Header

MAKNA KATA “MEMELIHARA IMAN” DALAM 2 TIMOTIUS 4:6-8 DAN IMPLIKASINYA BAGI KESELAMATAN ORANG PERCAYA

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 

Penulis surat Ibrani menyatakan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dapat dilihat (Ibr. 11:1). Bahkan Paulus juga pernah menulis surat kepada jemaat Efesus bahwa manusia diselamatkan karena kasih karunia melalui iman (Efs. 2:8). Dengan demikian iman memiliki peran penting bagi konsep keselamatan yang Allah berikan kepada manusia. Menurut Hermen Ridderbos iman adalah sarana, cara, sebagai penengah yang menjadi dasar pembenaran. Namun bukan iman itu yang membenarkan, melainkan apa yang menjadi objek dari iman yakni Yesus Kristus.[1] Hal senada juga dinyatakan oleh Louis Berkhof bahwa kedudukan iman merupakan satu-satunya sarana untuk keselamatan.[2]

Dalam kekeristenan terdapat dua doktrin keselamatan yang terkenal seperti Calvinisme dan Armenianisme yang bertolak belakang meskipun keduanya mendasarkan pada firman Tuhan. Aliran Calvinisme mengajarkan bahwa orang percaya tidak akan pernah kehilangan keselamatan. Sedangkan Armenianisme mengajarkan keselamatan yang diperoleh bisa hilang, hal ini disebabkan karena adanya kehendak bebas manusia. Oleh karena kehendak bebas yang dimiliki manusia tidak terbatas maka orang percaya dapat menyimpang dari jalan keselamatannya.[3]

Menurut Bravo Santoso, hanya Yesus saja Pengantara antara Allah dan manusia, yang mendamaikan Allah dan manusia. Keselamatan dikerjakan hanya oleh Kristus saja. Tidak ada dari manusia yang bisa menghasilkan keselamatan bagi dirinya sendiri ataupun ikut bersumbangsih atau berbagian kecil di dalam keselamatan manusia. Tidak ada dari manusia yang berjasa sedemkian sehingga manusia berhak memperoleh keselamatan. Keselamatan adalah hanya karena anugrah. Inilah Sola Gratia (Grace alone). Keselamatan diperoleh seorang manusia melalui iman. Hanya melalui iman inilah Sola Fida (Faith alone). Iman di sini adalah iman yang sejati yang dimaksudkan, bukan iman secara umum per definisi kata dari sebuah kamus bahasa tertentu. Iman yang sejati yang dimaksudkan disini adalah iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Dan iman yang sejati itu datangnya hanya karena anugerah.[4]

Dengan demikian jika disimpulkan menurut Bravo bahwa  keselamatan hanya datang dari Allah melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan iman yang dimiliki manusia diperoleh hanya karena anugerah Allah. Namun berbeda dengan pandangan Pelegaianisme dan Eramus yang menyatakan bahwa manusia diselamatkan berdasarkan kekuatannya dan upaya-upaya mereka sendiri.[5] Sehingga jika manusia tidak dapat “memelihara iman”, maka keselamatan yang diterima bisa hilang. Paulus diakhir hidupnya menuliskan pesan kepada Timotius bahwa ia telah “memelihara iman” (2 Tim. 6:6-8). Jika iman yang dimaksud dalam konteks tersebut berkaitan dengan keselamatan manusia, maka pandangan Armenianisme, Pelegaianisme dan Eramus dapat dikatakan benar. Dengan kata lain jika Paulus tidak dapat memelihara iman maka bisa saja iman yang dimiliki manusia itu hilang, sehingga membuat manusia murtad kepada Allah. Hal ini juga tentu berdampak bagi keselamatan manusia. Namun jika tidak berkaitan mengenai keselamatan maka perlu adanya kajian mengenai kata memelihara iman dalam 2 Timotius 4:6-8.

Dengan demikian penelitian ini dilakukan menggunakan kajian eksegesis teks Alkitab dalam 2 Timotius 4:6-8 untuk menjelaskan makna kata memelihara iman sekaligus implikasinya bagi keselamatan orang percaya. Adapun rumusan masalah yang dibuat sebagai berikut:

1.2.   Rumusan Masalah

1.      Apa makna memelihara iman menurut 2 Tim.4:6-8?

2.      Mengapa orang percaya harus memelihara iman?

3.      Apa implikasi memelihara iman bagi keselamatan orang percaya?

1.3.   Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui makna memelihara menurut 2 Timotius 4:6-8.

2.      Mengetahui alasan mengapa orang percaya memelihara iman.

3.      Mengetahui implikasi memelihara iman bagi keselamatan orang percaya.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi-definisi

            2.1.1. Memelihara Iman

Memelihara dalam terjemahan Ibrani yaitu Rmf yang berarti “menjaga, memelihara” Terjemahan Yunani τετήρηκα yang memiliki arti “menjaga, memegang, memelihara”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata memelihara sama dengan menjaga, mengusahakan, merawat baik-baik. Sedangkan kata iman berarti keyakinan atau kepercayaan kepada Tuhan.[6] Dengan demikian, memelihara iman artinya merawat baik-baik keyakinan kepada Tuhan.

Menurut Yusuf E.B manusia harus berjuang dan berusaha untuk memelihara imannya kepada Tuhan, walaupun Tuhan memelihara iman umat-Nya, ia juga memberikan tanggung jawab bagi setiap orang yang percaya kepada umat-Nya untuk mememlihara iman tersebut. Sehingga tidak terpisahkan dari kasih Allah. Namun jika terdapat kemurtadan atas kehidupan percaya tentu itu bukanlah Kristen sejati. Alkitab dengan jelas mengajarkan adanya sorga dan neraka. Sorga merupakan tempat setiap orang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Yoh.3:16), sedangkan neraka merupakan tempat penghukuman kekal bagi setiap orang yang menolak untuk percaya kepada Yesus Kristus (Yoh. 3:36).[7]

Dr. Brian J. Bailey berpendapat bahwa iman adalah dasar dari pengalaman kehidupan kekeristenan (Ef. 2:8), menariknya bahwa iman juga dasar untuk menerima, mengembangkan dan maju kepada kekudusan (2 Ptr. 1:5-8) dengan arti lain tanpa iman kepada Kristus, manusia tidak akan dikuduskan. Bahkan iman juga memampukan orang percaya untuk menjalani seluruh hidup kekristenannya.[8] Puncak iman yang sesungghnya yaitu ketika mencapai pertumbuhan iman yang sempurna seperti: Mampu mencapai pengenalan akan Yesus dengan benar, mencapai kedewasaan rohan dan berpegang kepada Firman Allah tanpa terombang ambing oleh angin pengajaran yang menyesatkan. Sehingga pada akhirnya tetap percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.[9]

2.1.2. Implikasi

            Implikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian “keterlibatan atau keadaan terlibat, mempunyai hubungan atau saling terkait. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implikasi adalah keterkaitan antara satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan.

2.1.3. Keselamatan

      Istilah keselamatan atau Soteriologi berasal dari kata Yunani soterion yang berbentuk netral dari nomina feminism soteria yang berarti keselamatan. Soteria berasal dari nomina soter berarti penyelamat, jika dalam bentu kata kerja berarti menyelamatkan, melepaskan dari bahaya kehancuran.[10] Ajaran mengenai keselamatan dasarnya ada dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Menurut ajaran Kristen keselamatan yaitu dilepaskan dari perbudakan dosa dan kematian. Paulus menegaskan bahwa Allah menjadikan Kristus sebagai korban penebusan, sehingga melalui darah-Nya yang mahal manusia yang percaya akan memperoleh keselamatan itu.[11]

      Mengenai keselamatan, Tom Jacobs, SJ memperjelas pemahaman mengenai keselamatan. Istilah keselamatan berasal dari kata ibrani Syalom yang merupakan tradisi Yahudi. Salam bahasa Arab, dari tradisi Islam. Selamat, bahasa Indonesia. Dalam bahasa Yunaninya soteriology yang merupakan bagian khusus teologi Kristiani yang membahasa mengenai tema keselamatan. Pembicaraan mengenai keselamatan juga dibahas oleh agama-agama lain, seperti Hinduisme dan Buddhisme sehingga juga kata-kata seperti moksha dan niruana akan muncul. Selain itu pemakaian kata “keselamatan” dalam bahasa profane. Bahan refleksi adalah pembicaraan orang mengenai keselamatan, terutama dalam konteks religious bahkan lebih khususnya dalam konteks iman Kristiani.[12]

        2.1.4. Orang Percaya

            Dalam konteks ini orang percaya adalah bagi mereka yang beriman kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Di dalam Surat Ibrani terdapat pemahaman yang khas mengenai Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung yang menjadi dasar bagi orang percaya untuk beriman.[13] Tanpa beriman kepada Yesus, manusia tidak akan diselamatkan. Dengan demikian kunci untuk diselamatkan hanyalah melalui percaya.

