BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penulis surat Ibrani
menyatakan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan
bukti dari segala sesuatu yang tidak dapat dilihat (Ibr. 11:1). Bahkan Paulus
juga pernah menulis surat kepada jemaat Efesus bahwa manusia diselamatkan
karena kasih karunia melalui iman (Efs. 2:8). Dengan demikian iman memiliki
peran penting bagi konsep keselamatan yang Allah berikan kepada manusia.
Menurut Hermen Ridderbos iman adalah sarana, cara, sebagai penengah yang
menjadi dasar pembenaran. Namun bukan iman itu yang membenarkan, melainkan apa
yang menjadi objek dari iman yakni Yesus Kristus.[1] Hal
senada juga dinyatakan oleh Louis Berkhof bahwa kedudukan iman merupakan
satu-satunya sarana untuk keselamatan.[2]
Dalam kekeristenan
terdapat dua doktrin keselamatan yang terkenal seperti Calvinisme dan
Armenianisme yang bertolak belakang meskipun keduanya mendasarkan pada firman
Tuhan. Aliran Calvinisme mengajarkan bahwa orang percaya tidak akan pernah
kehilangan keselamatan. Sedangkan Armenianisme mengajarkan keselamatan yang diperoleh
bisa hilang, hal ini disebabkan karena adanya kehendak bebas manusia. Oleh
karena kehendak bebas yang dimiliki manusia tidak terbatas maka orang percaya
dapat menyimpang dari jalan keselamatannya.[3]
Menurut Bravo Santoso, hanya Yesus saja
Pengantara antara Allah dan manusia, yang mendamaikan Allah dan manusia.
Keselamatan dikerjakan hanya oleh Kristus saja. Tidak ada dari manusia yang
bisa menghasilkan keselamatan bagi dirinya sendiri ataupun ikut bersumbangsih
atau berbagian kecil di dalam keselamatan manusia. Tidak ada dari manusia yang
berjasa sedemkian sehingga manusia berhak memperoleh keselamatan. Keselamatan
adalah hanya karena anugrah. Inilah Sola
Gratia (Grace alone). Keselamatan diperoleh seorang manusia
melalui iman. Hanya melalui iman inilah Sola
Fida (Faith alone). Iman di sini adalah iman yang sejati yang dimaksudkan,
bukan iman secara umum per definisi kata dari sebuah kamus bahasa tertentu.
Iman yang sejati yang dimaksudkan disini adalah iman kepada Tuhan Yesus
Kristus. Dan iman yang sejati itu datangnya hanya karena anugerah.[4]
Dengan demikian jika
disimpulkan menurut Bravo bahwa
keselamatan hanya datang dari Allah melalui iman kepada Tuhan Yesus
Kristus dan iman yang dimiliki manusia diperoleh hanya karena anugerah Allah. Namun
berbeda dengan pandangan Pelegaianisme dan Eramus yang menyatakan bahwa manusia
diselamatkan berdasarkan kekuatannya dan upaya-upaya mereka sendiri.[5]
Sehingga jika manusia tidak dapat “memelihara
iman”, maka keselamatan yang diterima bisa hilang. Paulus diakhir hidupnya
menuliskan pesan kepada Timotius bahwa ia telah “memelihara iman” (2 Tim. 6:6-8). Jika iman yang dimaksud dalam
konteks tersebut berkaitan dengan keselamatan manusia, maka pandangan Armenianisme,
Pelegaianisme dan Eramus dapat dikatakan benar. Dengan kata lain jika Paulus
tidak dapat memelihara iman maka bisa
saja iman yang dimiliki manusia itu hilang, sehingga membuat manusia murtad kepada
Allah. Hal ini juga tentu berdampak bagi keselamatan manusia. Namun jika tidak
berkaitan mengenai keselamatan maka perlu adanya kajian mengenai kata memelihara iman dalam 2 Timotius 4:6-8.
Dengan demikian
penelitian ini dilakukan menggunakan kajian eksegesis teks Alkitab dalam 2
Timotius 4:6-8 untuk menjelaskan makna kata memelihara iman sekaligus
implikasinya bagi keselamatan orang percaya. Adapun rumusan masalah yang dibuat
sebagai berikut:
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Apa makna
memelihara iman menurut 2 Tim.4:6-8?
2.
Mengapa orang
percaya harus memelihara iman?
3.
Apa implikasi
memelihara iman bagi keselamatan orang percaya?
1.3.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui makna memelihara menurut 2 Timotius 4:6-8.
2. Mengetahui alasan mengapa orang percaya memelihara
iman.
3. Mengetahui implikasi memelihara iman bagi
keselamatan orang percaya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi-definisi
2.1.1. Memelihara Iman
Memelihara dalam
terjemahan Ibrani yaitu Rmf yang
berarti “menjaga, memelihara” Terjemahan
Yunani τετήρηκα yang memiliki arti “menjaga, memegang, memelihara”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata memelihara
sama dengan menjaga, mengusahakan, merawat baik-baik. Sedangkan kata iman
berarti keyakinan atau kepercayaan kepada Tuhan.[6] Dengan demikian, memelihara iman artinya merawat
baik-baik keyakinan kepada Tuhan.
Menurut Yusuf E.B
manusia harus berjuang dan berusaha untuk memelihara imannya kepada Tuhan,
walaupun Tuhan memelihara iman umat-Nya, ia juga memberikan tanggung jawab bagi
setiap orang yang percaya kepada umat-Nya untuk mememlihara iman tersebut.
Sehingga tidak terpisahkan dari kasih Allah. Namun jika terdapat kemurtadan
atas kehidupan percaya tentu itu bukanlah Kristen sejati. Alkitab dengan jelas
mengajarkan adanya sorga dan neraka. Sorga merupakan tempat setiap orang
percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Yoh.3:16), sedangkan
neraka merupakan tempat penghukuman kekal bagi setiap orang yang menolak untuk
percaya kepada Yesus Kristus (Yoh. 3:36).[7]
Dr. Brian J. Bailey
berpendapat bahwa iman adalah dasar dari pengalaman kehidupan kekeristenan (Ef.
2:8), menariknya bahwa iman juga dasar untuk menerima, mengembangkan dan maju
kepada kekudusan (2 Ptr. 1:5-8) dengan arti lain tanpa iman kepada Kristus,
manusia tidak akan dikuduskan. Bahkan iman juga memampukan orang percaya untuk
menjalani seluruh hidup kekristenannya.[8]
Puncak iman yang sesungghnya yaitu ketika mencapai pertumbuhan iman yang
sempurna seperti: Mampu mencapai pengenalan akan Yesus dengan benar, mencapai
kedewasaan rohan dan berpegang kepada Firman Allah tanpa terombang ambing oleh
angin pengajaran yang menyesatkan. Sehingga pada akhirnya tetap percaya kepada
Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.[9]
2.1.2. Implikasi
Implikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
mempunyai pengertian “keterlibatan atau
keadaan terlibat, mempunyai hubungan atau saling terkait. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa implikasi adalah keterkaitan antara satu dengan yang
lain dan tidak dapat dipisahkan.
2.1.3. Keselamatan
Istilah keselamatan atau Soteriologi berasal dari kata Yunani soterion yang berbentuk netral dari
nomina feminism soteria yang berarti
keselamatan. Soteria berasal dari
nomina soter berarti penyelamat, jika
dalam bentu kata kerja berarti menyelamatkan, melepaskan dari bahaya
kehancuran.[10] Ajaran mengenai
keselamatan dasarnya ada dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Menurut
ajaran Kristen keselamatan yaitu dilepaskan dari perbudakan dosa dan kematian.
Paulus menegaskan bahwa Allah menjadikan Kristus sebagai korban penebusan,
sehingga melalui darah-Nya yang mahal manusia yang percaya akan memperoleh
keselamatan itu.[11]
Mengenai keselamatan, Tom Jacobs, SJ
memperjelas pemahaman mengenai keselamatan. Istilah keselamatan berasal dari
kata ibrani Syalom yang merupakan
tradisi Yahudi. Salam bahasa Arab,
dari tradisi Islam. Selamat, bahasa
Indonesia. Dalam bahasa Yunaninya soteriology
yang merupakan bagian khusus teologi Kristiani yang membahasa mengenai tema
keselamatan. Pembicaraan mengenai keselamatan juga dibahas oleh agama-agama
lain, seperti Hinduisme dan Buddhisme sehingga juga kata-kata seperti moksha dan niruana akan muncul. Selain itu pemakaian kata “keselamatan” dalam
bahasa profane. Bahan refleksi adalah pembicaraan orang mengenai keselamatan,
terutama dalam konteks religious bahkan lebih khususnya dalam konteks iman
Kristiani.[12]
2.1.4. Orang Percaya
Dalam konteks ini orang percaya
adalah bagi mereka yang beriman kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Di
dalam Surat Ibrani terdapat pemahaman yang khas mengenai Yesus Kristus sebagai
Imam Besar Agung yang menjadi dasar bagi orang percaya untuk beriman.[13]
Tanpa beriman kepada Yesus, manusia tidak akan diselamatkan. Dengan demikian
kunci untuk diselamatkan hanyalah melalui percaya.
