Header

Surat Pastoral || Kualifikasi Penatua dan Diaken - Ringkasan Buku Surat 1&2 Timotius dan Titus




PENJABARAN HERMENEUTIS KUALIFIKASI PENILIK JEMAAT DALAM 1 TIMOTIUS 3, TITUS 1, 1 PETRUS 5 DAN KUALIFIKASI DIAKEN MENURUT 1 TIMOTIUS 3.

REFLEKSI DIRI (PELAJARAN YANG DIPEROLEH) DAN KESALAHAN YANG DIINSAFI

            Penatua adalah istlah yang dipakai untuk seseorang mengawasi dan memerintah jemaat, jabatan ini sama dengan istilah penilik jemaat dalam tulisannya Paulus, tetapi berbeda dari hal usia. Penatua  adalah orang yang lanjut usia sedangkan penilik jemaat adalah fungsi orang tersebut tanpa melihat usia. Dengan demikian, penulis akan menjelaskan kualifikasi Penatua menurut 1 Timotius 3, Titus 1 dan 1 Petrus 5 dan kualifikasi Diaken menurut 1 Timotius 3.

KUALIFIKASI PENATUA MENURUT 1 TIMOTIUS 3, TITUS 1 DAN 1 PETRUS 5

Seorang yang tak bercacat, artinya tidak mempunyai kekurangan-kekurangan terutama di bidang yang menjadikan dia mudah dikritk. Karena jemaat mengharapkan dari pemimpinnya dapat menjadi teladan yang dapat ditiru (1. Tim.3:2; Titus 1:6). Frasa seorang tak bercacat dalam bahasa Yunaninya yaitu ἀνεπίλημπτον (anepilempton) yang memiliki arti tidak tercela dan tidak bercacat. Hal ini menjelaskan kepada kesempurnaan hidup yang harus dimiliki oleh penilik jemaat, bukan menunjukan kepada cacat secara fisik. Dalam terjemahan KJV diterjamahkan blameless yang artinya seci. Dengan demikian “tak bercacat”dalam teks ini yaitu bukan menjelaskan cacat secara fisik tetapi ini menjelaskan cacat secara moral atau prilaku, dimana seorang pelayan Tuhan harus suci secara moral atau prilakunya. Namun bukan berarti seorang penatua tidak dapat berbuat kesalahan. Menurut teks asli juga diterjemahkan “ above reproach artinya diatas rata-rata. Dengan demikian, seorang penatua bisa melakukan kesalahan namun tidak melebihi anggota jemaat. Inilah yang dimaksud dengan tak bercacat.

Suami dari satu isteri, artinya tidak boleh berpoligami atau melakukan perzinahaan kepada reproach (1Ti 3:2 NAU) perempuan lain (1 Tim.3:2; Titus 1:6). Ini tidak berarti seorang duda yang menikah kembali tidak boleh menjadi penatua. Dengan demikian, seorang penatua dapat menahan diri dan tidak mudah terseret oleh hawa nafsu sexs.

Bijaksana, artinya sikap yang sesuai dengan akal budi yang telah diperbarui Roh Kudus (1 Tim. 3:2; Titus 1:8)

Sopan, artinya sikap lahiriah yang anggun (1 Tim.3:2).

Suka memberi tumpangan, artinya ini merupakan kebajikan yang dijunjung tinggi dalam kehidupan jemaat Kristen zaman itu. Hal ini yang membuktikan bahwa seorang penatua memiliki kasih (1 Tim.3:2 Titus 1:8).

Cakap mengajar orang, artinya  mampu mengajar orang lain secara umum. Bukan berarti cakap mengajar Firman, karena ada orang-orang khusus yang dikaruniakan seperti itu (1 Tim. 3:2).

Bukan peminum, artinya mereka tidak mabuk anggur (1 Tim. 3:3; Titus 1:7) Pemabuk merupakan dosa yang merajalela di Asia Kecil dan Yunani. Dengan demikian seorang penatua harus menjadi contoh yang baik untuk jemaat.

Bukan pemarah melainkan peramah, artinya tidak gampang marah melainkan peramah, baik hati dalam bergaul (1 Tim. 3:3; Titus 1:7) Karena seorang pemimpin harus berkomunikasi dengan baik. Jika dalam komunikasinya selalu marah-marah, maka dipastikan jemaat tidak mau bergaul dengan penatua tersebut.

