Header

PERTOBATAN - PENJELASAN SEDERHANA MENGENAI PERTOBATAN

 

PERTOBATAN 

§  Kata yang dipakai untuk menunjukkan pertobatan dalam Perjanjian Lama adalah Nicham  ~xn dan Shubh bwv. Kata nicham bentuk niphal dari nacham, yang artinya menyesal, tergerak oleh belas kasihan atau bertobat dari perbuatan yang salah (Hakim-hakim 21:6; Ayub 42:6; Yeremia 8:6; 31:9). Kata lainnya adalah Shubh yang artinya berbalik, pergi ke arah yang berlawanan (1 Raja-raja 8:35; Ayub 36:10; Yesaya 59:20; Yehezkiel 3:19; Nehemia 9:35). Secara positif, kata ini juga berarti berbalik kepada Allah (Mazmur 51:15; Yesaya 10:21; Yeremia 4:1; Hosea 14:1; Amos 4:8; Maleakhi 3:7).

§  Dalam Perjanjian Baru, kata ‘pertobatan’ mengunakan kata Yunani metanoeo dan epistrepho. Istilah metanoeo memiliki kata dasar meta,noia (metanoia), dimana dalam Septuaginta kata ini adalah terjemahan kata Ibrani nacham. Metanoia secara hurufiah berarti perubahan pikiran atau hati. Metanoia bukan berarti berbalik dari perbuatan yang jahat, tetapi berbalik kepada arah yang baru (Matius 3:8; Kisah Para Rasul 11:18; 2 Timotius 2:25). Kata lainnya adalah evpistrofh, (epistrepho) yang bentuk kata bendanya dipakai hanya satu kali di Perjanjian Baru, yaitu di Kisah Para Rasul 15:3. Secara literal epistrepho berarti “berputar kembali” atau “berbalik arah”. Jadi, kata ini menunjukkan suatu perubahan total dalam perilaku, suatu pembalikan gaya hidup seseorang, suatu gerakan berputar kembali atau berbalik arah sepenuhnya. Secara negatif berarti suatu tindakan berbalik dari jalan-jalan yang fasik (Kisah Para Rasul 3:26) atau dari kesalahan-kesalahan (Yakobus 5:20). Namun juga digunakan secara positif, misalnya berbalik kepada Allah (Lukas 1:16; Kisah Para Rasul 9:35; 11:21; 2 Korintus 3:16). Terkadang kata ini digunakan juga secara positif dan negatif bersama-sama, misalnya dalam Kisah Para Rasul 14:15; 26:18 dan  1 Tesalonika 1:9. Kata metanoia dan epistrophe digunakan secara terpisah (band. Kisah Para Rasul 15:3 dengan 11:18), namun juga digunakan bersama-sama sehingga menunjukkan bahwa makna kedua kata ini dapat dipertukarkan (Kisah Para Rasul 26:30).

§  Dari uraian di atas, maka pertobatan dapat didefinisikan sebagai karya Allah dalam kasih karuniaNya menyebabkan seseorang secara sadar menyesali, berbalik dari dosanya dan kembali kepada Allah di dalam suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan dalam bentuk suatu cara berpikir, merasa dan berkehendak yang baru.

 

Aspek-Aspek Pertobatan

Sekalipun dalam pertobatan dapat dibedakan aspek-aspek tertentu, namun pertobatan tetap merupakan pengalaman yang bersifat satu kesatuan, sehingga aspek-aspek tersebut tidak boleh dipisah-pisahkan. Aspek-aspek tersebut adalah:

1.      Aspek Intelektual

Pertobatan sejati selalu melibatkan pengenalan akan kekudusan dan keagungan Allah (Yesaya 6:5). Di sini pertobatana mencakup kesadaran dan pengakuan akan dosa sekaligus pemahaman akan kasih setia Allah yang siap sedia mengampuni.

2.      Aspek Emosional

Pertobatan menyangkut aspek emosional, dimana harus ada dukacita dalam hati atas dosa itu sendiri, bukan hanya atas akibat dosa. Paulus menyebutnya dukacita “menurut kehendak Allah” (2 Korintus 7:10). Akar dukacita dari pertobatan haruslah berasal dari kasih kepada Allah dan penyesalan karena melakukan apa yang tidak memperkenan hatiNya. Tetapi selain dukacita, haruslah terdapat sukacita atas pengampunan Allah, sukacita dalam melakukan kehendak Allah dan sukacita dalam persekutuan dengan sesama.

3.      Aspek Volisional

Perobatan sejati harus menyangkut perubahan dalam tujuan dan motivasi. Perubahan batin harus nyata dalam tindakan kembali kepada Allah dengan sikap ketaatan yang penuh ucapan syukur. Pendeknya bertobat berarti menghasilkan buah pertobatan. Pertobatan selalu menghasilkan hidup yang berbuah bagi Allah.

 

Pertobatan Karya Allah dan Manusia

Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa pertobatan adalah karya Allah dan juga karya manusia. Memang, banyak bagian Alkitab yang secara jelas menunjukkan bahwa pertobatan adalah karya manusia (Yesaya 55:7; Yehezkiel 33:11;Matius 4:17; Kisah Para Rasul 3:19; 17:30; 26:18; 26:20). Namun demikian, jelas Alkitab juga menunjukkan secara jelas bahwa pertobatan adalah pertama-tama karya Allah (Kisah Para Rasul 11:18; 2 Timotius 2:25 band. Yohanes 6:65; 1 Korintus 3:6). Jadi, sudah pasti manusia harus bertobat, tetapi Allah-lah yang memampukan manusia untuk bertobat.

 

 

Pertobatan Awal dan Pertobatan Progresif

Alkitab mengajarkan adanya pertobatan awal dan pertobatan progresif. Hal ini nampak dengan adanya ayat-ayat yang menegaskan bahwa pertobatan adalah suatu aktivitas seumur hidup (Roma 12:2).

Pertobatan Awal

Pertobatan awal terjadi ketika seseorang menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Saat seseorang menyadari dosanya, menyadari membutuhkan Juruselamat, mengakui dan berbalik kepada Allah yang benar di dalam Tuhan Yesus Kristus. Pertobatan ini terjadi sekali.

Pertobatan Progresif (Pertobatan terus-menerus)

Pertobatan progresif adalah pertobatan yang berlangsung terus menerus sepanjang hidup orang percaya. Ini adalah tindakan berbalik yang menjadi karakter dari keseluruhan perjalan hidup orang percaya. Pertobatan progresif secara mendasar tidak berbeda dengan pengudusan.



Post a Comment

0 Comments