Header

PRINSIP-PRINSIP PERTIMBANGAN UTAMA DALAM ADMINISTRASI GEREJA || Pdt. Dr. Yakub B. Susabda

 



PRINSIP-PRINSIP PERTIMBANGAN UTAMA DALAM ADMINISTRASI GEREJA

BAB I : PANDANGAN DAN PERSOALAN UMUM

            Gambaran umum tentang bagaimana pengertian dan pelaksanaan administrasi gereja yang ada di antara gereja-gereja sekarang ini akan menolong kita lebih mengerti betapa pembenahan administrasi gereja adalah sangat penting dan mendesak, serta tak dapat ditunda lagi.

A.    Sikap Gereja Pada Umumnya

1.      Pandangan negative di antara gereja-gereja Injili

Pada umumnya gereja-gereja Injili acuh tak acuh terhadap masalah-masalah sekitar administrasi gereja. Hal ini disebabkan karena salah pengertian terhadap administrasi gereja itu sendiri dan kedua oleh karena salah pengertian tentang keberadaan dan panggilan gereja.

2.      Salah pengertian dari gereja-gereja yang non-Injil

Pada umumnya gereja-gereja yang non-Injili menaruh perhatian yang lebih besar kepada urusan administrasi. Hal ini disebabkan karena munculnya kesadaran yang lebih besar akan tuntutan yang nyata dari kebutuhan administrasi gereja yang rapi, tetapi ada kecendrungan yang besar untuk memakai administrasi gereja secara keliru.

B.     Gambaran Tentang Pendeta Sebagai Administrator

Pada umumnya, jemaat mempunyai gambaran yang sempit tentang pendeta sebagai administrator. Suatu gambaran yang didasarkan pada  pengertian bahwa tugas adminstrasi seorang pendeta tidak lain daripada:

-          Menyusun rencana dan program-program rutin untuk jemaatnya.

-          Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan-pertemuan, baik di dalam maupun diluar gereja. Baik dalam urusan gereja sendiri, klasis, sinode bahkan dalam kerjasama dengan jemaat-jemaat lainnya.

-          Pelayanan surat-menyurat, pembuatan statistic, dsb.

C.     Dua Macam Pelaksanaan Administrasi Gereja Yang Ada Di Antara Gereja-Gereja Sekarang Ini

Penulis buku ini telah mengamati ada dua macam pelaksanaan administrasi gereja yang ada di antara gereja-gereja sekarang ini (tanpa menyinggu gereja-gereja tersebut).

-          Didasarkan pada bentuk administrasi gereja yang biasanya diusulkan dalam buku-buku atau melalui ceramah-ceramah.

-          Didasarkan pada prinsip-prinsip administrasi yang benar.

BAB II : TEOLOGI, DASAR-DASAR ADMINISTRASI GEREJA

            Penulis mengamati, ada empat aspek yang sangat penting, yang tidak boleh diabaikan, jikalau benar-benar mau memperbaharui dan membangun administrasi gereja tersebut.

-          Aspek pertama, yang akan kita bicarakan dalam pembahasan ini ialah Teologi sebagai fondasi atau dasar administrasi gereja.

-          Aspek kedua, ialah strategi yaitu kebijakan yang diambil gereja dalam mengatur sistem pertanggungjawaban administrasi gereja.

-          Aspek ketiga, ialah perencanaan seluruh kegiatan gereja.

-          Aspek keempat, yaitu pelaksanaan praktis dari administrasi gereja.

BAB III : STRATEGI, SIKAP GEREJA DALAM MENGATUR SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN ADMINISTRASI GEREJA

            Di samping teologi, maka strategi adalah aspek yang sangat penting yang tidak boleh diabaikan, jikalau kita mau memperbaharui dan membangun administrasi gereja. Administrasi gereja hanya alat yang dipakai untuk mencapai tujuan. Maka fleksibilitas adalah unsur yang sangat penting dalam menjalankan administrasi gereja.

            Tidak ada satu macam administrasi gereja yang cocok untuk semua gereja, karena administrasi gereja yang  sehat hanya alat untuk melayani, yang dipilih dengan sengaja sesuai dengan kebutuhan dan kondisi gereja itu.