2.2. Tafsiran-tafsiran

        2.2.1. Wycliffe

            Kata memelihara dalam teks ini bermaksud bukan hanya melindungi, tetapi juga mempelajari dan melakukannya. Bagi setiap orang percaya harus tetap setia di dalam iman sampai mati, hal ini merupakan suatu kemenangan kasi karunia (Why. 2:10). Sedangkan kata iman dikonteks ini berbicara mengenai seluruh kesaksian Injil, yakni kata-kata yang disampaikan kepada para pengikut-Nya (Rm. 10:17; Ibr. 2:3, 4; Why. 14:12). Dengan demikian kata memelihara iman dalam teks ini berarti setiap orang percaya mampu mempelajari bahkan melakukan pemberitaan Injil (kabar baik).[14]

        2.2.2. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3

            Memelihara iman dalam konteks ini menurut penafsir adalah menjaga kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Kepercayaan dalam hal ini adalah mengenai pemberitaan Injil. Paulus telah diberikan kepercayaan oleh Tuhan mengenai Injil, dengan demikian ia harus memelihara kepercayaan tersebut. Maka hal itu disampaikan ketika diakhir hidupnya bahwa ia telah memelihara iman artinya ia telah memelihara kepercayaan pemberitaan injil tersebut.[15]

2.2.3. Dr. Rudy Budiman

Paulus dalam tulisannya ini memakai kiasan perlombaan olah raga, khususnya perlombaan lari, untuk menggambarkan pergumulannya bagi iman. Sifat iman dalam pertandingan iman itu nampak dalam dua hal seperti iman sebagai kekayaan rohani yang dipercayakan kepada Paulus, Timotius dll (1 Tim. 6:20; 2 Tim. 1:12, 14; 2:2) maupun setiap orang Kristen (Ef 2:8), ini hal yang harus diperjuangkan seumur hidupnya. Paulus merasa sukacita bahwa ia boleh mengakhir hidupnya dengan keadaan memelihara iman. Dalam teks ini kata memelihara iman yaitu kekayaan rohani yang dipercayakan kepadanya.[16]

2.3. Genre Kitab

            Bagian yang paling banyak dalam Perjanjian Baru adalah surat-surat, menurut  Gordon D. Fee bahwa golongan surat-surat terdiri dari paragraf-paragraf argumentasi atau nasihat.[17] Isi 2 Timotius merupakan nasihat-nasihat kepada Timotius yang adalah seorang pelayan Tuhan muda dalam menghadapi situasi yang sulit.

2.4. Penulis

            Surat Timotius dan surat Titus dikenal sebagai surat-surat penggembalaan yang ditulis oleh rasul Paulus. Ketiga surat ini mencatat pelayanan Paulus dan rekan-rekannya. Pertama, Timotius ditinggal di Efesus untuk menasihati jemaat di sana, sementara Paulus melanjutkan pelayanannya di Makedonia (1 Tim.1:3). Kedua, Pada waktu yang bersamaan juga Titus ditinggal di Kreta untuk maksud dan tujuan tertentu (Tit.1:5). Ketiga Paulus menyebut Onesiforus menemuinya di Roma (2 Tim. 1:16-17), yang berarti ketika Paulus berada di Roma. Namun ada juga sebagian theolog yang tidak menerima akan kepenulisan Paulus dengan beberapa alasan sebagai berikut:

1.   Sejarah pemenjaraan Paulus di Roma yang kedua, mereka menganggap bahwa sejarah ini hanyalah “fiksi” dan sulit untuk diterima. Dasar utama keberatan mereka adalah tidak adanya bukti sejarah dalam Kisah Para Rasul tentang hal tersebut. Dengan kata lain, Kisah Para Rasul tidak mencatat cerita ini sehingga mereka tidak dapat menerima hal demikian. 

2.  Paulus juga dianggap tidak konsisten jika benar bahwa ia adalah penulis ketiga surat Pengembalaan. Mereka menganggap bahwa bahasa yang digunakan dalam Surat-surat Penggembalaan tidak bersifat Paulus.

3.      Keberatan lainnya mengenai bidat di Surat-surat Penggembalaan dianggap berasal dari masa bidat Gnostik yang memuncak abad kedua, yang jauh lebih terbangun dimasa Paulus. Perbedaan mengoreksi bidat dalam Surat-surat Penggembalaan berbeda dengan Surat Kolose. Ketiga surat Penggembalaan Paulus mengoreksi bidat dengan mendorong Timotius dan Titus untuk tidak berhubungan dengan mereka. Sedangkan di Surat Kolose, Paulus memberikan jawaban dari sudut pandang Kristen. Dengan demikian hal bidat yang berada dalam Surat-surat Penggembalaan dianggap bukti bidat yang hidup zaman abad kedua. Sehingga mustahil Paulus menuliskan ketiga surat Penggembalaan tersebut.[18]

Perlawanan terhadap tulisan Paulus dalam ketiga surat Penggembalaan memiliki argumen yang begitu kuat sehingga perlu untuk diberi pembelaan terhadap perlawanan tersebut. Dengan demikian berikut beberapa bukti bahwa Paulus adalah penulis Surat-surat Penggembalaan.

1.     Setiap kisah yang tidak dituliskan dalam Kisah Para Rasul bukan berarti tidak pernah terjadi. Karena ada banyak detail kehidupan Paulus yang tidak tercatat di Kisah Para Rasul seperti penderitaan yang tulis dalam 2 Korintus 11. Bapa-bapa gereja yang hidup dekat dengan zaman Rasul Paulus mengakui bahwa Paulus adalah penulis Surat-surat penggembalaan tersebut seperti Polycarpus dan Ignatius pada awal abad II.[19]

2.  Bahasa yang digunakan penulis harus dilihat dari sudut pandang secara keseluruhan. Perbedaan lingustik harus dilihat dari pokok bahasan, situasi penerima surat pada masa itu. Karena bahasa semakin berkembang ketika dipengaruhi kata-kata baru. Namun gaya bahasa ketiga surat Penggembalaan juga perlu dilihat dari salam pembuka penulis surat. Pandangan Kristen modern menganggap bahwa Paulus adalah penulis Surat-surat Penggembalaan terdapat diawal surat tersebut, sehingga dengan mudah mengetahui siapa penulis surat tersebut.[20]

3.  Motif permasalahan ini terjadi karena adanya penolakan dari Marcion. Terbukti bahwa pandangan Paulus sebagai penulis tidak diterima oleh Marcion setelah kanon sudah ditetapkan sehingga Marcion membuat argumen bahwa Surat-surat Penggembalaan bukanlah tulisan Paulus. Namun bapa-bapa gereja seperti Tertulianus dan Irenaeus yang hidup abad ke-2 membantah pernyataan Marcion dan tetap memegang kanon yang sudah ditetapkan sebagai dasar iman mereka.[21]

2.5.  Waktu dan Tempat Penulisan

2 Timotius ditulis selama Paulus berada dalam penjara di Roma. Dalam Kisah Para Rasul, surat  ini ditulis pada awal atau pertengahan dekade 60-an.  Jika mengikuti perhitungan Eusebius yang memberi tanggal kemartiran Paulus pada tahun 67. Dengan demikian tahun itu atau sebelumnya merupakan tanggal penulisan 2 Timotius.  Namun sarjana modern menganggap bahwa Paulus dihukum mati tahun 64 atau 65, maka tanggal dalam tahun-tahun tersebut lebih mungkin.[22] Sedangkan Menurut Dr. R. Budiman Surat 2 Timotius ditulis ketika Paulus dalam tahanan ke-II pada tahun 65. Paulus merasakan keadaan yang sangat berat dibandingkan ketika berada dalam tahanan pertama. Paulus dibelenggu (1:16) diperlakukan sebagai seorang penjahat (2:9), bahkan Paulus menduga akan dihukum mati dalam waktu dekat (4:6).[23]

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Paulus menulis surat 2 Timotius ketika keadaannya dipenjara sekitar tahun 65 atau 66 sebelum kematiannya. Paulus menulis Surat 2 Timotius menjelang akhir hidupnya (4:6). Pada saat itu Paulus sedang berada di penjara Roma untuk menunggu eksekusi yang akan segera dilaksanakan. Surat ini bersifat wasiat karena isi yang penting dan serius. Timotius sebagai penginjil muda mendapatkan ancaman yang berbahaya di masa mendatang sehingga Paulus harus menyampaikan pesan mengenai iman yang harus dipertahankan bagi setiap orang percaya.[24] Bahkan selama menunggu kedatangan Timotius, ia mengambil kesempatan sekali lagi untuk memperingati Timotius dalam menghadapi guru-guru palsu seperti yang ia lakukan ketika menulis surat pertamanya.[25]

2.6.   Alamat dan Situasi Pembaca

Berdasarkan 1 Timotius 1:2 sudah sangat jelas bahwa surat ini ditujukan kepada Timotius yang merupakan anak sah dalam iman. Timotius adalah murid sekaligus anak rohani dari Paulus, data tersebut diambil dari salam yang diberikan Paulus kepada Timotius sendiri.  Timotius adalah seorang pemuda yang diberi kepercayaan melalui Paulus. Pada saat itu terjadi serangan eksternal yang membuat Paulus harus menasihati Timotius agar tetap bertahan dalam pelayanannya.