Pendamai, artinya selalu membawa damai dan disenangi kehadriannya (1 Tim. 3:3). Menurut teks Yunani “ἄμαχονyang memiliki arti not quarrelsome “tidak suka bertengkar”.

Bukan hamba uang, artinya tamak akan uang, karena akar dari segala kejahatan adalah cinta uang (1 Tim.3:2).

Seorang kepala keluarga yang baik, artinya bahwa ia dapat mengurusi keluarganya terlebih dahulu. Kepala keluarga yang baik pasti akan disegani dan dihormati anak-anaknya. Sehingga kemungkinan besar kepala keluarga tersebut dapat membina keluarganya dengan baik (1 Tim.3:4,5).

Jangan seorang yang baru bertobat (1 Tim.3:6). Sebab biasanya orang yang baru berkobar-kobar semangatnya dan besar keinginannya untuk melayani Tuhan. Namun hal ini sangat berbahaya bagi orang tersebut. Ia sebagai orang baru yang belum mengenal situasi jemaat, ia akan mudah tersandung dengan situasi tersebut. Bahkan bisa saja menjadi sombong.

Mempunyai nama baik, artinya penatua tersebut memiliki kehidupan yang saleh, tidak sembarangan saja berbicara, menjaga hidupnya sehingga orang lain melihatnya diberkati (1 Tim. 3:7).

Tidak angkuh (Titus 1:7) artinya seorang penatua harus rendah hati dan dapat mendengar pendapat orang lain.

Bukan pemberang (Titus 1:7) artinya orang yang dapat menguasai diri.  

Tidak serakah (Titus 1:7) artinya tidak mencari keuntungan material di dalam pelayanannya. Hal ini juga disampaikan dalam surat Petrus bahwa seorang penatua jangan sampai melayani karena mencari keuntungan tetapi  dengan pengabdian diri (1 Petrus 5:2).

Suka akan hal baik (Titus 1:8), ini merupakan rumusan yang umum, yang mencakup segala sesuatu yang baik.

Adil, saleh, dapat menguasai diri (Titus 1:8) Artinya mampu memiliki sikap yang menjadi berkat manusiawi yang baik. Dengan cara seperti hal tersbut dapat membuat jemaat merasa nyaman dengan apa yang diperbuat oleh penatua tersebut.

Konsisten (Titus 1:9) artinya perkataan yang dapat dipercaya, yaitu injil yang murni. Dengan demikian seorang penatua harus konsisten dengan pengajaran tanpa melenceng dari kebenaran itu sendiri.

Menjadi Teladan (1 Petrus 5:3) Artinya bahwa seorang penatua patut menjadi contoh untuk jemaat. Karena mereka juga dapat melakukan apa yang mereka lihat. Jadi ketika mereka lihat yang baik, mereka juga dapat melakukan hal yang demikian.

SYARAT-SYARAT DIAKEN MENURUT 1 TIMOTIUS 3

Orang terhormat, artinya tidak menjadi batu sandungan buat orang lain, melainkan terpandang di lingkungannya. Secara harafiah terhormat bisa juga berarti berwatak baik atau mulia. Istilah ini mempunyai beragam arti seperti agung, layak dihormati, mempunyai kelakuan yang baik, dihargai. Dengan demikian seorang diaken haruslah memiliki kualifikasi ini agar jemaat juga sungkan dengan orang tersebut (1 Tim.3:8).

Jangan bercabang lidah, arti secara harafiah dalam bahasa aslinya menceritakan seorang kepada yang lain mengenai rahasia orang tersebut. Seorang diaken harus mampu menyimpan  rahasia orang yang cerita kepadanya. Dengan demikian, seorang diaken mampu dipercayakan oleh anggota jemaat yang berada disekitarnya ketika ada rahasia yang disembunyikan. Artinya tidak dibocorkan kepada orang lain (1 Tim. 3:8)

Jangan penggemar anggur, artinya tidak mabuk dengan anggur. Hal ini sudah disinggu diayat 3, mengenai syarat menjadi penatua. Dalam ilmu hermeneutika, ketika ada kata yang diulang maka itu penting untuk dilakukan. Dengan demikian, sebagai pelayan Tuhan baik penatua atau diaken, tidak boleh untuk mabuk anggur (1. Tim 3:8)

Jangan serakah, artinya tamak. Diaken yang tampak pasti ia cinta uang, Paulus menegur dengan jelas bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang, dengan demikian setiap diaken perlu hati-hati mengenai hal uang agar tidak jatuh didalam dosa ini (1 Tim. 3:8).