1.      Gereja apostolic memegang enam prinsip sebagai sistem pertanggung jawaban administrasi gereja mereka

a.       Pemilihan oleh segenap anggota jemaat (popular election)

Pemilihan untuk mengikutsertakan orang banyak (anggota jemaat) dipakai sebagai sarana untuk menetapkan orang dalam jabatan-jabatan gerejawi. Anggota jemaat diikutsertakan dalam memilih dan menilai apakah orang-orang tertentu memenuhi syarat-syarat seperti yang tertera dalam 1 Timotius 3 dan Titus 1.

b.      Persamaan antara bishop dan tua-tua

Dalam gereja apostolic ternyata jabatan tua-tua tidak berbeda atau sama saja dengan pendeta (bishop). Alkitab tidak menyebut kedua jabatan itu dengan pengertian yang berbeda. Gereja-gereja apostolic tidak pernah mengangkat bishop-bishop sebagai kepala dari banyak pendeta atau tua-tua.

c.       Lebih dari satu tua-tua di jemaat lokal

Jemaat apostolic mempunyai ciri yang khas, yang diyakini sesuai dengan pemerintahan gereja yang Tuhan Yesus kehendaki, yatu adanya tua-tua yang banyak (lebih dari satu) disetiap jemaat.

d.      Pentahbisan pejabat gereja dilakukan oleh banyak tua-tua

Tua-tua tidak dibedakan dari pendeta dan bishop dalam jabatan, oleh sebab itu pentahbisan pejabat gereja tidak hanya dilaksanakan oleh pendeta (pendeta-pendeta) atau bishop, tetapi oleh banyak tua-tua (1 Tim. 4:14; Kis.13:1-3).

e.       Kekuasaan untuk memutuskan sesuatu adalah kekuasaan bersama (rapat, sidang)

Persoalan gerejja adalah persoalan yang menyangkut keselamatan jiwa setiap anggota jemaat, oleh sebab itu pertemuan (rapat) dari setiap unsur dalam jemaat mempunyai kekuasaan tertinggi dalam memutuskan persoalan-persoalan yang menyangkut seluruh kesatuan tubuh Kristus itu.

f.       Kristus adalah kepala gereja

Pemimpin-pemimpin gereja tidak boleh bertindak seperti Allah atas umatnya, karena mereka hanya boleh menjadi contoh untuk kawanan domba itu (1 Petrus 5:3-11). 

2.      Gereja masa kini bisa berpegang pada 3 prinsip dalam menentukan strateginya

a.       Kristus adalah kepala gereja, maka ekses kearah kepemimpinan tunggal (one man leadership) dapat di hindari dengan adanya “plurality of elders” (banyak tua-tua).

b.      Tua-tua adalah pemimpin organisasi gereja, tugas mereka ialah mengajar dan memerintahkan gereja atas nama Kristus. Tetapi pada saat yang sama kita juga punya tanggungjawab sebagai anggota tubuh Kristus. Oleh sebab itu untuk menghindari adanya penyerahan tanggungjawab dari satu pihak pada pihak lain, maka setiap tua-tua harus memegang pimpinan paling sedikitnya dalam satu bidang pelayanan gereja, supaya tanggungjawab sebagai “ruling” maupun “teaching elders” dapat dilaksanakan. (taka da tua-tua tanpa fungsi). Disamping itu supaya anggota-anggota juga mendapat kesempatan mempertanggungjawabkan panggilannya, maka gereja harus mengorganisir kehidupan dan pelayanannya dalam komisi-komisi.

c.       Fleksibilitas, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi-kondisi gereja setempat. Gereja yang kecil tidak perlu mempunyai komisi-komisi sebanyak gereja-gereja besar, jikalau memang belum ada kader-kader  pimpinan yang bisa diserahi tanggungjawab dan yang diangkat menjadi tua-tua.

BAB IV : PERENCANAAN (PLANNING) SELURUH KEGIATAN GEREJA

            Teologi dan strategi adalah aspek-aspek yang sangat penting dalam administrasi gereja, tetapi dengan hanya mengenal teologi yang benar dan strategi yang Alkitabiah ternyata belum cukup, karena faktanya banyak gereja tetap gagal untuk membangun dan menghidupkan gerejanya.

            Perencanaan (planning) seluruh kegiatan gereja bukan soal yang begitu saja dapat dilaksanakan. Banyak gereja yang sudah mempunyai perencanaan, tetapi biasanya tanpa dasar; karena perencanaan yang benar hanya bisa dibangun atas dasar teologi yang benar tentang hakikat dan pelayanan gereja.

            Tanpa orang betul-betul mengarti apa itu gereja dan bagaimana gereja hidup dengan pelayanannya di tengah dunia ini, maka sampai kapan pun perencanaan tidak ada gunanya. Oleh karena itu dalam pasal ini kita tinjau beberapa hal:

1.      Apakah sebenarnya maksud Allah dengan gereja

Gereja adalah persekutuan dari orang-orang yang sudah diselamatkan. Dan Alkitab menyaksikan, bahwa kita yang oleh anugrah sudah diselamatkan itu adalah orang-orang yang dipilih Allah untuk menjadi kawan-kawan sekerja-Nya.

