Kitab Yosua
Ktab
Yosua merupakan kitab keenam dalam Alkitab yang melanjutkan riwayat bangsa
Israel yang terhenti oleh kematian Musa, Kitab Pentateukh mencatat sejarah
Israel sampai masa bangsa itu berkumpul di Lembah Moab yang terletak di sebelah
Timur sungai Yordan. Para pengganti Musalah yang mencatat penyebrangan Sungai
Yordan dan penaklukan negri yang dijanjikan.
Bukti
bahwa Yosua penulisnya adalah sebagai berikut
1. Yosua
secara tegas disebutkan sebagai penulis dari bagian-bagian, misalnya, “Yosua
menuliskan semuanya itu dalam kitab hukum Allah (Yosua 24:26).
2. Peristiwa-peristiwa yang melaporkan secara rinci hubungan pribadi Yosua dengan Allah (contoh: Yosua 1:1; 3:7; 4:2; 5:2; 6:2; 7:10; 8:1; 10:8 dan 20:1). Pemaparan yang diutarakan sering sedemikian rincinya sehingga hanya dapat dicatat oleh seorang saksi mata.
4. Penggunaan
kata ganti orang “kita”dalam pasal 5:6 menunjukan bahwa sekurang-kurangnya
penggalan ini merupakan suatu pernyataan langsung dari Yosua.
5. Beberapa
pernyataan mengenai peristiwa-peristiwa sejarah menunjukan bahwa kitab itu
ditulis sebelum Israel berbentuk kerajaan dan dengan demikian ditulis pada
zaman Yosua, bukan pada masa kemudian. (Contoh: Yosua 9:23; 13:6; 15:63; dan
16:10 adalah bagian-bagian yang memaparkan peristiwa-peristiwa yang mendahului
Daud dan Salomo).
6. Kitab
Talmud menyatakan bahwa Yosualah yang
menulis seluruh kitab Yosua kecuali lima ayat terakhir.
Kitab
Yosua adalah sebuah kitab yang militant, yang melaporkan kemenangan-kemenangan
bangsa Israel dalam usaha menaklukan dan memiliki negri perjanjian. Dua belas
pasal mula-mula menceritakan tentang pristiwa penaklukan atas negri itu dan dua
pasal terakhir menceritakan pembagian negri itu diantara suku-suku Israel. Hal
ini tidak terlepas dari bimbingan dan kuasa Allah atas bangsa Israel. Yosua dan
Kaleb merupakan orang yang diselamatkan ketika pengembaraan di Padang Gurun,
kedua orang tersebut merupakan bagian dari kedua belas pengintai. Jadi usia dan
pengalamannya satu generasi lebih banyak dari orang-orang sezamanya. Allah
secara Khusus menyatakan bahwa Yosua, sebagai pengganti Musa, seharusnya
memimpin bangsa Israel memasuki negeri perjanjian (Ul.31:14-23). Berdasarkan
hal yang praktis maupun hal yang rohani, Yosua cocok untuk menjadi pemimpin
atas bangsa Israel seperti pendahulunya Musa.
Kitab
Yosua memiliki lingkup pembicaraan seperti memaparkan sejarah Israel selama
kurang lebih tiga puluh tahun. Kata kunci dari kitab ini adalah “warisan”
(Yos.1:2,3). Dalam Alkitab bahasa Ibrani, kitab Yosua merupakan kitab pertama
Nabi-nabi yang terdahulu (Kitab Sejarah).
Analisis
Penyerbuan
ke Palestina (Pasal 1-5), Penaklukan Palestina Tengah (Pasal 6-8), Penaklukan
Palestina Selatan (Pasal 9-10), Penaklukan Palestina Bagian Utara (Pasal 11-12), Pembagian Tanah. Pemukiman di Kanaan
(Pasal 13-22), Perpisahan dengan Yosua (Pasal 23-24). Yang menarik penutup
kitab ini menceritakan kematian Yosua, hal ini seperti yang terdapat dalam
kitab Pentateukh yang menceritakan kematian Musa dibagain ayat terakhir dalam
Pentateukh.