2.7.    Latar Belakang

            Surat 2 Timotius memiliki ciri khusus agar pembaca surat ini lebih simpatik kepada Paulus. Surat 2 Timotius ini bersifat pribadi dibandingkan dengan surat 1 Timotius karena Paulus merasakan kesepian dan ditinggalkan (2 Timotius 1:15-18; 4:9-13). Dalam suratnya yang kedua ini, Paulus menyapa Timotius secara pribadi sebagai individu, menaruh simpati akan tugasnya yang berat, dan menyemangati Timotius agar tetap bertahan dalam tugas dan panggilannya. Diakhir surat 2 Timotius menunjukan ciri bahwa surat ini bersifat pribadi.

Paulus mau menjelaskan bahwa keberadaan Yesus sebagai hakim atas jemaat.  Yesus akan  memberi ganjaran bagi mereka yang melakukan kejahatan dan kesalahan (2 Timotius 1:8; 4:1, 8, 14). Paulus juga ingin mengingatkan bahwa Yesus merupakan teladan  yang harus diikuti oleh Timotius.[26]

2.8.   Tujuan Penulisan

1.      Memberitakan Janji tentang hidup dalam Kristus. (1:1)

2.      Memperkenalkan iman sejati (2:13).

3.      Memberitahu Prilaku Kristen (2:15).

4.      Menasihati terhadap serangan guru-guru Palsu ( 2 Tim. 3:5)

5.      Menasihati agar bergantung kepada Allah saja (2 Tim. 3:10-4:8)

2.9.   Rumusan Inti Berita

           Setiap Kitab dalam Alkitab yang ditulis memiliki rumusan dan tujuan tertentu kepada pembacanya. Demikian pula dengan surat 2 Timotius yang ditulis oleh Paulus seperti menurut J. Wesley Brill

Pertama, setia kepada Tuhan dan kebenarannya meskipun mengalami penderitaan.

Kedua, setia kepada Tuhan dalam pelayanan.

Ketiga, setia kepada Tuhan dan kebenarannya dalam masa sukar.

Keempat, Tuhan mendampingi [27]hamba-Nya yang setia meskipun semua orang meninggakannya.

2.10.        Kekhususan Kitab

                        Surat 2 Timotius memiliki kekhususan tersendiri, seperti menurut Olla Tulluan:

Pertama, surat ini meskipun dilatarbelakangi permintaan Paulus kepada Timotius untuk datang kepadanya dipenjara, bahkan juga Paulus memberi pesan mengenai pelayanannya Timotius dalam gereja lokal. Satu hal yang menarik disini adalah meskipun Paulus dipenjara merasakan penderitaan yang begitu menyakitkan, ia tidak pernah melupakan kawan sekerjanya. Tidak ada sifat egosentris dalam dirinya melainkan kepentingan orang lain. Hal ini juga membuktikan bahwa Paulus adalah orang yang berintegritas.

Kedua, Paulus menyinggung mengenai karunia Allah dan dedikasi yang harus diperbaharui setiap saat (1:6). Paulus mengingatkan bahwa setiap orang percaya tidak boleh mementingkan kepentingannya sendiri melainkan kepentingan bersama, bahkan Alkitab mengajarkan bahwa hidup harus ikut menderita sama seperti prajurit yang tidak memusingkan kehidpannya sendiri. Ia juga memberitahu bahwa meskipun banyak orang yang murtad, tentu injil harus tetap diberitakan.

Ketiga, Paulus menjelaskan tentang keadaannya sendiri (4:6), dihari-hari terakhir yang nampak tidak ada harapan untuk hidup lagi, maka Timotius yang akan meneruskan pelayanannya. Walaupun demikian surat ini penuh dengan sukacita. Sebab Paulus yakin bahwa ketika ia mati, ia akan berjumpa dengan Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan yang kekal. Hal ini terbukti dari mahkota yang akan diberikan kepadanya yang menjadi sukacita hidupnya.[28]

2.11.        Tema Kitab

Adapun tema-tema yang terdapat di dalam Surat 2 Timotius menurut Pdt. Dr. Samuel Benyamin Hakh seperti.

-          Allah sebagai satu-satunya Tuhan atas alam semesta

Dalam surat Paulus yang kedua kepada Timotius, ia menentang para pengajar sesat itu dengan menekankan bahwa Allah adalah satu-satunya Allah yang Esa (1 Tim. 2:5; 6:15-16) Itu merupakan pengakuan dalam lingkungan Israel (bdk. Kel 6:4; Yes. 44:8; 45:5-6) dan Kristen mula-mula (Mrk. 12:29; Rm. 3:30) yang menyatakan bahwa kedaulatan Allah atas seluruh alam semesta ditengah-tengah konteks yang bersifat politeistik.

-          Allah sebagai Penyelamat

Paulus menegaskan bahwa karya penyelamatan Allah adalah sempurna yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Paulus menyinggung tentang asal-usul dosa dalam Kitab Kejadian 3:1-19 (band. 1 Tim. 2:14) dan menyatakan bahwa sebagai akibat dari dosa manusia, maka semua orang membutuhkan keselamatan (1 Tim. 2:4, 6; 4:10). Satu-satunya cara yang dapat menyelamatkan manusia hanyalah Dia yang menciptakannya,  dengan demikian manusia memperoleh keselamatan dari hasil penebusan tersebut.

-          Injil dan Misi

Setiap manusia, secara khusus lingkup orang percaya membutuhkan ajaran yang sehat. Dalam konteks ini adanya pengajar-pengajar sesat ditengah jemaat yang Timotius alami. Dengan demikian, perlu adanya suatu tindakan khusus bagi Paulus sebagai hamba Tuhan untuk memberitakan ajaran yang sesungguhya dari Injil dalam misi para pelayan Tuhan.[29]

2.12.        Garis Besar Kitab

1.      Salam (1:1-2)

2.      Ucapan Syukur (1:3-5)

3.      Dorongan Dari Pengalaman Paulus (1:6-14)

a.       Karunia Timotius (1:6-10)

b.      Kesaksian Paulus (1:11-12)

c.       Tanggung jawab Timotius (1:13-14)

4.      Paulus Dan Para Rekannya (1:15-18)

5.      Arahan Kepada Timotius (2:1-26)

6.      Hari-hari Terakhir (3:1-19)

7.      Dorongan Lebih Lanjut Kepada Timotius (3:10-17)

8.      Pesan Selamat Tinggal Paulus (4:1-18)

a.       Penugasan terakhir (4:1-5)

b.      Pengakuan iman Paulus (4:6-8)

c.       Beberapa permintaan Pribadi (4:9-13)

d.      Peringatan khusus (4:14-15)

e.       Pembelaan pertama Paulus (4:16-17)

f.       Keyakinannya akan masa depan (4:18)

2.13.        Pokok Bahasan Yang Kelihatan (Menonjol)

Jika diperhatikan surat 2 Timotius ini membahas mengenai pesan khusus kepada Timotius yang merupakan anak didik dari rasul Paulus. Pesan yang disampaikan Paulus kepada Timotius merupakan pesan-pesan terakhir sebelum kematiannya tiba. Paulus menginginkan bahwa Timotius terus dalam keadaan melayani Tuhan sampai akhir hidupnya seperti yang dilakukan oleh Paulus sebagai orang tua rohani.

2.14.        Pokok-Pokok Teologis

1.      Eskatologi

Eskatologi adalah bagian dari teologi dan filsafat yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang akan datang. Dalam pengertian yang lebih luas bahwa eskatologi dapat mencakup konsep-konsep terkait seperti akhir zaman atau hari-hari terakhir. Dalam pokok teologi ini terdapat dalam 2 Timotius 4: 8, dimana Paulus menuliskan bahwa telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan pada hari-Nya. Hal ini merujuk kepada hari kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya. Bagi setiap orang yang percaya dan melakukan perbuatan baik, maka mereka akan menerima mahkota kebenaran.