2.2. Tafsiran-tafsiran
2.2.1. Wycliffe
Kata
memelihara dalam teks ini bermaksud bukan hanya melindungi, tetapi juga
mempelajari dan melakukannya. Bagi setiap orang percaya harus tetap setia di
dalam iman sampai mati, hal ini merupakan suatu kemenangan kasi karunia (Why.
2:10). Sedangkan kata iman dikonteks ini berbicara mengenai seluruh kesaksian
Injil, yakni kata-kata yang disampaikan kepada para pengikut-Nya (Rm. 10:17;
Ibr. 2:3, 4; Why. 14:12). Dengan demikian kata memelihara iman dalam teks ini
berarti setiap orang percaya mampu mempelajari bahkan melakukan pemberitaan
Injil (kabar baik).[14]
2.2.2.
Tafsiran Alkitab Masa Kini 3
Memelihara iman dalam konteks ini menurut penafsir
adalah menjaga kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Kepercayaan dalam
hal ini adalah mengenai pemberitaan Injil. Paulus telah diberikan kepercayaan
oleh Tuhan mengenai Injil, dengan demikian ia harus memelihara kepercayaan
tersebut. Maka hal itu disampaikan ketika diakhir hidupnya bahwa ia telah
memelihara iman artinya ia telah memelihara kepercayaan pemberitaan injil
tersebut.[15]
2.2.3. Dr. Rudy
Budiman
Paulus dalam tulisannya
ini memakai kiasan perlombaan olah raga, khususnya perlombaan lari, untuk
menggambarkan pergumulannya bagi iman. Sifat iman dalam pertandingan iman itu
nampak dalam dua hal seperti iman sebagai kekayaan rohani yang dipercayakan
kepada Paulus, Timotius dll (1 Tim. 6:20; 2 Tim. 1:12, 14; 2:2) maupun setiap
orang Kristen (Ef 2:8), ini hal yang harus diperjuangkan seumur hidupnya.
Paulus merasa sukacita bahwa ia boleh mengakhir hidupnya dengan keadaan
memelihara iman. Dalam teks ini kata memelihara iman yaitu kekayaan rohani yang
dipercayakan kepadanya.[16]
2.3. Genre Kitab
Bagian yang paling banyak dalam Perjanjian Baru adalah
surat-surat, menurut Gordon D. Fee bahwa
golongan surat-surat terdiri dari paragraf-paragraf argumentasi atau nasihat.[17]
Isi 2 Timotius merupakan nasihat-nasihat kepada Timotius yang adalah seorang
pelayan Tuhan muda dalam menghadapi situasi yang sulit.
2.4. Penulis
Surat Timotius dan surat Titus dikenal sebagai
surat-surat penggembalaan yang ditulis oleh rasul Paulus. Ketiga surat ini
mencatat pelayanan Paulus dan rekan-rekannya. Pertama, Timotius ditinggal di Efesus untuk menasihati jemaat di
sana, sementara Paulus melanjutkan pelayanannya di Makedonia (1 Tim.1:3). Kedua, Pada waktu yang bersamaan juga
Titus ditinggal di Kreta untuk maksud dan tujuan tertentu (Tit.1:5). Ketiga Paulus menyebut Onesiforus
menemuinya di Roma (2 Tim. 1:16-17), yang berarti ketika Paulus berada di Roma.
Namun ada juga sebagian theolog yang tidak menerima akan kepenulisan Paulus
dengan beberapa alasan sebagai berikut:
1. Sejarah
pemenjaraan Paulus di Roma yang kedua, mereka menganggap bahwa sejarah ini
hanyalah “fiksi” dan sulit untuk diterima. Dasar utama keberatan mereka adalah
tidak adanya bukti sejarah dalam Kisah Para Rasul tentang hal tersebut. Dengan
kata lain, Kisah Para Rasul tidak mencatat cerita ini sehingga mereka tidak
dapat menerima hal demikian.
2. Paulus juga dianggap
tidak konsisten jika benar bahwa ia adalah penulis ketiga surat Pengembalaan.
Mereka menganggap bahwa bahasa yang digunakan dalam Surat-surat Penggembalaan
tidak bersifat Paulus.
3.
Keberatan
lainnya mengenai bidat di Surat-surat Penggembalaan dianggap berasal dari masa
bidat Gnostik yang memuncak abad kedua, yang jauh lebih terbangun dimasa
Paulus. Perbedaan mengoreksi bidat dalam Surat-surat Penggembalaan berbeda
dengan Surat Kolose. Ketiga surat Penggembalaan Paulus mengoreksi bidat dengan
mendorong Timotius dan Titus untuk tidak berhubungan dengan mereka. Sedangkan
di Surat Kolose, Paulus memberikan jawaban dari sudut pandang Kristen. Dengan
demikian hal bidat yang berada dalam Surat-surat Penggembalaan dianggap bukti
bidat yang hidup zaman abad kedua. Sehingga mustahil Paulus menuliskan ketiga
surat Penggembalaan tersebut.[18]
Perlawanan terhadap
tulisan Paulus dalam ketiga surat Penggembalaan memiliki argumen yang begitu
kuat sehingga perlu untuk diberi pembelaan terhadap perlawanan tersebut. Dengan
demikian berikut beberapa bukti bahwa Paulus adalah penulis Surat-surat
Penggembalaan.
1. Setiap kisah
yang tidak dituliskan dalam Kisah Para Rasul bukan berarti tidak pernah
terjadi. Karena ada banyak detail kehidupan Paulus yang tidak tercatat di Kisah
Para Rasul seperti penderitaan yang tulis dalam 2 Korintus 11. Bapa-bapa gereja
yang hidup dekat dengan zaman Rasul Paulus mengakui bahwa Paulus adalah penulis
Surat-surat penggembalaan tersebut seperti Polycarpus dan Ignatius pada awal
abad II.[19]
2. Bahasa yang digunakan
penulis harus dilihat dari sudut pandang secara keseluruhan. Perbedaan
lingustik harus dilihat dari pokok bahasan, situasi penerima surat pada masa
itu. Karena bahasa semakin berkembang ketika dipengaruhi kata-kata baru. Namun
gaya bahasa ketiga surat Penggembalaan juga perlu dilihat dari salam pembuka
penulis surat. Pandangan Kristen modern menganggap bahwa Paulus adalah penulis
Surat-surat Penggembalaan terdapat diawal surat tersebut, sehingga dengan mudah
mengetahui siapa penulis surat tersebut.[20]
3. Motif
permasalahan ini terjadi karena adanya penolakan dari Marcion. Terbukti bahwa
pandangan Paulus sebagai penulis tidak diterima oleh Marcion setelah kanon
sudah ditetapkan sehingga Marcion membuat argumen bahwa Surat-surat
Penggembalaan bukanlah tulisan Paulus. Namun bapa-bapa gereja seperti
Tertulianus dan Irenaeus yang hidup abad ke-2 membantah pernyataan Marcion dan
tetap memegang kanon yang sudah ditetapkan sebagai dasar iman mereka.[21]
2.5.
Waktu dan Tempat Penulisan
2 Timotius ditulis
selama Paulus berada dalam penjara di Roma. Dalam Kisah Para Rasul, surat ini ditulis pada awal atau pertengahan dekade
60-an. Jika mengikuti perhitungan
Eusebius yang memberi tanggal kemartiran Paulus pada tahun 67. Dengan demikian
tahun itu atau sebelumnya merupakan tanggal penulisan 2 Timotius. Namun sarjana modern menganggap bahwa Paulus
dihukum mati tahun 64 atau 65, maka tanggal dalam tahun-tahun tersebut lebih
mungkin.[22] Sedangkan Menurut Dr. R.
Budiman Surat 2 Timotius ditulis ketika Paulus dalam tahanan ke-II pada tahun
65. Paulus merasakan keadaan yang sangat berat dibandingkan ketika berada dalam
tahanan pertama. Paulus dibelenggu (1:16) diperlakukan sebagai seorang penjahat
(2:9), bahkan Paulus menduga akan dihukum mati dalam waktu dekat (4:6).[23]
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Paulus menulis surat 2 Timotius ketika keadaannya dipenjara
sekitar tahun 65 atau 66 sebelum kematiannya. Paulus menulis Surat 2 Timotius
menjelang akhir hidupnya (4:6). Pada saat itu Paulus sedang berada di penjara Roma
untuk menunggu eksekusi yang akan segera dilaksanakan. Surat ini bersifat
wasiat karena isi yang penting dan serius. Timotius sebagai penginjil muda
mendapatkan ancaman yang berbahaya di masa mendatang sehingga Paulus harus
menyampaikan pesan mengenai iman yang harus dipertahankan bagi setiap orang
percaya.[24] Bahkan selama menunggu
kedatangan Timotius, ia mengambil kesempatan sekali lagi untuk memperingati
Timotius dalam menghadapi guru-guru palsu seperti yang ia lakukan ketika
menulis surat pertamanya.[25]
2.6.
Alamat dan Situasi Pembaca
Berdasarkan 1 Timotius
1:2 sudah sangat jelas bahwa surat ini ditujukan kepada Timotius yang merupakan
anak sah dalam iman. Timotius adalah murid sekaligus anak rohani dari Paulus,
data tersebut diambil dari salam yang diberikan Paulus kepada Timotius sendiri.
Timotius adalah seorang pemuda yang
diberi kepercayaan melalui Paulus. Pada saat itu terjadi serangan eksternal
yang membuat Paulus harus menasihati Timotius agar tetap bertahan dalam
pelayanannya.