Memelihara rahasia iman, iman adalah sesuatu kekayaan yang telah berabad-abad lamanya dirahasiakan oleh Allah, tetapi melalui pemberitaan Injil kini dinyatakan kepada orang yang percaya. Kekayaan itu hanya dapat dipelihara dalam hidup orang percaya, kalau hatinya suci artinya hidupnya pasti baik. Dengan demikian setiap orang harus hidup didalam iman yang benar (1 Tim. 3:9).

Dewasa rohani, artinya bukan orang yang baru bertobat. Penulis mencantumkan poin dewasa rohani karena seorang diaken perlu orang yang sudah lama bergabung dalam persekutuan yang benar. Dengan demikian setiap orang harus bertahan dalam proses yang ada dilingkungannya agar menjadi dewasa secara rohani melalui persekutuan yang benar (1 Tim. 3:10)

Isterinya orang-orang terhormat, artinya sebagai isteri juga harus hidup sesuai dengan firman. Bahkan Paulus lebih menjelaskan seperti jangan pemfitnah, Hendaklah dapat menahan diri, Dapat dipercayai. Artinya isteri juga harus cakap dalam berumah tangga. Sebagai pendamping suaminya, hal ini diperlukan sebagai bukti bahwa suami juga mampu mengajarkan isteri. (1 Tim. 3:10).

Memiliki satu isteri. Paulus mengulangi apa yang telah dikatakannya di ay 2, 4 tentang kewajiban seorang penilik jemaat sebagai kepala keluarga. Selain memiliki satu isteri, diaken juga harus mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. Sehingga terbukti dari situlah kesiapan para diaken untuk diangkat sebagai pelayan Tuhan.

REFLEKSI

            Kualifikasi penatua dalam surat 1 Timotius 3, Titus 1 dan 1 Petrus 5 tidaklah berbeda, Penulis menjelaskan dengan tuntas bagaimana syarat-syarat untuk menjadi penatua. Hal ini tentu tidak terlepas dari hubungan antara Kristus dan Jemaat. Seorang penatua perlu membangun relasi yang baik kepada Tuhan dan kepada sesama. Karena tanpa relasi yang baik, tentu saja tidak akan memiliki kualifikasi yang tepat seperti apa yang telah diajarkan oleh rasul-rasul tersebut.

            Penulis surat 1 Timotis dan Titus adalah Paulus. Sebagai orang tua rohani, perlu untuk mengajarkan hal tersebut kepada anak rohaninya agar tidak salah memilih penatua dan diaken. Paulus mengetahui bahwa seorang penatua tidak boleh dipilih dengan sembarangan, hal ini sudah dibuktikan dari kualifikasi tersebut.

            Petrus juga memberi nasihat kepada penatua mengenai kehidupan penatua. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peran penatua bagi jemaat Tuhan. Menurut Petrus penatua yang benar lebih kepada pengabdian diri bukan mencari keuntungan. Artinya motivasi menjadi penatua bukanlah uang melainkan karena mengasihi Tuhan dan domba-domba yang digembalakan.

            Dengan demikian saya dapat simpulkan bahwa kualifikasi penatua yang baik adalah  seorang yang cinta Tuhan dan cinta sesama. Syarat ini harus ada dalam kehidupan para penatua saat ini. Karena segala sesuatu jika didasarkan dengan kasih akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan kualifikasi.

HAL YANG DIINSAFI

1.      Saya menyadari betapa pentingnya penggembalaan.

2.      Saya menyadari bahwa Tuhan mau untuk hidup sesuai standar yang diberikan-Nya.

3.      Saya menyadari bahwa untuk menjadi gembala bukanlah hal yang mudah.

4.      Saya menyadari bahwa gembala harus banyak belajar.

5.      Saya menydarai bahwa hidup tidak boleh menjadi sandungan bagi orang lain.

6.      Saya akan belajar hidup mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.

Post a Comment

0 Comments