Mahkota kebenaran merupakan aspek seseorang beroleh hadiah.  Mahkota ini diberikan kepada orang-orang yang dengan setia mengikuti-Nya dan merindukan kedatangan-Nya. Tuhan memberikan mahkota kebenaran untuk menyatakan keadilan-Nya; berbeda dengan pemberian anugerah keselamatan, yang menekankan anugerah (kasih karunia) Allah. Karena karunia  keselamatan menyatakan anugerah yang diberikan Allah, maka siapa saja yang percaya, bisa mendapatkannya. Paulus meyakini bahwa Tuhan Yesus sebagai hakim yang adil akan memberikan mahkota kebenaran kepadanya pada hari-Nya. Mahkota kebenaran tidak ada hubungannnya dengan keselamatan orang percaya. Keselamatan bersifat kekal karena telah ditetapkan oleh Allah satu kali untuk selamanya. Dengan demikian, setiap orang percaya ingin memperolehnya harus mengakhiri pertandingan dengan baik, mencapai garis akhir, dan memelihara iman.[30]

Dalam bahasa Yunani ada dua kata untuk “mahkota”, yaitu diadema dan stephanos. Diadema memiliki arti mahkota kerajaan, dan stephanos memiliki arti berkaitan dengan sukacita dan kemenangan. Sthepanos juga memiliki banyak makna, bahkan kata tersebut menungkapkan kekayaan pemikiran. Makna pertama ialah mahkota juara di dalam suatu perlombaan yang diberikan kepada atlit sebagai hadiah berupa mahkota yang dirangkai dari daun salam. Makna kedua ialah mahkota seorang pejabat yang telah menjalankan jabatannya dengan setia, diakhir masa jabatannya ia akan diberi mahkota. Orang yang sepanjang hidupnya setia melayani Kristus dan sesama manusia, akan menerima mahkota-Nya.[31]

2.      Soteriologi

Soteriology atau biasa juga disebut sebagai doktrin keselamatan. Sebab Kata soteriology berasal dari kata Yunani Soterion atau soteria yang berarti keselamatan. Setiap orang percaya diselamatkan hanya karena iman, namun yang menjadi pertanyaan bagi banyak orang iman yang seperti apa untuk memperoleh keselamatan tersebut.

Dalam teks 2 Timotius 4:6-8 juga membahas tentang memelihra iman. Apakah ini ada kaitanya dengan keselamatan orang percaya? Bagaimana jika iman dalam teks tidak tersebut tidak terpelihara, apakah orang percaya tidak diselamatkan? Dengan demikian jika keselamatan bergantung pada manusia, berarti ada campur tangan manusia dalam keselamatan orang percaya. Maka karena itu, penulis membahas kata memelihara iman dalam teks tersebut dengan mengkaitkan implikasi bagi keselamatan orang percaya.

2.15.         Sinopsos Kesimpulan Kitab

Surat 2 Timotius ditulis oleh Paulus pada masa akhir hidupnya. Surat 2 Timotius ini memiliki genre surat dengan penyampaian seperti orang tua memberi nasihat kepada anaknya. Sebab pada waktu itu penulis sedang berada dalam penjara dan sebentar lagi akan di eksekusi untuk dihukum mati. Melalui surat ini Paulus ingin Timotius untuk setia dalam pelayanannya seperti yang telah dilakukan oleh Paulus ketika ia melayani.

BAB III

Kajian Eksegesis Terhadap Surat 2 Timotius 4:6-8

            Dalam mengeksegesis surat 2 Timotius 4:6-8, maka penulis perlu mendasarkan penelitian pada terjemahan bahasa asli Alkitab. Bahasa yang digunakan dalam Perjanjian Lama yaitu bahasa Ibrani dan Aram sedangkan bahasa yang digunakan dalam Perjanjian Baru yaitu bahasa Yunani. Dengan demikian fokus eksegesa dalam pembahasan ini adalah menggunakan bahasa Yunani untuk memperoleh makna kata yang sebenarnya yang mendekati.

            Dalam tahap ini, akan disajikan analisa-analisa studi eksegesis secara mendalam terhadap teks 2 Timotius 4:6-8.

1.      Analisa Pengamatan

1.1. Analisa Kontekstual

Pembahasan mengenai iman bukanlah hal yang asing bagi orang Kristen. Terutama mengenai keselamatan yang diperoleh karena iman. Hal ini masih menjadi problematika bagi orang percaya saat ini.  Ada yang beranggapan bahwa keselamatan hanya diperoleh karena iman, tanpa campur tangan manusia sedikitpun. Tetapi ada juga yang berpandangan bahwa keselamatan diterima karena ada campur tangan manusia juga. Jika keselamatan hanya karena Allah saja, mengapa Paulus menuliskan dia telah memelihara iman. Apakah iman yang dimaksud berdampak bagi keselamatan orang percaya.

Dengan demikian, untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis akan mengawali dengan pengamatan kontekstual mengenai topik yang dibahas. Pengamatan ini untuk mengetahui maksud Paulus mengapa ia menuliskan telah memelihara iman. Sebab iman yang dimiliki Paulus tentu berasal dari Allah, masih adakah campur tangan manusia untuk menjaganya?

Informasi dalam ayat 6-8 merupakan pesan terakhir Paulus menjelang kematiannya. Dan sampai akhir hidupnya ia telah memelihara iman. Berdasarkan hal ini ada penulis menyelidiki teks terdekat lebih dahulu seperti:

Pertama. “Darahku mulai dicurahkan” Ini merupaka sebuah pernyataan yang diucapkan sebelum kematiannya. Paulus memakai kiasan dalam kematiannya seperti pada kata dicurahkan atau tumpah, atau keluar.

Kedua. “Pertandingan” atau pergumulan. Dalam melaksanakan tugasnya, Paulus sudah melakukan tugasnya denga baik bahkan dikatakan “aku sudah mencapai garis akhir” artinya bahwa Paulus benar-benar sudah menang dalam pergumulan yang ia hadapi. Bagi Paulus pertandingan yang dihadapi bukanlah sesuatu hal yang suram, tetapi sebuah pengabdian kepada Tuhan. Inilah yang membuat Paulus menyatakan bahwa ia telah memelihara iman, sebab ia sudah menyelesaikan pertandingan dengan baik.

Ketiga, “Mahkota” ini adalah upah yang Tuhan berikan kepada setiap orang percaya yang telah melakukan tugasnya. Maka Paulus memberi informasi kepada Timotius bahwa mahkota itu bukan hanya diberikan kepadanya melainkan kepada setiap orang yang merindukan kedatangannya. Artinya semua orang percaya yang rindu terus-menerus akan kedatangnnya akan menerima upah dari Tuhan.

Kalau dilihat keseluruhan surat 2 Timotius, Paulus ingin menasihatkan Timotius sebagai gembala muda, anak rohani Paulus, agar tetap bertahan dalam setiap kondisi apapun yang dihadapi. Karena pada saat itu Timotius sedang menghadapi pengajar-pengajar sesat dan guru-guru Palsu. Dalam hal ini, Paulus ingin bahwa Timotius juga bertahan dalam pertandingan yang dialaminya. Artinya bahwa Timotius juga harus setia seperti Paulus telah setia sampai garis akhir. Sebab, ketika setia kepada Tuhan maka Tuhan akan memperhitungkan semuanya itu.

1.2.Analisa Komparasi Terjemahan

Penerjemahan ke dalam berbagai versi Alkitab, 2 Timotius 4:6-8 diterjemahkan dalam berbagai terjemahan. Adapun beberapa teks terjemahan 2 Timotius 4:6-8 antara lain sebagai berikut:[32]

a.       Berdasarkan Terjemahan Baru versi Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) adalah:  Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

b.      Berdasarkan Terjemahan versi Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) adalah : Mengenai diri saya, sudah sampai waktunya saya akan mati sebagai kurban kepada Allah. Sebentar lagi saya akan meninggalkan dunia ini. Saya sudah mengikuti perlombaan dengan sebaik-baiknya, dan sudah mencapai garis akhir. Saya tetap setia kepada Kristus sampai akhir. Dan sekarang hadiah kemenangan menantikan saya. Pada Hari Kiamat, Tuhan, Hakim yang adil itu akan menyerahkan hadiah itu kepada saya, karena saya hidup berbaik dengan Allah. Dan bukan saya saja yang akan menerima hadiah itu, tetapi juga semua orang yang menantikan kedatangan Tuhan dengan sangat rindu.

c.       Berdasarkan Terjemahan versi New International Version (NIV) adalah : For I am already being poured out like a drink offering, and the time has come for my departure. I have fought the good fight, I have finished the race, I have kept the faith. Now there is in store for me the crown of righteousness, which the Lord, the righteous Judge, will award to me on that day--and not only to me, but also to all who have longed for his appearing.

d.      Berdasarkan Terjemahan versi King James Version (KJV) adalah : For I am now ready to be offered, and the time of my departure is at hand. I have fought a good fight, I have finished my course, I have kept the faith: Henceforth there is laid up for me a crown of righteousness, which the Lord, the righteous judge, shall give me at that day: and not to me only, but unto all them also that love his appearing.