2.7.
Latar Belakang
Surat 2 Timotius memiliki ciri
khusus agar pembaca surat ini lebih simpatik kepada Paulus. Surat 2 Timotius
ini bersifat pribadi dibandingkan dengan surat 1 Timotius karena Paulus
merasakan kesepian dan ditinggalkan (2 Timotius 1:15-18; 4:9-13). Dalam
suratnya yang kedua ini, Paulus menyapa Timotius secara pribadi sebagai
individu, menaruh simpati akan tugasnya yang berat, dan menyemangati Timotius
agar tetap bertahan dalam tugas dan panggilannya. Diakhir surat 2 Timotius
menunjukan ciri bahwa surat ini bersifat pribadi.
Paulus mau menjelaskan
bahwa keberadaan Yesus sebagai hakim atas jemaat. Yesus akan
memberi ganjaran bagi mereka yang melakukan kejahatan dan kesalahan (2
Timotius 1:8; 4:1, 8, 14). Paulus juga ingin mengingatkan bahwa Yesus merupakan
teladan yang harus diikuti oleh
Timotius.[26]
2.8.
Tujuan Penulisan
1.
Memberitakan
Janji tentang hidup dalam Kristus. (1:1)
2.
Memperkenalkan
iman sejati (2:13).
3.
Memberitahu
Prilaku Kristen (2:15).
4.
Menasihati
terhadap serangan guru-guru Palsu ( 2 Tim. 3:5)
5.
Menasihati agar
bergantung kepada Allah saja (2 Tim. 3:10-4:8)
2.9.
Rumusan Inti Berita
Setiap Kitab dalam Alkitab yang
ditulis memiliki rumusan dan tujuan tertentu kepada pembacanya. Demikian pula
dengan surat 2 Timotius yang ditulis oleh Paulus seperti menurut J. Wesley
Brill
Pertama, setia kepada Tuhan dan kebenarannya meskipun
mengalami penderitaan.
Kedua, setia kepada Tuhan dalam pelayanan.
Ketiga, setia kepada Tuhan dan kebenarannya dalam masa
sukar.
Keempat, Tuhan mendampingi [27]hamba-Nya
yang setia meskipun semua orang meninggakannya.
2.10.
Kekhususan Kitab
Surat 2 Timotius memiliki kekhususan tersendiri,
seperti menurut Olla Tulluan:
Pertama, surat
ini meskipun dilatarbelakangi permintaan Paulus kepada Timotius untuk datang
kepadanya dipenjara, bahkan juga Paulus memberi pesan mengenai pelayanannya
Timotius dalam gereja lokal. Satu hal yang menarik disini adalah meskipun
Paulus dipenjara merasakan penderitaan yang begitu menyakitkan, ia tidak pernah
melupakan kawan sekerjanya. Tidak ada sifat egosentris dalam dirinya melainkan
kepentingan orang lain. Hal ini juga membuktikan bahwa Paulus adalah orang yang
berintegritas.
Kedua, Paulus
menyinggung mengenai karunia Allah dan dedikasi yang harus diperbaharui setiap
saat (1:6). Paulus mengingatkan bahwa setiap orang percaya tidak boleh
mementingkan kepentingannya sendiri melainkan kepentingan bersama, bahkan
Alkitab mengajarkan bahwa hidup harus ikut menderita sama seperti prajurit yang
tidak memusingkan kehidpannya sendiri. Ia juga memberitahu bahwa meskipun
banyak orang yang murtad, tentu injil harus tetap diberitakan.
Ketiga,
Paulus menjelaskan tentang keadaannya sendiri (4:6), dihari-hari terakhir yang
nampak tidak ada harapan untuk hidup lagi, maka Timotius yang akan meneruskan
pelayanannya. Walaupun demikian surat ini penuh dengan sukacita. Sebab Paulus
yakin bahwa ketika ia mati, ia akan berjumpa dengan Tuhan Yesus Kristus dalam
kehidupan yang kekal. Hal ini terbukti dari mahkota yang akan diberikan
kepadanya yang menjadi sukacita hidupnya.[28]
2.11.
Tema Kitab
Adapun tema-tema yang
terdapat di dalam Surat 2 Timotius menurut Pdt. Dr. Samuel Benyamin Hakh
seperti.
-
Allah sebagai
satu-satunya Tuhan atas alam semesta
Dalam
surat Paulus yang kedua kepada Timotius, ia menentang para pengajar sesat itu
dengan menekankan bahwa Allah adalah satu-satunya Allah yang Esa (1 Tim. 2:5;
6:15-16) Itu merupakan pengakuan dalam lingkungan Israel (bdk. Kel 6:4; Yes.
44:8; 45:5-6) dan Kristen mula-mula (Mrk. 12:29; Rm. 3:30) yang menyatakan
bahwa kedaulatan Allah atas seluruh alam semesta ditengah-tengah konteks yang
bersifat politeistik.
-
Allah sebagai
Penyelamat
Paulus menegaskan bahwa
karya penyelamatan Allah adalah sempurna yang dilakukan oleh Yesus Kristus.
Paulus menyinggung tentang asal-usul dosa dalam Kitab Kejadian 3:1-19 (band. 1
Tim. 2:14) dan menyatakan bahwa sebagai akibat dari dosa manusia, maka semua
orang membutuhkan keselamatan (1 Tim. 2:4, 6; 4:10). Satu-satunya cara yang
dapat menyelamatkan manusia hanyalah Dia yang menciptakannya, dengan demikian manusia memperoleh keselamatan
dari hasil penebusan tersebut.
-
Injil dan Misi
Setiap manusia, secara
khusus lingkup orang percaya membutuhkan ajaran yang sehat. Dalam konteks ini
adanya pengajar-pengajar sesat ditengah jemaat yang Timotius alami. Dengan
demikian, perlu adanya suatu tindakan khusus bagi Paulus sebagai hamba Tuhan
untuk memberitakan ajaran yang sesungguhya dari Injil dalam misi para pelayan
Tuhan.[29]
2.12.
Garis Besar Kitab
1.
Salam (1:1-2)
2.
Ucapan Syukur
(1:3-5)
3.
Dorongan Dari
Pengalaman Paulus (1:6-14)
a.
Karunia Timotius
(1:6-10)
b.
Kesaksian Paulus
(1:11-12)
c.
Tanggung jawab
Timotius (1:13-14)
4.
Paulus Dan Para
Rekannya (1:15-18)
5.
Arahan Kepada
Timotius (2:1-26)
6.
Hari-hari
Terakhir (3:1-19)
7.
Dorongan Lebih
Lanjut Kepada Timotius (3:10-17)
8.
Pesan Selamat
Tinggal Paulus (4:1-18)
a.
Penugasan
terakhir (4:1-5)
b.
Pengakuan iman
Paulus (4:6-8)
c.
Beberapa
permintaan Pribadi (4:9-13)
d.
Peringatan
khusus (4:14-15)
e.
Pembelaan
pertama Paulus (4:16-17)
f.
Keyakinannya
akan masa depan (4:18)
2.13.
Pokok Bahasan Yang Kelihatan (Menonjol)
Jika diperhatikan surat
2 Timotius ini membahas mengenai pesan khusus kepada Timotius yang merupakan
anak didik dari rasul Paulus. Pesan yang disampaikan Paulus kepada Timotius
merupakan pesan-pesan terakhir sebelum kematiannya tiba. Paulus menginginkan
bahwa Timotius terus dalam keadaan melayani Tuhan sampai akhir hidupnya seperti
yang dilakukan oleh Paulus sebagai orang tua rohani.
2.14.
Pokok-Pokok Teologis
1.
Eskatologi
Eskatologi adalah
bagian dari teologi dan filsafat yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang
akan datang. Dalam pengertian yang lebih luas bahwa eskatologi dapat mencakup
konsep-konsep terkait seperti akhir zaman atau hari-hari terakhir. Dalam pokok
teologi ini terdapat dalam 2 Timotius 4: 8, dimana Paulus menuliskan bahwa
telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan pada hari-Nya.
Hal ini merujuk kepada hari kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya. Bagi
setiap orang yang percaya dan melakukan perbuatan baik, maka mereka akan
menerima mahkota kebenaran.
Mahkota kebenaran merupakan aspek
seseorang beroleh hadiah. Mahkota ini
diberikan kepada orang-orang yang dengan setia mengikuti-Nya dan merindukan
kedatangan-Nya. Tuhan memberikan mahkota kebenaran untuk menyatakan
keadilan-Nya; berbeda dengan pemberian anugerah keselamatan, yang menekankan
anugerah (kasih karunia) Allah. Karena karunia
keselamatan menyatakan anugerah yang diberikan Allah, maka siapa saja
yang percaya, bisa mendapatkannya. Paulus meyakini bahwa Tuhan Yesus sebagai
hakim yang adil akan memberikan mahkota kebenaran kepadanya pada hari-Nya.
Mahkota kebenaran tidak ada hubungannnya dengan keselamatan orang percaya.
