
[10]Ibid,
9.
[11]Thomas
H. Grooma, Pendidikan Agama Kristen:
Berbagi cerita dan Visi kita (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010) 50.
[12]Louis
Berkhof, Teologi Sistematika Volom 5:
Doktrin Gereja (Surabaya: momentum 2014) 32.
[13]Rosalinda
Waruwu, Skripsi: Studi Teologi Mengenai Surga (Surabaya: Sekolah Tinggi Teologi
Tabernakel Indonesia, 2015) 13.
[14]Herlianto, Saksi-saksi Yehuwa (Bandung: Kalam
Hidup, 2004) 240.
[15]Nigel
Scotland, Buku Wajib Cara Menangkal Sekte
& Agama Baru (Yogyakarta: ANDI, 2013) 120-121.
[16]H.L.
Willmington, Eskatologis: Studi Alkitab
yang Dibutuhkan Tentang Akhir Zaman, 296-299.
[17]Peter
Wongso, Hikayat Yesus: Penguraian dan
Penafsiran Kehidupan Yesus Dalam Empat Kitab Injil (Malang: SAAT, 1998).
0 Comments