e.    Berdasarkan Terjemahan versi Bahasa Yunani (BGT) adalah : Ἐγὼ γὰρ ἤδη σπένδομαι, καὶ ὁ καιρὸς τῆς ἀναλύσεώς μου ἐφέστηκεν. τὸν καλὸν ἀγῶνα ἠγώνισμαι, τὸν δρόμον τετέλεκα, τὴν πίστιν τετήρηκα· λοιπὸν ἀπόκειταί μοι ὁ τῆς δικαιοσύνης στέφανος, ὃν ἀποδώσει μοι ὁ κύριος ἐν ἐκείνῃ τῇ ἡμέρᾳ, ὁ δίκαιος κριτής, οὐ μόνον δὲ ἐμοὶ ἀλλὰ καὶ πᾶσι τοῖς ἠγαπηκόσι τὴν ἐπιφάνειαν αὐτοῦ.

f.     Berdasarkan Terjemahan versi Bahasa Yunani (BNT) adalah : Ἐγὼ γὰρ ἤδη σπένδομαι, καὶ ὁ καιρὸς τῆς ἀναλύσεώς μου ἐφέστηκεν. τὸν καλὸν ἀγῶνα ἠγώνισμαι, τὸν δρόμον τετέλεκα, τὴν πίστιν τετήρηκα· λοιπὸν ἀπόκειταί μοι ὁ τῆς δικαιοσύνης στέφανος, ὃν ἀποδώσει μοι ὁ κύριος ἐν ἐκείνῃ τῇ ἡμέρᾳ, ὁ δίκαιος κριτής, οὐ μόνον δὲ ἐμοὶ ἀλλὰ καὶ πᾶσι τοῖς ἠγαπηκόσι τὴν ἐπιφάνειαν αὐτοῦ.

 

Dari beberapa refrensi terjemahan yang dirujuk (khususnya bahasa inggris dan Indonesia di atas, tidak ada permasalahan dalam kata memelihara iman. Hanya saja penggunaan Bahasa Indonesia sehari-hari menggunakan kata “saya tetap setia kepada Kristus sampai akhir”. Dengan demikian penulis akan menyelidiki lebih lagi mengapa Paulus menggunakan kata tersebut dalam 2 Timotius 4:6-8. Sebab penggunaan kata yang berbeda akan memiliki pengertian yang berbeda.

2.      Analisa Tekstual

Teks 2 Timotius 4:6-8, sejauh pengamatan penulis belum menemukan masalah tekstual dalam teks. Karena teks ini bebas dari variant maka pada tahap analisa tekstual ini, eksegetor tidak membahasnya.

3.      Analisa Struktural

Analisa struktural merupakan penganalisaan terhadap setiap unsur dalam kalimat teks. Dalam hal ini, teks yang dianalisa adalah Surat 2 Timotius 4:6-8 versi (BGT) “Ἐγὼ γὰρ ἤδη σπένδομαι, καὶ ὁ καιρὸς τῆς ἀναλύσεώς μου ἐφέστηκεν. τὸν καλὸν ἀγῶνα ἠγώνισμαι, τὸν δρόμον τετέλεκα, τὴν πίστιν τετήρηκα· λοιπὸν ἀπόκειταί μοι ὁ τῆς δικαιοσύνης στέφανος, ὃν ἀποδώσει μοι ὁ κύριος ἐν ἐκείνῃ τῇ ἡμέρᾳ, ὁ δίκαιος κριτής, οὐ μόνον δὲ ἐμοὶ ἀλλὰ καὶ πᾶσι τοῖς ἠγαπηκόσι τὴν ἐπιφάνειαν αὐτοῦ”. Dengan translitrasinya sebagai berikut: Ego gar ede spendomai, kai ho Kairos tes analuseos mou epsesteken. Ton kalom agona egonismai, ton dromon teteleka, ten pistin tetereka.loipon apokeitai moi ho tes dikaiosuves stepsanos, hon apodosei moi ho kurios en ev ekeine te emera ho dikaios krites, ou monon de emoi alla kai pasi tois egapekosi ten epipsaneia autou.

Agar hasil mudah dipahami, penulis juga menyajikan dalam bentuk struktur diagram dan mekanis:

a.       Struktur Diagram

*       

*     

*      b. Struktur Mekanis

untukku sekarang

menuangkan keluar

dan  waktu  kematianku sudah menjelang.

Aku telah mengakhiri pertandingan

 yang mulia,

aku telah menyelesaikan perlombaan,

aku telah menjaga kepercayaan.

Tuhan adalah Hakim yang benar,

memberi kekuatan dalam hari-Nya,

tetapi tidak haya kepadaku,

                        melainkan juga kepad semua orang

yang merindukan kedatangan-Nya.

4.      Analisa Gramatikal

YUNANI (BGT)

ANALISA

AKAR KATA

TERJEMAHAN

 

Ἐγὼ

Kata ganti. Nom. Tgl

ἐγώ

 

Saya

 

γὰρ

Konjungsi Koordinating

γάρ

 

Untuk

 

ἤδη

Kata keterangan

ἤδη

Sekarang

 

σπένδομαι

Kata kerja. Ind. Kini pasif. 1. Tgl

σπένδω

 

Mengalir, menuangkan keluar

 

καὶ

Konjungsi Koordinating

καὶ

Dan

 

Artikel

Itu

 

καιρὸς

Kata benda. Nom. Maskulin. Tunggal

καιρός

 

Waktu

 

τῆς

Artikel

 

Itu

 

ἀναλύσεώς

Kata benda. Genetif. Feminim. Tunggal

ἀνάλυσις

 

Keberangkatan, kematian

 

μου  

Kata Ganti. Genetif. Tunggal

ἐγώ

 

Saya

 

ἐφέστηκεν

Kata kerja. Ind. Perfek. Aktif. 3. Tgl

ἐφίστημι

 

Menjelang, mendekat, datangnya

 

τὸν

Artikel

 

Itu

 

καλὸν

Kata sifat. Akus. Maskulin. Tunggal

καλός

 

Baik, mulia, patut dipuji

 

ἀγῶνα

Kata benda. Akusatif. Maskulin. Tunggal

ἀγών

 

Perjuangan, pertandingan

 

ἠγώνισμαι

Kata kerja. Ind. Perfek. Middel. 1. Tunggal

ἀγωνίζομαι

 

Bertanding, melawan

Mengakhiri,

 

τὸν

Artikel

Itu

 

δρόμον

Kata Benda. Akus. Maskulin. Tunggal

δρόμος

 

Jalan, perlombaan

 

τετέλεκα

Kata kerja. Indikatif. Perfek. Aktif. Orang ke 1. Tunggal.

τελέω

 

Memenuhi, selesai

 

τὴν

Artikel

Itu

 

πίστιν

Kata benda. Akus. Feminim. Tunggal

πίστις

Kepercayaan

 

τετήρηκα

Kata Kerja. Indikatif. Perfek. Aktif. Orang ke 1. Tunggal.

τηρέω

 

Menjaga,  memelihara

 

 

λοιπὸν

Kata keterangan/katas sifat. Normal. Akus. Netral. Tunggal.

λοιπός

 

Mulai sekarang, untuk selanjutnya

 

ἀπόκειταί

Kata kerja. Indikatif. Kini pasif. Orang ke 3. Tunggal.

ἀπόκειμαι

Menanamkan, memberikan

 

Μοι

Kata ganti. Tunggal. Datif

ἐγώ

 

Saya

 

Definit. Artikel. Nom. Maskulin

 

Itu

 

τῆς

Definit. Artikel. Genetif. Feminim. Tunggal

 

Itu

 

δικαιοσύνης

Kata benda. Genetif. Feminim. Tunggal

δικαιοσύνη

 

Kebenaran

 

στέφανος

Kata benda. Nom. Maskulin. Tunggal

στέφανος

 

Mahkota

 

ὃν

Kata ganti. Relative. Akus. Maskulin

ὅς

 

Yang mana, siapa

 

ἀποδώσει

Kata kerja. Indikatif. future. Aktif. Orang ke 3. Tunggal

ἀποδίδωμι

 

Memberi kekuatan

 

Μοι

Kata ganti. Tunggal. Datif

ἐγώ

 

Saya

 

Definit. Artikel. Nom. Mask. Tunggal

 

Itu

 

κύριος

Kata benda. Nom. Mask. Tunggal

κύριος

 

 

Tuhan

 

ἐν

Preposisi. Datif

ἐν

 

Dalam

 

ἐκείνῃ

Kata ganti. Demonstratif. Datif. Feminim. Tunggal

ἐκεῖνος

 

Supaya

 

τῇ

Definit. Artikel. Datif. Feminim. Tunggal

 

Itu

 

ἡμέρᾳ

Kata benda. Datif. Feminim. Tunggal.

ἡμέρα

 

Hari

 

Definit. Artikel. Nominatif. Maskulin. Tunggal.

 

Itu

 

δίκαιος

Kata sifat. Normal. Nominatif. Maskulin. Tunggal.

δίκαιος

 

Benar

 

κριτής

Kata benda. Nominatif. Tunggal.