Keselamatan bersifat kekal karena telah ditetapkan oleh Allah satu kali untuk
selamanya. Dengan demikian, setiap orang percaya ingin memperolehnya harus
mengakhiri pertandingan dengan baik, mencapai garis akhir, dan memelihara iman.[30]
Dalam bahasa Yunani ada dua kata untuk
“mahkota”, yaitu diadema dan stephanos. Diadema memiliki arti mahkota kerajaan, dan stephanos memiliki arti berkaitan dengan sukacita dan kemenangan. Sthepanos juga memiliki banyak makna,
bahkan kata tersebut menungkapkan kekayaan pemikiran. Makna pertama ialah
mahkota juara di dalam suatu perlombaan yang diberikan kepada atlit sebagai
hadiah berupa mahkota yang dirangkai dari daun salam. Makna kedua ialah mahkota
seorang pejabat yang telah menjalankan jabatannya dengan setia, diakhir masa
jabatannya ia akan diberi mahkota. Orang yang sepanjang hidupnya setia melayani
Kristus dan sesama manusia, akan menerima mahkota-Nya.[31]
2. Soteriologi
Soteriology atau biasa juga disebut sebagai doktrin keselamatan.
Sebab Kata soteriology berasal dari
kata Yunani Soterion atau soteria yang berarti keselamatan. Setiap
orang percaya diselamatkan hanya karena iman, namun yang menjadi pertanyaan
bagi banyak orang iman yang seperti apa untuk memperoleh keselamatan tersebut.
Dalam
teks 2 Timotius 4:6-8 juga membahas tentang memelihra iman. Apakah ini ada
kaitanya dengan keselamatan orang percaya? Bagaimana jika iman dalam teks tidak
tersebut tidak terpelihara, apakah orang percaya tidak diselamatkan? Dengan
demikian jika keselamatan bergantung pada manusia, berarti ada campur tangan
manusia dalam keselamatan orang percaya. Maka karena itu, penulis membahas kata
memelihara iman dalam teks tersebut dengan mengkaitkan implikasi bagi
keselamatan orang percaya.
2.15.
Sinopsos
Kesimpulan Kitab
Surat 2 Timotius
ditulis oleh Paulus pada masa akhir hidupnya. Surat 2 Timotius ini memiliki
genre surat dengan penyampaian seperti orang tua memberi nasihat kepada
anaknya. Sebab pada waktu itu penulis sedang berada dalam penjara dan sebentar
lagi akan di eksekusi untuk dihukum mati. Melalui surat ini Paulus ingin
Timotius untuk setia dalam pelayanannya seperti yang telah dilakukan oleh
Paulus ketika ia melayani.
BAB III
Kajian Eksegesis Terhadap Surat 2 Timotius 4:6-8
Dalam
mengeksegesis surat 2 Timotius 4:6-8, maka penulis perlu mendasarkan penelitian
pada terjemahan bahasa asli Alkitab. Bahasa yang digunakan dalam Perjanjian
Lama yaitu bahasa Ibrani dan Aram sedangkan bahasa yang digunakan dalam
Perjanjian Baru yaitu bahasa Yunani. Dengan demikian fokus eksegesa dalam
pembahasan ini adalah menggunakan bahasa Yunani untuk memperoleh makna kata
yang sebenarnya yang mendekati.
Dalam
tahap ini, akan disajikan analisa-analisa studi eksegesis secara mendalam
terhadap teks 2 Timotius 4:6-8.
1.
Analisa Pengamatan
1.1. Analisa
Kontekstual
Pembahasan
mengenai iman bukanlah hal yang asing bagi orang Kristen. Terutama mengenai
keselamatan yang diperoleh karena iman. Hal ini masih menjadi problematika bagi
orang percaya saat ini. Ada yang
beranggapan bahwa keselamatan hanya diperoleh karena iman, tanpa campur tangan
manusia sedikitpun. Tetapi ada juga yang berpandangan bahwa keselamatan
diterima karena ada campur tangan manusia juga. Jika keselamatan hanya karena
Allah saja, mengapa Paulus menuliskan dia telah memelihara iman. Apakah iman
yang dimaksud berdampak bagi keselamatan orang percaya.
Dengan
demikian, untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis akan mengawali dengan
pengamatan kontekstual mengenai topik yang dibahas. Pengamatan ini untuk
mengetahui maksud Paulus mengapa ia menuliskan telah memelihara iman. Sebab
iman yang dimiliki Paulus tentu berasal dari Allah, masih adakah campur tangan
manusia untuk menjaganya?
Informasi
dalam ayat 6-8 merupakan pesan terakhir Paulus menjelang kematiannya. Dan
sampai akhir hidupnya ia telah memelihara
iman. Berdasarkan hal ini ada penulis menyelidiki teks terdekat lebih
dahulu seperti:
Pertama. “Darahku mulai dicurahkan” Ini merupaka sebuah
pernyataan yang diucapkan sebelum kematiannya. Paulus memakai kiasan dalam
kematiannya seperti pada kata dicurahkan atau tumpah, atau keluar.
Kedua. “Pertandingan” atau pergumulan. Dalam melaksanakan
tugasnya, Paulus sudah melakukan tugasnya denga baik bahkan dikatakan “aku
sudah mencapai garis akhir” artinya bahwa Paulus benar-benar sudah menang dalam
pergumulan yang ia hadapi. Bagi Paulus pertandingan yang dihadapi bukanlah
sesuatu hal yang suram, tetapi sebuah pengabdian kepada Tuhan. Inilah yang
membuat Paulus menyatakan bahwa ia telah memelihara iman, sebab ia sudah
menyelesaikan pertandingan dengan baik.
Ketiga, “Mahkota” ini adalah upah yang Tuhan berikan kepada
setiap orang percaya yang telah melakukan tugasnya. Maka Paulus memberi
informasi kepada Timotius bahwa mahkota itu bukan hanya diberikan kepadanya
melainkan kepada setiap orang yang merindukan kedatangannya. Artinya semua
orang percaya yang rindu terus-menerus akan kedatangnnya akan menerima upah
dari Tuhan.
Kalau
dilihat keseluruhan surat 2 Timotius, Paulus ingin menasihatkan Timotius
sebagai gembala muda, anak rohani Paulus, agar tetap bertahan dalam setiap kondisi
apapun yang dihadapi. Karena pada saat itu Timotius sedang menghadapi
pengajar-pengajar sesat dan guru-guru Palsu. Dalam hal ini, Paulus ingin bahwa
Timotius juga bertahan dalam pertandingan yang dialaminya. Artinya bahwa
Timotius juga harus setia seperti Paulus telah setia sampai garis akhir. Sebab,
ketika setia kepada Tuhan maka Tuhan akan memperhitungkan semuanya itu.
1.2.Analisa
Komparasi Terjemahan
Penerjemahan
ke dalam berbagai versi Alkitab, 2 Timotius 4:6-8 diterjemahkan dalam berbagai
terjemahan. Adapun beberapa teks terjemahan 2 Timotius 4:6-8 antara lain
sebagai berikut:[32]
a.
Berdasarkan Terjemahan Baru versi
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) adalah: Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai
persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan
yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan
kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya
kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
b.
Berdasarkan Terjemahan versi Bahasa
Indonesia Sehari-hari (BIS) adalah : Mengenai
diri saya, sudah sampai waktunya saya akan mati sebagai kurban kepada Allah.
Sebentar lagi saya akan meninggalkan dunia ini. Saya sudah mengikuti perlombaan
dengan sebaik-baiknya, dan sudah mencapai garis akhir. Saya tetap setia kepada
Kristus sampai akhir. Dan sekarang hadiah kemenangan menantikan saya. Pada Hari
Kiamat, Tuhan, Hakim yang adil itu akan menyerahkan hadiah itu kepada saya,
karena saya hidup berbaik dengan Allah. Dan bukan saya saja yang akan menerima
hadiah itu, tetapi juga semua orang yang menantikan kedatangan Tuhan dengan
sangat rindu.
c.
Berdasarkan Terjemahan versi New
International Version (NIV) adalah : For I am already being poured out like a drink offering,
and the time has come for my departure. I have fought the good fight, I have
finished the race, I have kept the faith. Now there is in store for me the
crown of righteousness, which the Lord, the righteous Judge, will award to me
on that day--and not only to me, but also to all who have longed for his
appearing.
d.
Berdasarkan Terjemahan versi King
James Version (KJV) adalah : For I am now ready to be offered, and the time of my
departure is at hand. I have fought a good fight, I have finished my course, I have kept the faith:
Henceforth there is laid up for me a crown of righteousness, which the Lord,
the righteous judge, shall give me at that day: and not to me only, but unto
all them also that love his appearing.
e.