Banyak gereja yang belum benar-benar menyadari akan maksud Allah ini, sehingga dalam kehidupan dan pelayanan mereka sangat meremehkan perencanaan. Kalauoun gereja mempunyai banyak aktivitas yang baik, tetap sebagian besar anggota jemaat tidak begitu mengerti untuk apa semuanya itu dan apa hubungannya antara aktivitas yang satu dengan yang lainnya. Karena itu walaupun mereka mau ikut aktif, seringkali alasan dan motivasinya tidak benar. Mereka tidak mengerti bahwa segala aktivitas yang gereja sediakan mempunyai dua fungsi yaitu mempersiapkan mereka untuk melayani, melibatkan mereka dalam pelayanan.

2.      Gereja adalah partner Allah dalam melengkapi orang-orang percaya

Paulus memiliki pengertian bahwa keselamatan 100% terjadi karena anugrah, karena pekerjaan Roh Kudus semata-mata. Ada lima fase (tahap) dalam keselamatan yang harus dialami oleh setiap orang percaya, yang di dalamnya ada bagian-bagian di mana gereja boleh menjadi partner Allah :

a.       Kelahiran baru

b.      Pertobatan

c.       Pembenaran

d.      Penyucian

e.       Pemuliaan

BAB V : PELAKSANAAN PRAKTIS DARI ADMINISTRASI GEREJA

            Dengan kita mengenal ketiga aspek yang maha penting, yaitu teologi, strategi, dan perencenaan, sebenarnya kitaa sudah memiliki suatu gambaran yang agak lengkap tentang apa itu administrasi gereja. Tetapi kenyataannya masih ada banyak orang yang merasa tidak cukup, karena tanpa contoh-contoh bagaimana administrasi gereja secara praktis dilaksanakan, seringkali hanya merupakan pengetahuan yang tidak banyak artinya. Oleh karena itu dalam pasal ini akan dibicarakan secara khusus contoh-contoh pelaksanaan praktis dari adiministrasi gereja.

A.    Langkah-Langkah Dalam Proses Administrasi

Di mana-mana gereja mengalami kesuaman. Pemimpin-pemimpin gereja mengeluh seolah-olah apa yang mereka usahakan untuk menghidupkan jemaat selalu berakhir dengan kekecewaan. Mereka menyadari bahwa kunci dari semuanya itu adalah persoalan rohani. Dan mereka sudah mengusahakan segala kegiatan khusus untuk meningkatkan hidup kerohanian jemaat (kebangunan rohani, PA, PI, persekutuan doa, dll), bahkan mengurangi kegiatan-kegiatan yang dirasakan kurang bersifat rohani; tetapi heran bahwa penelitian dan partisipasi dari jemaat tetap kurang sekali.

1. Mengenali kebutuhan yang ada

a.          Pemimpin gereja mengerti tentang konkretnya kebutuhan itu.

b.         Jemaat mengerti tentang konkretnya kebutuhan itu.

c.          Seluruh jemaat merasakan konkretnya kebutuhan itu.

2. Perencanaan

      Adapun hal-hal yang seharusnya diperhatikan dalam langkah ini:

a.       Tidak setiap kebutuhan yang riel dapat segera direncanakan.

            Maka karena itu dalam membuat perencanaan, dibutuhkan penyeleksian mana yang dapat diprioritaskan, memformulasikan. Mengikutsertakan jemaat dalam perencanaan. Mempertimbangkan setiap detail dari perencanaan.

3. Pengorganisasian

         Hal ini adalah pertanggungjawaban administrasi yang mengatur sehingga perencanaan atau hal-hal yang sudah direncanakan dapat berhasil, yaitu memenuhi apa yang dibutuhkan.

4. Perangsangan

         Menyerahkan seluruh tanggungjawab pada personal yang sudah terpilih adalah hal yang sangat penting, tetapi pemimpin-pemimpin gereja sebenarnya tetap tidak boleh lepas tangan sama sekali. Mereka harus terus-menerus mendorong dan merangsang kerja setiap personal. Karena dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan, sukacita, dan semangat bekerja seringkali lebih penting daripada rasa tanggungjawab,itu sendiri (Tuhan tidak memakai orang-orang untuk mengerjakan ladang-Nya dengan terpaksa).

5. Pengevaluasian

a.       Mengikutsertakan jemaat terus-menerus

b.      Berpegang pada panggilan gereja.

c.       Memberi pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan.

B.     Menyusun Program Kerja Tahunan

1. Menentukan waku. (Januari).

2. Dasar pengertian tentang pelayanan gereja.

3. Kegiatan rutin.

4.Kegiatan khusus.

5.Kegiatan umum.

 

Post a Comment

0 Comments