κριτής

Hakim

 

οὐ

Kata keterangan

οὐ

Tidak

 

μόνον

Kata keterangan

μόνος

Satu-satunya

 

δὲ

Konjungsi coordinating

δέ

 

Tetapi

 

ἐμοὶ

Kata ganti. Datif. Tunggal.

ἐγώ

Saya

 

ἀλλὰ

Konjungsi coordinating

ἀλλά

Tetapi

 

καὶ

Kata keterangan

καί

 

Dan

 

πᾶσι

Adjektif. Indefinit. Datif. Maskulin. Jamak.

πᾶς

 

Semua

 

τοῖς

Difinit. Artikel. Datif. Maskulin. Jamak

 

Itu

 

ἠγαπηκόσι

Kata kerja. Partisip. Perfek. Aktif. Datif. Maskulin. Jamak

ἀγαπάω

 

Cinta

 

τὴν

Difinit. Artikel. Akusatif. Feminim.

 

Itu

 

ἐπιφάνειαν

Kata benda. Akus. Feminism. Tunggal.

ἐπιφάνεια

Muncul, kelihatan

 

αὐτοῦ

Kata ganti. Genetif. Maskulin. Tunggal.

αὐτός

 

Dia

 

5.      Analisa Leksikal

πίστιν  (pistin) Kata benda. Akus. Feminim. Tunggal; τετήρηκα (tetereka) Kata Kerja. Indikatif. Perfek. Aktif. Orang ke 1. Tunggal. Kata πίστιν τετήρηκα ini hanya digunakan di dalam 2 Timotius 4:7 saja. Sebab Paulus ingin menegaskan kepada Timotius agar menjaga imannya sampai akhir hidupnya.

6.      Analisa Historikal

        Surat 2 Timotius memiliki ciri khusus agar pembaca surat ini lebih simpatik kepada Paulus. Sebab Paulus sedang berada dalam penjara ketika surat 2 Timotius ditulis. Selain itu, Paulus juga akan menghadapi hukuman mati. Oleh sebab itu, ia menuliskan surat ini kepada anak rohaninya demikian.

        Paulus ingin bahwa Timotius harus siap menghadapi tugas yang berat seperti yang dialami Paulus. Namun Paulus juga tidak lupa untuk menyemangati dan memberi penghiburan kepada Timotius yang masih muda itu bahwa Tuhan tetap menyertai Timotius dalam pelayanannya seperti Tuhan juga menyertai Paulus. Selain itu, Tuhan juga akan memberi hadiah bagi mereka yang setia menanti kedatangannya. Maka Paulus mengajak Timotius untuk tetap setia dalam tugas dan tanggung jawab yang diberikannya.

        Timotius yang masih muda menghadapi tantangan yang begitu berat, sebab dia harus mempertahankan kebenaran agar tidak diputar balikan oleh guru-guru palsu pada saat itu. Maka Paulus sebagai penulis surat ini mau agar Timotius tetap berpegang teguh terhadap ajaran kebenaran Firman Allah. Penulis juga mengingatkan bahwa segala tulisan yang diilhamkan memang bermanfaat, ini merupakan dasar yang Timotius harus pegang dalam pelayananya sebagai gembala jemaat agar jemaat juga tidak terpengaruh terhadap ajaran guru-guru palsu.

        Penulis memberikan penjelasan bahwa penghakiman hanya milik Tuhan saja, artinya Paulus ingin mengajarkan kepada Timotius untuk tidak menghakimi para guru-guru palsu yang ada. Sebab sebagai pelayan Tuhan, haruslah sadar tugasnya adalah memberitakan kebenaran, bukanlah untuk menghakimi. Jadi, jika terjadi kesalahan maka perlu untuk meluruskan kesalahan tersebut.

        Dengan demikian jika disimpulkan, Paulus sebagai penulis surat akan menghadapi kematian. Maka Paulus menuliskan pesan terakhir kepada Timotius untuk melanjutkan tugas yang penting yang harus dilakukan, terlebih dalam pemberitaan Injil. Sebab ancaman yang luar biasa telah datang ditengah-tengah jemaat yang digembalakannya karena adanya guru-guru palsu ditengah-tengah mereka. Penulis ingin bahwa apapun yang dialaminya tetap bertahan sampai akhir hidupnya. Sebab Tuhan akan memberikan hadiah kepada mereka yang setia kepada-Nya.

7.      Analisa Teologikal

Kata iman selalu dikaitkan dengan doktrin keselamatan orang percaya, hal ini karena merujuk kepada Efesus 2:8 yang menyatakan bahwa orang percaya memperoleh keselamatan karena iman bukan usaha manusia. Namun dalam teks ini Paulus memberitahukan bahwa dirinya telah memelihara iman sampai akhir hidupnya.

            Hal tersebut yang membuat penganut dari kaum Armeniansime, menekankan orang percaya harus melakukan tindakan untuk memperoleh keselamatan. Sebab kata memelihara dalam teks 2 Timotius 4:6-8 yaitu hal yang dilakukan aktif oleh Paulus sebagai orang percaya.  Maka penulis merumuskan dua pembahasan dalam analisa teologikal seperti:  eskatologi karena berkaitan dengan kata “mahkota kebenaran dan hari kedatangan-Nya” dan soteriologi karena berkaitan dengan frasa “memelihara iman”.

1.      Eskatologi

Eskatologi adalah bagian dari teologi yang berkaitan dengan masa yang akan datang. Peristiwa pengangkatan gereja merupakan salah satu pusat pengharapan eskatologis orang-orang percaya. Keyakinan tersebut berhubungan erat dengan ajaran tentang kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya ke dalam dunia.  Kedatangan Kristus yang kedua pada prinsipnya akan terjadi dalam tahap. Tahap pertama, Kristus akan datang dan  hadir di antara awan atau di udara untuk mengangkat gereja-Nya. Pada tahap yang kedua, Kristus akan datang dengan menginjakkan kaki-Nya ke bumi bersama umat-nya[33]. Agar pembahasan eskatologi lebih, maka harus diperhatikan pembahasan berikut:

a.       Tanda Kedatangan Kristus

Tanda kedatangan Kristus merupakan bagian penting dalam pembahasan eskatologis.  Namun banyak orang yang bingung terhadap isu rapture atau pengangkatan gereja tersebut.  Kedatangan Kristus yang sebenarnya untuk mengangkat jemaat ditandai dengan tiupan sangkakala malaikat dan seruan yang nyaring. Kemudian, diikuti dengan kehadiran Tuhan Yesus di angkasa, namun tidak menginjakkan kaki-Nya di bumi. Pada saat itulah pengangkatan orang percaya akan terjadi. [34]Sebab itu, jemaat perlu mewaspadai adanya kelompok yang dapat menyesatkan. Maka apabila kedatangan Yesus tidak didahului oleh tanda-tanda diatas, pernyataan, pengalaman dan kesaksian apapun pasti bertentangan dengan Alkitab, dan ini merupakan hal yang menyesatkan.

b.      Pertemuan di Angkasa

Alkitah memberi kesaksian bahwa kedatangan Kristus merupakan sesuatu yang dinantikan bagi setiap orang percaya. Ini menjadi solusi bagi mereka yang berputus asa, tekanan, serta kehilangan pengharapan akan masa depan yang kekal, seperti yang dialami oleh jemaat di Tesalonika.

            Dalam peristiwa pengangkatan, Kristus akan  turun dari sorga ke angkasa dengan memberikan tanda, yaitu seruan. Jika hal ini terjadi maka orang percaya yang mati akan terlebih dahulu dibangkitkan, sedangkan jemaat yang masih hidup akan diubahkan untuk memperoleh tubuh yang pantas bagi kehidupan di sorga. Hal ini disebabkan tubuh manusia fana yang memiliki sifat dosa ini tidak akan sanggup bertahan dan tidak memiliki kuasa untuk hidup selama-lamanya bersama Tuhan.[35]

            Dengan demikian pertemuan di angkasa adalah keindahan dan kebahagiaan hidup yang hanya diperoleh melalui kasih anugrah Kristus melalui pengangkatan. Yaitu bahwa semua umat dari berbagai bangsa, suku yang berbeda budaya, bahasa, dan ras, bahkan kelompok komunitas kecil, yaitu kumpuln orang yang percaya kepada Kristus akan dikumpulkan dan bertemu menjadi satu keluarga Allah bersama-sama dengan Yesus untuk selama-lamanya (Flp. 3:20) kebenaran ini merupakan penghiburan yang dialami oleh orang percaya untuk selama-lamanya.