Berdasarkan Terjemahan versi Bahasa
Yunani (BGT) adalah : Ἐγὼ γὰρ ἤδη σπένδομαι, καὶ ὁ καιρὸς
τῆς ἀναλύσεώς μου ἐφέστηκεν. τὸν καλὸν ἀγῶνα ἠγώνισμαι, τὸν δρόμον
τετέλεκα, τὴν πίστιν τετήρηκα· λοιπὸν ἀπόκειταί μοι ὁ τῆς δικαιοσύνης στέφανος,
ὃν ἀποδώσει μοι ὁ κύριος ἐν ἐκείνῃ τῇ ἡμέρᾳ, ὁ δίκαιος κριτής, οὐ μόνον δὲ ἐμοὶ
ἀλλὰ καὶ πᾶσι τοῖς ἠγαπηκόσι τὴν ἐπιφάνειαν αὐτοῦ.
f. Berdasarkan Terjemahan versi Bahasa Yunani (BNT) adalah :
Ἐγὼ γὰρ ἤδη σπένδομαι, καὶ ὁ καιρὸς τῆς ἀναλύσεώς μου ἐφέστηκεν. τὸν καλὸν ἀγῶνα ἠγώνισμαι, τὸν δρόμον τετέλεκα, τὴν πίστιν
τετήρηκα· λοιπὸν ἀπόκειταί μοι ὁ τῆς δικαιοσύνης στέφανος, ὃν ἀποδώσει μοι ὁ κύριος
ἐν ἐκείνῃ τῇ ἡμέρᾳ, ὁ δίκαιος κριτής, οὐ μόνον δὲ ἐμοὶ ἀλλὰ καὶ πᾶσι τοῖς ἠγαπηκόσι
τὴν ἐπιφάνειαν αὐτοῦ.
Dari beberapa refrensi terjemahan yang dirujuk (khususnya
bahasa inggris dan Indonesia di atas, tidak ada permasalahan dalam kata
memelihara iman. Hanya saja penggunaan Bahasa Indonesia sehari-hari menggunakan
kata “saya tetap setia kepada Kristus
sampai akhir”. Dengan demikian penulis akan menyelidiki lebih lagi mengapa
Paulus menggunakan kata tersebut dalam 2 Timotius 4:6-8. Sebab penggunaan kata
yang berbeda akan memiliki pengertian yang berbeda.
2.
Analisa Tekstual
Teks
2 Timotius 4:6-8, sejauh pengamatan penulis belum menemukan masalah tekstual
dalam teks. Karena teks ini bebas dari variant maka pada tahap analisa tekstual
ini, eksegetor tidak membahasnya.
3.
Analisa Struktural
Analisa
struktural merupakan penganalisaan terhadap setiap unsur dalam kalimat teks.
Dalam hal ini, teks yang dianalisa adalah Surat 2 Timotius 4:6-8 versi (BGT) “Ἐγὼ γὰρ ἤδη
σπένδομαι, καὶ ὁ καιρὸς τῆς ἀναλύσεώς μου ἐφέστηκεν. τὸν καλὸν ἀγῶνα ἠγώνισμαι, τὸν δρόμον τετέλεκα, τὴν πίστιν
τετήρηκα· λοιπὸν ἀπόκειταί μοι ὁ τῆς δικαιοσύνης στέφανος, ὃν ἀποδώσει μοι ὁ κύριος
ἐν ἐκείνῃ τῇ ἡμέρᾳ, ὁ δίκαιος κριτής, οὐ μόνον δὲ ἐμοὶ ἀλλὰ καὶ πᾶσι τοῖς ἠγαπηκόσι
τὴν ἐπιφάνειαν αὐτοῦ”. Dengan
translitrasinya sebagai berikut: Ego gar
ede spendomai, kai ho Kairos tes analuseos mou epsesteken. Ton kalom agona
egonismai, ton dromon teteleka, ten pistin tetereka.loipon apokeitai moi ho tes
dikaiosuves stepsanos, hon apodosei moi ho kurios en ev ekeine te emera ho
dikaios krites, ou monon de emoi alla kai pasi tois egapekosi ten epipsaneia
autou.
Agar hasil mudah dipahami, penulis juga menyajikan dalam bentuk struktur
diagram dan mekanis:
a.
Struktur Diagram
b. Struktur
Mekanis
untukku sekarang
menuangkan
keluar
dan waktu kematianku sudah menjelang.
Aku telah mengakhiri
pertandingan
yang mulia,
aku telah
menyelesaikan perlombaan,
aku telah
menjaga kepercayaan.
Tuhan adalah Hakim yang benar,
memberi kekuatan dalam
hari-Nya,
tetapi tidak haya
kepadaku,
melainkan
juga kepad semua orang
yang merindukan kedatangan-Nya.
4.
Analisa Gramatikal
YUNANI (BGT) |
ANALISA |
AKAR KATA |
TERJEMAHAN |
|
Ἐγὼ |
Kata ganti. Nom. Tgl |
ἐγώ |
Saya |
|
γὰρ |
Konjungsi Koordinating |
γάρ |
Untuk |
|
ἤδη |
Kata keterangan |
ἤδη |
Sekarang |
|
σπένδομαι |
Kata kerja. Ind. Kini
pasif. 1. Tgl |
σπένδω |
Mengalir, menuangkan
keluar |
|
καὶ |
Konjungsi
Koordinating |
καὶ |
Dan |
|
ὁ |
Artikel |
ὁ |
Itu |
|
καιρὸς |
Kata benda. Nom.
Maskulin. Tunggal |
καιρός |
Waktu |
|
τῆς |
Artikel |
ὁ |
Itu |
|
ἀναλύσεώς |
Kata benda. Genetif.
Feminim. Tunggal |
ἀνάλυσις |
Keberangkatan,
kematian |
|
μου |
Kata Ganti. Genetif.
Tunggal |
ἐγώ |
Saya |
|
ἐφέστηκεν |
Kata kerja. Ind.
Perfek. Aktif. 3. Tgl |
ἐφίστημι |
Menjelang, mendekat,
datangnya |
|
τὸν |
Artikel |
ὁ |
Itu |
|
καλὸν |
Kata sifat. Akus.
Maskulin. Tunggal |
καλός |
Baik, mulia, patut
dipuji |
|
ἀγῶνα |
Kata benda. Akusatif.
Maskulin. Tunggal |
ἀγών |
Perjuangan, pertandingan |
|
ἠγώνισμαι |
Kata kerja. Ind.
Perfek. Middel. 1. Tunggal |
ἀγωνίζομαι |
Bertanding, melawan Mengakhiri,
|
|
τὸν |
Artikel |
ὁ |
Itu |
|
δρόμον |
Kata Benda. Akus.
Maskulin. Tunggal |
δρόμος |
Jalan, perlombaan |
|
τετέλεκα |
Kata kerja. Indikatif.
Perfek. Aktif. Orang ke 1. Tunggal. |
τελέω |
Memenuhi, selesai |
|
τὴν |
Artikel |
ὁ |
Itu |
|
πίστιν |
Kata benda. Akus.
Feminim. Tunggal |
πίστις |
Kepercayaan |
|
τετήρηκα |
Kata Kerja.
Indikatif. Perfek. Aktif. Orang ke 1. Tunggal. |
τηρέω |
Menjaga, memelihara |
|
λοιπὸν |
Kata
keterangan/katas sifat. Normal. Akus. Netral. Tunggal. |
λοιπός |
Mulai sekarang, untuk selanjutnya |
|
ἀπόκειταί |
Kata kerja.
Indikatif. Kini pasif. Orang ke 3. Tunggal. |
ἀπόκειμαι |
Menanamkan,
memberikan |
|
Μοι |
Kata ganti. Tunggal. Datif |
ἐγώ |
Saya |
|
ὁ |
Definit. Artikel.
Nom. Maskulin |
ὁ |
Itu |
|
τῆς |
Definit. Artikel.
Genetif. Feminim. Tunggal |
ὁ |
Itu |
|
δικαιοσύνης |
Kata benda. Genetif.
Feminim. Tunggal |
δικαιοσύνη |
Kebenaran |
|
στέφανος |
Kata benda. Nom.
Maskulin. Tunggal |
στέφανος |
Mahkota |
|
ὃν |
Kata ganti. Relative.
Akus. Maskulin |
ὅς |
Yang mana, siapa |
|
ἀποδώσει |
Kata kerja.
Indikatif. future. Aktif. Orang ke 3. Tunggal |
ἀποδίδωμι |
Memberi kekuatan |
|
Μοι |
Kata ganti. Tunggal.
Datif |
ἐγώ |
Saya |
|
ὁ |
Definit. Artikel.
Nom. Mask. Tunggal |
ὁ |
Itu |
|
κύριος |
Kata benda. Nom.
Mask. Tunggal |
κύριος |
Tuhan |
|
ἐν |
Preposisi. Datif |
ἐν |
Dalam |
|
ἐκείνῃ |
Kata ganti.
Demonstratif. Datif. Feminim. Tunggal |
ἐκεῖνος |
Supaya |
|
τῇ |
Definit. Artikel.
Datif. Feminim. Tunggal |
ὁ |
Itu |
|
ἡμέρᾳ |
Kata benda. Datif.
Feminim. Tunggal. |
ἡμέρα |
Hari |
|
ὁ |
Definit. Artikel.
Nominatif. Maskulin. Tunggal. |
ὁ |
Itu |
|
δίκαιος |
Kata
sifat. Normal. Nominatif. Maskulin. Tunggal. |
δίκαιος |
Benar
|
|
κριτής |
Kata
benda. Nominatif. Tunggal. |
κριτής |
Hakim |
|
οὐ |
Kata
keterangan |
οὐ |
Tidak |
|
μόνον |
Kata
keterangan |
μόνος |
Satu-satunya |
|
δὲ |
Konjungsi
coordinating |
δέ |
Tetapi |
|
ἐμοὶ |
Kata
ganti. Datif. Tunggal. |
ἐγώ |
Saya |
|
ἀλλὰ |
Konjungsi
coordinating |
ἀλλά |
Tetapi |
|
καὶ |
Kata
keterangan |
καί |
Dan
|
|
πᾶσι |
Adjektif.