c.       Tujuan Kedatangan Kristus

Pembahasan tentang “hari Tuhan” yang terdapat pada teks pembahasan merupakan isu yang sering muncul sehubungan dengan keberadaan gereja. Banyak pandangan mengenai kedatangan Tuhan Yesus Kristus, pertama gereja akan mengalami penganiayaan yang dasyat, kedua gereja, orang Kristen yang jarang melakukan dosa atau hidupnya benar-benar kudus langsung mengalami pengangkatan tanpa penganiayaan, namun orang-orang percaya yang cenderung jatuh ke dalam dosa akan masuk ke dalam kesengsaraan tersebut. Penganiayaan yang dimaksud adalah tindakan Antikristus yang jahat, dan tidak berprikemanusiaan di bumi. Namun yang  jelas adalah setiap orang percaya akan mengalami pengangkatan sebelum masa tribulasi. Dan Chris Marantika juga menyampaikan hal yang sama, bahwa Tuhan akan mengeluarkan gereja dari “hari pencobaan” atau masa tribulasi tersebut. Dengan demikian tujuan kedatangan Kristus ke dunia untuk kedua kalinya sangat jelas bahwa Dia ingin mengelurkan setiap orang percaya untuk keluar dari masa tribulasi yang akan terjadi nanti.

d.      Bema

Bema adalah momentum pengadilan Kristus bagi setiap orang percaya di sorga (2 Kor. 5:10). Bema merupakan istilah yang digunakan dari bahasa Yunani yang berarti “kursi pengadilan”. Perjanjian Baru menggunakan kata bema untuk menjelaskan pengadilan Tuhan atas gereja. Rasul Paulus sering mengingatkan dalam tulisan suratnya bahwa suatu saat setiap irabg oercaya akan menghadap pengadilan Kristus untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan baik maupun jahat yang pernah dilakukan selama masih hidup di dunia.[36]

Bema bukanlah kursi pengadilan untuk menjatuhkan hukuman, tetapi tempat Kristus ketika memperhatikan jemaat dalam arena perlombaan rohani dan iman di dunia saat ini. Sesudah melaksanakan pertandingan rohani, gereja harus berkumpul disekitar kursi pengadilan tersebut untuk menghadap Kristus, Sang Hakim yang adil, guna menerima mahkota yang layak diterima sebagai hadiah atas perbuatan baik yang dilakukannya atau tidak memperoleh upah sama sekali karena selama berada di dunia senantiasa hidup dalam dosa dan mengikuti hawa nafsu kedagingan (2 Kor. 5:10).[37]

2.      Soteriologi

Soteriology atau biasa juga disebut sebagai doktrin keselamatan. Sebab Kata soteriology berasal dari kata Yunani Soterion atau soteria yang berarti keselamatan. Setiap orang percaya diselamatkan hanya karena iman, namun yang menjadi pertanyaan bagi banyak orang iman yang seperti apa untuk memperoleh keselamatan tersebut.

Dalam teks 2 Timotius 4:6-8 juga membahas tentang memelihra iman. Apakah ini ada kaitanya dengan keselamatan orang percaya? Bagaimana jika iman dalam teks tidak tersebut tidak terpelihara, apakah orang percaya tidak diselamatkan? Dengan demikian jika keselamatan bergantung pada manusia, berarti ada campur tangan manusia dalam keselamatan orang percaya. Maka karena itu, penulis membahas kata memelihara iman dalam teks tersebut dengan mengkaitkan implikasi bagi keselamatan orang percaya. Hal ini akan diperjelas di bab selanjutnya.

8.      Analisa Eksegetikal

Berdasarkan Terjemahan Baru versi Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) 2 Timotius 4:6-8 adalah:

6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.  7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. 8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

                       

Paulus ingin agar dalam kondisi apapun yang dialami Timotius, ia tetap memelihara imannya kepada Yesus Kristus, karena Paulus sudah terlebih dahulu melakukannya dan Paulus juga sudah merasakan banyak penderitaan yang dialami dalam pelayanannya. Sebab pada saat itu banyak muncul guru-guru palsu yang mencoba untuk mempengaruhi iman orang-orang saat itu. Sehingga Paulus mengingatkan kepada Timotius agar ia tetap memegang ajaran yang benar dan mengajarkan kebenaran kepada jemaat pada saat itu.

           

Jadi, penulis menginginkan agar Injil yang benar tetap diberitakan oleh Timotius sebagai pelayan Tuhan pada saat itu. Sehingga banyak orang yang tetap bertahan di dalam Kristus sampai akhir hidupnya.

 

Langkah Pokok 3: Study Ekstensif

Hasil Penafsiran Eksegesis Surat 2 Timotius 4:6-8

            Setelah melakukan tahapan analisa-analisa pada langkah 2 (studi intensif) mengenai teks 2 Timotius 4:6-8, maka kesimpulanya adalah sebagai berikut:

Pertama, Paulus diakhir hidupnya menasihati Timotius untuk tetap memberitakan Injil, meskipun dalam pemberitaannya ia harus menderita. Paulus juga menasihatkan kepada Timotius agar berhati-hati terhadap ajaran guru-guru palsu yang mencoba untuk memutarbalikan kebenaran. Sebab bukan hal yang mudah bagi Timotius yang masih muda untuk menanggung beban pelayanan yang diberikan kepadanya.

Kedua, Paulus memberi penghiburan dalam penulisan suratnya kepada Paulus mengenai mahkota kebenaran. Ia menjelaskan bahwa setiap orang percaya yang setia sampai akhir akan memperoleh mahkota kebenaran tersebut.

Ketiga,  Memelihara iman merupakan tanggungjawab setiap orang percaya. Hal ini berkaitan dengan upah yang akan diterima bagi mereka yang berada dijalur perlombaan. Karena setiap orang yang sudah diselamatkan memiliki tanggungjawab untuk mengejar mahkota tersebut, sehingga ia dapat kembali mempersembahkannya itu kepada Tuhan.

BAB IV

KESIMPULAN

1.      Kesimpulan

1.1.Kesimpulan Langkah Pokok 1

Genre surat 2 Timotius bersifat individual, dimana penulis ini mengharapkan banyak hal kepada pembaca surat tersebut. Paulus penulis pesan yang merupakan senior pastor dari Timotius yang adalah juniornya. Bukan hanya itu, penulis surat ini juga menganggap ada ikatan yang dekat seperti seorang ayah dan anak. Paulus menulis surat ini sekitar tahun 65-66 M. Penulisan surat ini sangat dramatis, karena Paulus pada saat itu sedang berada dalam penjara, sebentar lagi akan mendapatkan hukuman mati.

Surat 2 Timotius ditulis karena Paulus ingin menasihatkan Timotius untuk melanjutakn tugas pelayanan yang Tuhan percayakan kepadanya. Selain itu, Paulus juga memberi semangat kepada Timotius, sebab tugas tersebut tidaklah mudah bagi seorang pemuda seperti Timotius. Maka Paulus memberi pesan seperti seorang ayah kepada anaknya yang begitu simpatik terhadap keadaannya pada saati itu.

1.2.Kesimpulan Langkah Pokok 2

Iman menjadi pembahasan yang menarik dalam langkah ini. Dalam surat Paulus yang lain tertulis bahwa orang percaya diselamatkan karena iman, bukan hasil usaha manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa keselamatan mutlak karya Allah bagi kehidupan manusia. Namun dalam 2 Timotius 4:6-8 seolah-olah terjadi kontras dengan tulisan lainnya. Paulus memberitahukan kepada Timotius bahwa dirinya telah memelihara iman.

Dalam pembahasan sebelumnya iman adalah pemberian Allah, manusia tidak dapat beriman tanpa Allah yang mengaruniakannya. Namun apa jadinya jika Paulus tidak dapat memelihara iman? Bukankah ini mengindikasikan bahwa keselamatan diperoleh karena campur tangan manusia. Sebab ada usaha manusia untuk terus-menerus memelihara imannya.

Namun dalam kesimpulan ini, menurut teks dan beberapa langkah yang sudah dijelaskan. Teks ini tidak sedang menekankan keselamatan yang Allah berikan, namun lebih kepada tanggungjawab orang yang sudah menerima karya Allah tersebut untuk mengerjakannya. Karena pada saat kedatangan Tuhan yang kali kedua, orang percaya akan mendapatkan upah dari hasil yang telah ia kerjakan selama masih ada di bumi ini.

Jadi, keselamatan mutlak Allah yang berikan, namun setelah Allah memberikan keselamatan tersebut orang percaya harus tetap bertanggungjawab terhadap keselamatan yang Allah berikan itu. Sebab ini akan mempengaruhi upah yang Tuhan berikan kepadanya ketika hari-Nya tiba.

2.      Jawaban Atas Pertanyaan

2.1.Apa makna memelihara iman menurut 2 Tim.4:6-8?

Menjelang akhir hidup Paulus, ia tetap setia kepada Tuhan meskipun banyak penderitaan yang dialaminya dalam pemberitaan Injil. Oleh karena menjelang kematianlah Paulus menuliskan kata “memelihara iman” sebab kematiannya sudah dekat dan ia mau mengajarkan kepada Timotius bahwa apapun yang dialami dalam pelayanannya, Timotius harus tetep setia sampai akhir hidupnya. Selain itu, Paulus juga memberikan berita sukacita tentang orang yang telah memelihara imannya seperti memperoleh mahkota kebenaran yang Tuhan berikan kepada mereka yang setia. Jadi, makna kata memelihara iman yaitu menjaga apa yang Tuhan sudah berikan dengan setia mengikuti perlombaan selama berada dalam dunia ini.

2.2.Mengapa orang percaya harus memelihara iman?

Karena bagi mereka yang setia sampai akhir hidup akan memperoleh mahkota sesuai dengan perlombaan yang ia ikuti. Dalam hal ini Paulus akan mendapatkan mahkota kebenaran, karena ia telah setia menunggu kedatangan Tuhan dengan tetap memelihara imannya.

2.3.Apa implikasi memelihara iman bagi keselamatan orang percaya?

Keselamatan adalah hal yang mutlak yang Allah berikan kepada manusia. Hanya anugerah-Nya manusia dapat diselamatkan. Namun ada tanggungjawab yang manusia harus kerjakan selama masih ada di dunia.

Rasul Paulus dalam tulisannya banyak mengajarkan kepada jemaat harus tetap masuk dalam pertandingana iman, berusaha sungguh-sungguh untuk memenangkan pertandingan iman tersebut. Sebab dasar penilaian Kristus terhadap orang percaya dalam hal memberi pahala bukanlah iman, tetapi buah iman, yaitu perbuatan baik dan kesucian hidup dari setiap jemaat selama menjalani kehidupan kekeristenan di dunia. Dengan kata lain, pengadilan tersebut tidak berhubungan dengan keselamatan karena semua jemaat sudah masuk atau berada di sorga. Jadi, kata memelihara iman dalam teks ini untuk menjelaskan upah yang akan diperoleh ketika orang percaya masuk sorga.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Kepustakaan

Barclay, William. Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

Benyamin Hakh, Samuel. Perjanjian Baru (Sejarah, pengantar dan pokok-pokok teologinya). Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019.

Bergant, Dianne, dkk. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Berkhof, Louis. Teologi Sistematika. Surabaya: Momentum, 1997.

Budiman, R. Taf. Alk. Surat-surat Pastoral I&II Timotius Dan Titus. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Browning, W.R.F. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013.

Carson, D.A. An Introduction To The New Testament. Malang: Gandum Mas, 2016.

C. Ryrie, Charles. Teologi Dasar 2: Panduan Populer untuk Memahami Kebenaran Alkitab. Yogyakarta: Andi Offset, 1991.

C. Tenny, Merrill. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2013.

D. Fee, Gordon. New Testament Exsegesis. Malang: Literatur SAAT, 2011.

Ehrman, Bart D. The New Testament: A Historical Introduction to the Early Christian Writings. New York, Oxford: Oxford University Press, 2004.

Eko Basuki, Yusuf. Kristen Pemenang: Meraih Kemenangan Iman dengan Strategi Tuhan. Yogyakarta: Garudhawaca, 2014.

Eko Basuki, Yusuf.  Pertumbuhan iman yang sempurna: Menumbuhkan iman sesuai kehendak Allah. Yogyakarta: Garudhawaca, 2014.

Frame. James, Everett. The Epistle of ST. Paul to the Thessalonians, The International Critical Commentary. Edinburgh: T &K, Clark, 1970.

Guthrie, Donald, dkk. Tafsir Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2006.

Guthrie, Donald. Pengantar Perjanjian Baru Volume 2. Surabaya: Momentum, 2013.

Jacobs SJ, Tom. Syalom, Salam, Selamat, Beberapa refleksi Kritis mengenai Soteriologi. Yogyakarta: Kanisius, 2007.

J. Bailey, Brian. Pilar-Pilar Iman. Jakarta: Zion Christian Publishers, 2020.

Lee, Witness. Kerajaan (2). Jakarta: Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia, 2019.

Lohse, Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1989.

Lohse, Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Pandensolang, Welly. Eskatologis Biblika. Yogyakarta: Andi, 2004.

Pfeiffer, Charles F, dkk.  The Wycliffe Bible Commentary; Tafsir Alkitab Wycliffe Volume 3 Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2001.

Ridderbos, Herman. Paulus: Pemikiran Utama Theologinya. Surabaya: Momentum, 2008.

Rifai. Superioritas Kristus dalam Kitab Ibrani: mengungkapkan Kitab Ibrani. Surakarta: Yoyo Topten Exacta, 2019.

Santoso, Bravo. Merenungkan Katekismus Heidelberg. Tangerang: Bhuana Ilmu Populer, 2018.  

Tulluan, Ola. Introduksi Perjanjian Baru. Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1999.

Walvoord, John F. Pengangkatan ke Sorga, dalam jalan Menuju Armagedon. Batam: Wesley Brill, J. Tafsiran Surat Timotius & Titus (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996), 53.

Interaksara, 2000.

Willimington, Eskatologi. Malang: Gandum Mas, 1997.

 

Aplikasi

KBBI.offline, 2020.      

Versi-versi terjemahan diambil dari Software, BibleWorks-Version 8.0.012g

 

 



[1]Herman Ridderbos, Paulus: Pemikiran Utama Theologinya (Surabaya: Momentum, 2008), 174.

[2]Louis Berkhof, Teologi Sistematika (Surabaya: Momentum, 1997), 194.

[3]Rifai, Superioritas Kristus dalam Kitab Ibrani: mengungkapkan Kitab Ibrani (Surakarta: Yoyo Topten Exacta, 2019), 156.

[4]Bravo Santoso, Merenungkan Katekismus Heidelberg (Tangerang: Bhuana Ilmu Populer, 2018), 390 .

[5]Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 167.

[6]KBBI.offline,2020.

[7]Yusuf Eko Basuki, Kristen Pemenang: Meraih Kemenangan Iman dengan Strategi Tuhan (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014), 53.

[8]Brian J. Bailey, Pilar-Pilar Iman (Jakarta: Zion Christian Publishers, 2020), 17

[9]Yusuf Eko Basuki, Pertumbuhan iman yang sempurna: Menumbuhkan iman sesuai kehendak Allah (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014), 129.

129

[10]Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2: Panduan Populer untuk Memahami Kebenaran Alkitab (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), 15.

[11]W.R.F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 20130, 419.

[12]Tom Jacobs, SJ.Syalom, Salam, Selamat, Beberapa refleksi Kritis mengenai Soteriologi (Yogyakarta: Kanisius, 2007), 3.

[13]Bart D. Ehrman, The New Testament: A Historical Introduction to the Early Christian Writings (New York, Oxford: Oxford University Press, 2004),  411.

[14]Charles F. Pfeiffer.dkk, The Wycliffe Bible Commentary; Tafsir Alkitab Wycliffe Volume 3 Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2001), 898.

[15]Donald Guthrie.dkk, Tafsir Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2006), 712.

[16]Dr. R. Budiman, Taf. Alk. Surat-surat Pastoral I&II Timotius Dan Titus (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 112-113.

 

[17]Gordon D. Fee, New Testament Exsegesis (Malang: Literatur SAAT, 2011), 3.

[18]Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume 2 (Surabaya: Momentum,2013), 200.

[19]Dr. R. Budiman, Taf. Alk. Surat-surat Pastoral I&II Timotius Dan Titus (Jakarta: BPK Gunung Mulia), xii.

[20] D.A Carson & Douglas J. Moo, An Introduction To The New Testament (Malang: Gandum Mas,2016), 675.

[21]Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1989), 40.

[22]D.A Carson & Douglas J. Moo, An Introduction To The New Testament (Malang: Gandum Mas,2016), 677.

[23]Dr. R. Budiman, Taf. Alk. Surat-surat Pastoral I&II Timotius Dan Titus (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 75.

[24]Merrill C. Tenny, Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2013), 423.

[25]Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume 2 (Surabaya: Momentum, 2013), 229.

[26]Dianne Bergant, CSA.& Robert J. Karris, OFM.,Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 397

[27]J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Timotius & Titus (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996), 53.

[28]Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru (Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1999), 232-233.

[29]Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru (Sejarah, pengantar dan pokok-pokok teologinya) (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 248-256.

[30]Witness Lee, Kerajaan (2) (Jakarta: Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia, 2019)

[31]William Barclay, Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5 , (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 123

[32]Versi-versi terjemahan diambil dari Software, BibleWorks-Version 8.0.012g

[33]Welly Pandensolang, Eskatologis Biblika (Yogyakarta: Andi, 2004), 102.

[34]Ibid, 104.

[35]John F. Walvoord, Pengangkatan ke Sorga, dalam jalan Menuju Armagedon (Batam: Interaksara, 2000), 45.

[36]James Everett Frame, The Epistle of ST. Paul to the Thessalonians, The International Critical Commentary (Edinburgh: T &K, Clark, 1970), 188-189.

[37]Willimington, Eskatologi (Malang: Gandum Mas, 1997), 32-33.




Post a Comment

0 Comments