Indefinit. Datif. Maskulin. Jamak. |
πᾶς |
Semua |
|
τοῖς |
Difinit.
Artikel. Datif. Maskulin. Jamak |
ὁ |
Itu |
|
ἠγαπηκόσι |
Kata
kerja. Partisip. Perfek. Aktif. Datif. Maskulin. Jamak |
ἀγαπάω |
Cinta |
|
τὴν |
Difinit.
Artikel. Akusatif. Feminim. |
ὁ |
Itu |
|
ἐπιφάνειαν |
Kata
benda. Akus. Feminism. Tunggal. |
ἐπιφάνεια |
Muncul,
kelihatan |
|
αὐτοῦ |
Kata
ganti. Genetif. Maskulin. Tunggal. |
αὐτός |
Dia |
|
5.
Analisa Leksikal
πίστιν (pistin) Kata benda. Akus. Feminim. Tunggal; τετήρηκα (tetereka) Kata
Kerja. Indikatif. Perfek. Aktif. Orang ke 1. Tunggal. Kata πίστιν τετήρηκα ini
hanya digunakan di dalam 2 Timotius 4:7 saja. Sebab Paulus ingin menegaskan
kepada Timotius agar menjaga imannya sampai akhir hidupnya.
6.
Analisa Historikal
Surat 2 Timotius memiliki ciri khusus agar pembaca
surat ini lebih simpatik kepada Paulus. Sebab Paulus sedang berada dalam
penjara ketika surat 2 Timotius ditulis. Selain itu, Paulus juga akan
menghadapi hukuman mati. Oleh sebab itu, ia menuliskan surat ini kepada anak
rohaninya demikian.
Paulus
ingin bahwa Timotius harus siap menghadapi tugas yang berat seperti yang
dialami Paulus. Namun Paulus juga tidak lupa untuk menyemangati dan memberi
penghiburan kepada Timotius yang masih muda itu bahwa Tuhan tetap menyertai
Timotius dalam pelayanannya seperti Tuhan juga menyertai Paulus. Selain itu,
Tuhan juga akan memberi hadiah bagi mereka yang setia menanti kedatangannya.
Maka Paulus mengajak Timotius untuk tetap setia dalam tugas dan tanggung jawab
yang diberikannya.
Timotius
yang masih muda menghadapi tantangan yang begitu berat, sebab dia harus
mempertahankan kebenaran agar tidak diputar balikan oleh guru-guru palsu pada
saat itu. Maka Paulus sebagai penulis surat ini mau agar Timotius tetap
berpegang teguh terhadap ajaran kebenaran Firman Allah. Penulis juga
mengingatkan bahwa segala tulisan yang
diilhamkan memang bermanfaat, ini merupakan dasar yang Timotius harus
pegang dalam pelayananya sebagai gembala jemaat agar jemaat juga tidak terpengaruh
terhadap ajaran guru-guru palsu.
Penulis
memberikan penjelasan bahwa penghakiman hanya milik Tuhan saja, artinya Paulus
ingin mengajarkan kepada Timotius untuk tidak menghakimi para guru-guru palsu
yang ada. Sebab sebagai pelayan Tuhan, haruslah sadar tugasnya adalah
memberitakan kebenaran, bukanlah untuk menghakimi. Jadi, jika terjadi kesalahan
maka perlu untuk meluruskan kesalahan tersebut.
Dengan
demikian jika disimpulkan, Paulus sebagai penulis surat akan menghadapi
kematian. Maka Paulus menuliskan pesan terakhir kepada Timotius untuk
melanjutkan tugas yang penting yang harus dilakukan, terlebih dalam pemberitaan
Injil. Sebab ancaman yang luar biasa telah datang ditengah-tengah jemaat yang
digembalakannya karena adanya guru-guru palsu ditengah-tengah mereka. Penulis
ingin bahwa apapun yang dialaminya tetap bertahan sampai akhir hidupnya. Sebab
Tuhan akan memberikan hadiah kepada mereka yang setia kepada-Nya.
7.
Analisa Teologikal
Kata
iman selalu dikaitkan dengan doktrin keselamatan orang percaya, hal ini karena
merujuk kepada Efesus 2:8 yang menyatakan bahwa orang percaya memperoleh
keselamatan karena iman bukan usaha manusia. Namun dalam teks ini Paulus
memberitahukan bahwa dirinya telah memelihara iman sampai akhir hidupnya.
Hal tersebut yang membuat penganut
dari kaum Armeniansime, menekankan orang percaya harus melakukan tindakan untuk
memperoleh keselamatan. Sebab kata memelihara dalam teks 2 Timotius 4:6-8 yaitu
hal yang dilakukan aktif oleh Paulus sebagai orang percaya. Maka penulis merumuskan dua pembahasan dalam
analisa teologikal seperti: eskatologi
karena berkaitan dengan kata “mahkota
kebenaran dan hari kedatangan-Nya” dan soteriologi karena berkaitan dengan
frasa “memelihara iman”.
1.
Eskatologi
Eskatologi
adalah bagian dari teologi yang berkaitan dengan masa yang akan datang.
Peristiwa pengangkatan gereja merupakan salah satu pusat pengharapan
eskatologis orang-orang percaya. Keyakinan tersebut berhubungan erat dengan
ajaran tentang kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya ke dalam dunia. Kedatangan Kristus yang kedua pada prinsipnya
akan terjadi dalam tahap. Tahap pertama, Kristus akan datang dan hadir di antara awan atau di udara untuk
mengangkat gereja-Nya. Pada tahap yang kedua, Kristus akan datang dengan
menginjakkan kaki-Nya ke bumi bersama umat-nya[33].
Agar pembahasan eskatologi lebih, maka harus diperhatikan pembahasan berikut:
a.
Tanda Kedatangan
Kristus
Tanda
kedatangan Kristus merupakan bagian penting dalam pembahasan eskatologis. Namun banyak orang yang bingung terhadap isu rapture atau pengangkatan gereja
tersebut. Kedatangan Kristus yang
sebenarnya untuk mengangkat jemaat ditandai dengan tiupan sangkakala malaikat
dan seruan yang nyaring. Kemudian, diikuti dengan kehadiran Tuhan Yesus di
angkasa, namun tidak menginjakkan kaki-Nya di bumi. Pada saat itulah
pengangkatan orang percaya akan terjadi. [34]Sebab
itu, jemaat perlu mewaspadai adanya kelompok yang dapat menyesatkan. Maka
apabila kedatangan Yesus tidak didahului oleh tanda-tanda diatas, pernyataan,
pengalaman dan kesaksian apapun pasti bertentangan dengan Alkitab, dan ini
merupakan hal yang menyesatkan.
b.
Pertemuan di
Angkasa
Alkitah
memberi kesaksian bahwa kedatangan Kristus merupakan sesuatu yang dinantikan
bagi setiap orang percaya. Ini menjadi solusi bagi mereka yang berputus asa,
tekanan, serta kehilangan pengharapan akan masa depan yang kekal, seperti yang
dialami oleh jemaat di Tesalonika.
Dalam peristiwa pengangkatan,
Kristus akan turun dari sorga ke angkasa
dengan memberikan tanda, yaitu seruan. Jika hal ini terjadi maka orang percaya
yang mati akan terlebih dahulu dibangkitkan, sedangkan jemaat yang masih hidup
akan diubahkan untuk memperoleh tubuh yang pantas bagi kehidupan di sorga. Hal
ini disebabkan tubuh manusia fana yang memiliki sifat dosa ini tidak akan
sanggup bertahan dan tidak memiliki kuasa untuk hidup selama-lamanya bersama
Tuhan.[35]
Dengan demikian pertemuan di angkasa
adalah keindahan dan kebahagiaan hidup yang hanya diperoleh melalui kasih
anugrah Kristus melalui pengangkatan. Yaitu bahwa semua umat dari berbagai
bangsa, suku yang berbeda budaya, bahasa, dan ras, bahkan kelompok komunitas
kecil, yaitu kumpuln orang yang percaya kepada Kristus akan dikumpulkan dan
bertemu menjadi satu keluarga Allah bersama-sama dengan Yesus untuk
selama-lamanya (Flp. 3:20) kebenaran ini merupakan penghiburan yang dialami
oleh orang percaya untuk selama-lamanya.
c.
Tujuan
Kedatangan Kristus
Pembahasan
tentang “hari Tuhan” yang terdapat pada teks pembahasan merupakan isu yang
sering muncul sehubungan dengan keberadaan gereja. Banyak pandangan mengenai
kedatangan Tuhan Yesus Kristus, pertama gereja akan mengalami penganiayaan yang
dasyat, kedua gereja, orang Kristen yang jarang melakukan dosa atau hidupnya
benar-benar kudus langsung mengalami pengangkatan tanpa penganiayaan, namun
orang-orang percaya yang cenderung jatuh ke dalam dosa akan masuk ke dalam
kesengsaraan tersebut. Penganiayaan yang dimaksud adalah tindakan Antikristus
yang jahat, dan tidak berprikemanusiaan di bumi. Namun yang jelas adalah setiap orang percaya akan
mengalami pengangkatan sebelum masa tribulasi.
Dan Chris Marantika juga menyampaikan hal yang sama, bahwa Tuhan akan
mengeluarkan gereja dari “hari pencobaan” atau masa tribulasi tersebut. Dengan demikian tujuan kedatangan Kristus ke
dunia untuk kedua kalinya sangat jelas bahwa Dia ingin mengelurkan setiap orang
percaya untuk keluar dari masa tribulasi yang
akan terjadi nanti.
d.
Bema
Bema adalah momentum pengadilan Kristus bagi setiap
orang percaya di sorga (2 Kor. 5:10). Bema merupakan istilah yang digunakan
dari bahasa Yunani yang berarti “kursi pengadilan”. Perjanjian Baru menggunakan
kata bema untuk menjelaskan
pengadilan Tuhan atas gereja. Rasul Paulus sering mengingatkan dalam tulisan
suratnya bahwa suatu saat setiap irabg oercaya akan menghadap pengadilan
Kristus untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan baik maupun jahat yang
pernah dilakukan selama masih hidup di dunia.[36]
Bema bukanlah kursi pengadilan untuk menjatuhkan
hukuman, tetapi tempat Kristus ketika memperhatikan jemaat dalam arena
perlombaan rohani dan iman di dunia saat ini. Sesudah melaksanakan pertandingan
rohani, gereja harus berkumpul disekitar kursi pengadilan tersebut untuk
menghadap Kristus, Sang Hakim yang adil, guna menerima mahkota yang layak
diterima sebagai hadiah atas perbuatan baik yang dilakukannya atau tidak
memperoleh upah sama sekali karena selama berada di dunia senantiasa hidup
dalam dosa dan mengikuti hawa nafsu kedagingan (2 Kor. 5:10).[37]
2.
Soteriologi
Soteriology atau biasa juga disebut sebagai doktrin
keselamatan. Sebab Kata soteriology
berasal dari kata Yunani Soterion
atau soteria yang berarti
keselamatan. Setiap orang percaya diselamatkan hanya karena iman, namun yang
menjadi pertanyaan bagi banyak orang iman yang seperti apa untuk memperoleh
keselamatan tersebut.
Dalam
teks 2 Timotius 4:6-8 juga membahas tentang memelihra iman. Apakah ini ada
kaitanya dengan keselamatan orang percaya? Bagaimana jika iman dalam teks tidak
tersebut tidak terpelihara, apakah orang percaya tidak diselamatkan? Dengan
demikian jika keselamatan bergantung pada manusia, berarti ada campur tangan
manusia dalam keselamatan orang percaya. Maka karena itu, penulis membahas kata
memelihara iman dalam teks tersebut dengan mengkaitkan implikasi bagi
keselamatan orang percaya. Hal ini akan diperjelas di bab selanjutnya.
8.
Analisa Eksegetikal
Berdasarkan
Terjemahan Baru versi Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) 2 Timotius 4:6-8 adalah:
6 Mengenai
diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku
sudah dekat. 7 Aku telah
mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman. 8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran
yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya;
tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan
kedatangan-Nya.
Paulus ingin agar dalam kondisi apapun yang dialami
Timotius, ia tetap memelihara imannya kepada Yesus Kristus, karena Paulus sudah
terlebih dahulu melakukannya dan Paulus juga sudah merasakan banyak penderitaan
yang dialami dalam pelayanannya. Sebab pada saat itu banyak muncul guru-guru palsu
yang mencoba untuk mempengaruhi iman orang-orang saat itu. Sehingga Paulus
mengingatkan kepada Timotius agar ia tetap memegang ajaran yang benar dan
mengajarkan kebenaran kepada jemaat pada saat itu.
Jadi, penulis menginginkan agar Injil yang benar tetap
diberitakan oleh Timotius sebagai pelayan Tuhan pada saat itu. Sehingga banyak
orang yang tetap bertahan di dalam Kristus sampai akhir hidupnya.
Langkah Pokok 3: Study Ekstensif
Hasil Penafsiran Eksegesis Surat 2 Timotius 4:6-8
Setelah
melakukan tahapan analisa-analisa pada langkah 2 (studi intensif) mengenai teks
2 Timotius 4:6-8, maka kesimpulanya adalah sebagai berikut:
Pertama, Paulus diakhir hidupnya menasihati Timotius untuk
tetap memberitakan Injil, meskipun dalam pemberitaannya ia harus menderita.
Paulus juga menasihatkan kepada Timotius agar berhati-hati terhadap ajaran
guru-guru palsu yang mencoba untuk memutarbalikan kebenaran. Sebab bukan hal
yang mudah bagi Timotius yang masih muda untuk menanggung beban pelayanan yang
diberikan kepadanya.
Kedua, Paulus memberi penghiburan dalam penulisan suratnya
kepada Paulus mengenai mahkota kebenaran. Ia menjelaskan bahwa setiap orang
percaya yang setia sampai akhir akan memperoleh mahkota kebenaran tersebut.
Ketiga, Memelihara
iman merupakan tanggungjawab setiap orang percaya. Hal ini berkaitan dengan
upah yang akan diterima bagi mereka yang berada dijalur perlombaan. Karena
setiap orang yang sudah diselamatkan memiliki tanggungjawab untuk mengejar
mahkota tersebut, sehingga ia dapat kembali mempersembahkannya itu kepada
Tuhan.
BAB IV
KESIMPULAN
1.
Kesimpulan
1.1.Kesimpulan
Langkah Pokok 1
Genre
surat 2 Timotius bersifat individual, dimana penulis ini mengharapkan banyak
hal kepada pembaca surat tersebut. Paulus penulis pesan yang merupakan senior
pastor dari Timotius yang adalah juniornya. Bukan hanya itu, penulis surat ini
juga menganggap ada ikatan yang dekat seperti seorang ayah dan anak. Paulus
menulis surat ini sekitar tahun 65-66 M. Penulisan surat ini sangat dramatis, karena
Paulus pada saat itu sedang berada dalam penjara, sebentar lagi akan
mendapatkan hukuman mati.
Surat
2 Timotius ditulis karena Paulus ingin menasihatkan Timotius untuk melanjutakn
tugas pelayanan yang Tuhan percayakan kepadanya. Selain itu, Paulus juga
memberi semangat kepada Timotius, sebab tugas tersebut tidaklah mudah bagi
seorang pemuda seperti Timotius. Maka Paulus memberi pesan seperti seorang ayah
kepada anaknya yang begitu simpatik terhadap keadaannya pada saati itu.
1.2.Kesimpulan
Langkah Pokok 2
Iman
menjadi pembahasan yang menarik dalam langkah ini. Dalam surat Paulus yang lain
tertulis bahwa orang percaya diselamatkan karena iman, bukan hasil usaha
manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa keselamatan mutlak karya Allah bagi
kehidupan manusia. Namun dalam 2 Timotius 4:6-8 seolah-olah terjadi kontras
dengan tulisan lainnya. Paulus memberitahukan kepada Timotius bahwa dirinya
telah memelihara iman.
Dalam
pembahasan sebelumnya iman adalah pemberian Allah, manusia tidak dapat beriman
tanpa Allah yang mengaruniakannya. Namun apa jadinya jika Paulus tidak dapat
memelihara iman? Bukankah ini mengindikasikan bahwa keselamatan diperoleh
karena campur tangan manusia. Sebab ada usaha manusia untuk terus-menerus
memelihara imannya.
Namun
dalam kesimpulan ini, menurut teks dan beberapa langkah yang sudah dijelaskan.
Teks ini tidak sedang menekankan keselamatan yang Allah berikan, namun lebih
kepada tanggungjawab orang yang sudah menerima karya Allah tersebut untuk
mengerjakannya. Karena pada saat kedatangan Tuhan yang kali kedua, orang percaya
akan mendapatkan upah dari hasil yang telah ia kerjakan selama masih ada di
bumi ini.
Jadi, keselamatan mutlak Allah yang berikan, namun setelah
Allah memberikan keselamatan tersebut orang percaya harus tetap bertanggungjawab
terhadap keselamatan yang Allah berikan itu. Sebab ini akan mempengaruhi upah
yang Tuhan berikan kepadanya ketika hari-Nya tiba.
2.
Jawaban Atas Pertanyaan
2.1.Apa makna
memelihara iman menurut 2 Tim.4:6-8?
Menjelang
akhir hidup Paulus, ia tetap setia kepada Tuhan meskipun banyak penderitaan
yang dialaminya dalam pemberitaan Injil. Oleh karena menjelang kematianlah
Paulus menuliskan kata “memelihara iman”
sebab kematiannya sudah dekat dan ia mau mengajarkan kepada Timotius bahwa
apapun yang dialami dalam pelayanannya, Timotius harus tetep setia sampai akhir
hidupnya. Selain itu, Paulus juga memberikan berita sukacita tentang orang yang
telah memelihara imannya seperti memperoleh mahkota kebenaran yang Tuhan
berikan kepada mereka yang setia. Jadi, makna
kata memelihara iman yaitu menjaga apa yang Tuhan sudah berikan dengan setia
mengikuti perlombaan selama berada dalam dunia ini.
2.2.Mengapa orang
percaya harus memelihara iman?
Karena
bagi mereka yang setia sampai akhir hidup akan memperoleh mahkota sesuai dengan
perlombaan yang ia ikuti. Dalam hal ini Paulus akan mendapatkan mahkota
kebenaran, karena ia telah setia menunggu kedatangan Tuhan dengan tetap
memelihara imannya.
2.3.Apa implikasi
memelihara iman bagi keselamatan orang percaya?
Keselamatan
adalah hal yang mutlak yang Allah berikan kepada manusia. Hanya anugerah-Nya
manusia dapat diselamatkan. Namun ada tanggungjawab yang manusia harus kerjakan
selama masih ada di dunia.
Rasul
Paulus dalam tulisannya banyak mengajarkan kepada jemaat harus tetap masuk
dalam pertandingana iman, berusaha sungguh-sungguh untuk memenangkan
pertandingan iman tersebut. Sebab dasar penilaian Kristus terhadap orang
percaya dalam hal memberi pahala bukanlah iman, tetapi buah iman, yaitu
perbuatan baik dan kesucian hidup dari setiap jemaat selama menjalani kehidupan
kekeristenan di dunia. Dengan kata lain, pengadilan tersebut tidak berhubungan
dengan keselamatan karena semua jemaat sudah masuk atau berada di sorga. Jadi, kata memelihara iman dalam teks
ini untuk menjelaskan upah yang akan diperoleh ketika orang percaya masuk
sorga.
DAFTAR PUSTAKA
Kepustakaan
Barclay,
William. Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006.
Benyamin
Hakh, Samuel. Perjanjian Baru (Sejarah, pengantar
dan pokok-pokok teologinya). Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019.
Bergant,
Dianne, dkk. Tafsir Alkitab Perjanjian
Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Berkhof,
Louis. Teologi Sistematika. Surabaya:
Momentum, 1997.
Budiman,
R. Taf. Alk. Surat-surat Pastoral
I&II Timotius Dan Titus. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Browning,
W.R.F. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2013.
Carson,
D.A. An Introduction To The New
Testament. Malang: Gandum Mas, 2016.
C.
Ryrie, Charles. Teologi Dasar 2: Panduan
Populer untuk Memahami Kebenaran Alkitab. Yogyakarta: Andi Offset, 1991.
C.
Tenny, Merrill. Survei Perjanjian Baru.
Malang: Gandum Mas, 2013.
D.
Fee, Gordon. New Testament Exsegesis.
Malang: Literatur SAAT, 2011.
Ehrman, Bart D. The New Testament: A
Historical Introduction to the Early Christian Writings. New York, Oxford:
Oxford University Press, 2004.
Eko Basuki, Yusuf.
Kristen
Pemenang: Meraih Kemenangan Iman dengan Strategi Tuhan. Yogyakarta: Garudhawaca, 2014.
Eko Basuki,
Yusuf. Pertumbuhan iman yang sempurna: Menumbuhkan
iman sesuai kehendak Allah. Yogyakarta: Garudhawaca, 2014.
Frame.
James, Everett. The Epistle of ST. Paul
to the Thessalonians, The International Critical Commentary. Edinburgh: T
&K, Clark, 1970.
Guthrie,
Donald, dkk. Tafsir Alkitab Masa Kini 3:
Matius-Wahyu. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2006.
Guthrie,
Donald. Pengantar Perjanjian Baru Volume 2.
Surabaya: Momentum, 2013.
Jacobs
SJ, Tom. Syalom, Salam, Selamat, Beberapa
refleksi Kritis mengenai Soteriologi. Yogyakarta: Kanisius, 2007.
J.
Bailey, Brian. Pilar-Pilar Iman. Jakarta:
Zion Christian Publishers, 2020.
Lee,
Witness. Kerajaan (2). Jakarta:
Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia, 2019.
Lohse,
Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen.
Jakarta: BPK Gunung Mulia,1989.
Lohse,
Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma
Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Pandensolang,
Welly. Eskatologis Biblika. Yogyakarta:
Andi, 2004.
Pfeiffer,
Charles F, dkk. The Wycliffe Bible Commentary; Tafsir Alkitab Wycliffe Volume 3
Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2001.
Ridderbos,
Herman. Paulus: Pemikiran Utama
Theologinya. Surabaya: Momentum, 2008.
Rifai.
Superioritas Kristus dalam Kitab Ibrani:
mengungkapkan Kitab Ibrani. Surakarta: Yoyo Topten Exacta, 2019.
Santoso,
Bravo. Merenungkan Katekismus Heidelberg.
Tangerang: Bhuana Ilmu Populer, 2018.
Tulluan,
Ola. Introduksi Perjanjian Baru. Malang:
Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1999.
Walvoord,
John F. Pengangkatan ke Sorga, dalam
jalan Menuju Armagedon. Batam: Wesley Brill, J. Tafsiran Surat Timotius & Titus (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
1996), 53.
Interaksara,
2000.
Willimington,
Eskatologi. Malang: Gandum Mas, 1997.
Aplikasi
KBBI.offline,
2020.
Versi-versi
terjemahan diambil dari Software, BibleWorks-Version
8.0.012g
[1]Herman
Ridderbos, Paulus: Pemikiran Utama
Theologinya (Surabaya: Momentum, 2008), 174.
[2]Louis
Berkhof, Teologi Sistematika (Surabaya:
Momentum, 1997), 194.
[3]Rifai,
Superioritas Kristus dalam Kitab Ibrani:
mengungkapkan Kitab Ibrani (Surakarta: Yoyo Topten Exacta, 2019), 156.
[4]Bravo
Santoso, Merenungkan Katekismus
Heidelberg (Tangerang: Bhuana Ilmu Populer, 2018), 390 .
[5]Bernhard
Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2011), 167.
[6]KBBI.offline,2020.
[7]Yusuf Eko Basuki, Kristen
Pemenang: Meraih Kemenangan Iman dengan Strategi Tuhan (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014), 53.
[8]Brian
J. Bailey, Pilar-Pilar Iman (Jakarta:
Zion Christian Publishers, 2020), 17
[9]Yusuf Eko Basuki, Pertumbuhan iman
yang sempurna: Menumbuhkan iman sesuai kehendak Allah (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014), 129.
129
[10]Charles
C. Ryrie, Teologi Dasar 2: Panduan
Populer untuk Memahami Kebenaran Alkitab (Yogyakarta: Andi Offset, 1991),
15.
[11]W.R.F.
Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 20130, 419.
[12]Tom
Jacobs, SJ.Syalom, Salam, Selamat,
Beberapa refleksi Kritis mengenai Soteriologi (Yogyakarta: Kanisius, 2007),
3.
[13]Bart D. Ehrman, The New Testament: A Historical Introduction to
the Early Christian Writings (New York, Oxford: Oxford University Press,
2004), 411.
[14]Charles
F. Pfeiffer.dkk, The Wycliffe Bible
Commentary; Tafsir Alkitab Wycliffe Volume 3 Perjanjian Baru (Malang:
Gandum Mas, 2001), 898.
[15]Donald
Guthrie.dkk, Tafsir Alkitab Masa Kini 3:
Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2006), 712.
[16]Dr.
R. Budiman, Taf. Alk. Surat-surat
Pastoral I&II Timotius Dan Titus (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 112-113.
[17]Gordon
D. Fee, New Testament Exsegesis
(Malang: Literatur SAAT, 2011), 3.
[18]Donald
Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume
2 (Surabaya: Momentum,2013), 200.
[19]Dr.
R. Budiman, Taf. Alk. Surat-surat
Pastoral I&II Timotius Dan Titus (Jakarta: BPK Gunung Mulia), xii.
[20]
D.A Carson & Douglas J. Moo, An
Introduction To The New Testament (Malang: Gandum Mas,2016), 675.
[21]Bernhard
Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen
(Jakarta: BPK Gunung Mulia,1989), 40.
[22]D.A
Carson & Douglas J. Moo, An
Introduction To The New Testament (Malang: Gandum Mas,2016), 677.
[23]Dr.
R. Budiman, Taf. Alk. Surat-surat
Pastoral I&II Timotius Dan Titus (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 75.
[24]Merrill
C. Tenny, Survei Perjanjian Baru
(Malang: Gandum Mas, 2013), 423.
[25]Donald
Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume
2 (Surabaya: Momentum, 2013), 229.
[26]Dianne
Bergant, CSA.& Robert J. Karris, OFM.,Tafsir
Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 397
[27]J.
Wesley Brill, Tafsiran Surat Timotius
& Titus (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996), 53.
[28]Ola
Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru
(Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1999), 232-233.
[29]Samuel
Benyamin Hakh, Perjanjian Baru (Sejarah,
pengantar dan pokok-pokok teologinya) (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019),
248-256.
[30]Witness
Lee, Kerajaan (2) (Jakarta: Yayasan
Perpustakaan Injil Indonesia, 2019)
[31]William
Barclay, Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5 ,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 123
[32]Versi-versi
terjemahan diambil dari Software, BibleWorks-Version
8.0.012g
[33]Welly
Pandensolang, Eskatologis Biblika
(Yogyakarta: Andi, 2004), 102.
[34]Ibid,
104.
[35]John
F. Walvoord, Pengangkatan ke Sorga, dalam
jalan Menuju Armagedon (Batam: Interaksara, 2000), 45.
[36]James
Everett Frame, The Epistle of ST. Paul to
the Thessalonians, The International Critical Commentary (Edinburgh: T
&K, Clark, 1970), 188-189.
0 Comments