Kitab Hakim-Hakim
Kisah
bangsa Israel dan kehidupan mereka di tanah perjanjian dilanjutkan dalam kitab
ini. Akan tetapi, penaklukan dan kemenangan Yosua diganti dengan
laporan-laporan tentang penindasan dan kekalahan. Kitab Hakim-Hakim tidak
memberikan kisah sejarah yang kronologis. Masa ketika Yosua meninggal disebut
masa kegelapan bangsa Israel, mereka tidak menikmati kedamaian dan kemakmuran
yang diinginkan Allah untuk mereka karena mereka gagal mematuhi ajaran-ajaran
ilahi. Selama masa ini pemimpin bangsa Israel disebut Hakim-Hakim, Septuaginta menterjemahkan kitab ini dengan tepat karena
pada saat itu pemerintah bangsa Israel disebut hakim.
Menurut
tradisi Yahudi, Samuellah yang menulis Kitab ini. Isi kitab ini memperkuat
bahwa waktu penulisannya adalah sekitar masa hidup Samuel. Samuel menulis kitab
ini ketika pemerintahan Saul atau Daud tetapi sebelum Daud menaklukan bangsa
Yerusalem (band. Hakim-Hakim 1:12; 2 Samuel 5:6-8; 18:31). Gelar “hakim” (yang
dalam bahasa Ibraninya shophet) mengandung arti seorang yang
berperan untuk membawa kedalam hubungan yang benar (pemimpin, pemerintah dan
penyelesaian perselisihan). Masa
hakim-hakim hampir seluas masa monarki Israel, dan Alkitab memberikan
pengertian mengenai kurun waktu ini kepada para ahli adalah sangat penting,
karena banyak sejarah yang berharga dalam kitab tersebut.
Analisis
Kata
pengantar untuk Kitab ini (1:1-3:4), Kemurtadan, Penawanan, dan pembebasan
Israel (3:5-16:31), Anarki di Israel (Pasal 17-21).
Kitab Rut
Peristiwa-peristiwa dalam kitab ini
dipaparkan pada zaman berlangsungnya para hakim atas Israel. Kitab ini
menceritakan tentang kehidupan manusia yang normal dan emosi manusia yang
dasar. saat zaman hakim banyak sekali perang dan kekacauan atas bangsa Israel,
tetapi kehidupan terus berlangsung secara aman dan normal selama jangka waktu
yang panjang. Kitab Rut kelihatannya ditulis dengan maksud untuk memberi
keterangan mengenai silsilah Daud karena informasi semacam itu tidak diberikan
dalam kitab-kitab yang ditulis oleh Samuel. Demikianlah, kitab tersebut
menuntun kepada silsilah Daud yang terapat pada akhir kitab ini.
Menurut
tradisi Yahudi menetapkan bahwa penulisan kitab ini dilakukan oleh Samuel, dan
sebuah analisis tentang gaya sastra kelihatannya mempertegas pernyataan ini.
Waktu penulisan ini pun kemungkinan sesudah Daud menjadi raja, karena hanya
sesudah saat inilah terdapat cukup minat untuk mencatat latar belakang silsilah
Daud dalam bentuk roman yang menarik. Kitab ini aditulis sekitar 150 tahun
setelah terjadinya peristiwa-peristiwa yang dilaporkannya. Menurut 1:4, kitab
ini meliputi suatu jangka waktu yang lebih dari sepuluh tahun. Terjadi dapat
bukti tertentu bahwa tahun-tahun kejadian ini terjadi semasa Gideon. Kata kunci
dari kitab ini adalah “perlindungan”(1:9). Nilai kitab ini berharga karena
ajaran-ajaran yang bersifat khas dan pelajaran-pelajaran praktis yang ada di
dalamnya seperti pernikahan Boas dengan Rut yang dianggap pemeliharan Allah
terhadap ciptaan-Nya diperhatikan secara efektif. Walaupun boleh dianggap bahwa
nasib mujur telah membawa Rut keladang Boas, peristiwa ini langsung berada
dalam maksud Allah yang jelas.
Analisis
Pilihan
Rut (Pasal 1), Rut Berangkat untuk Memungut Jelai ( Pasal 2), Rut Mendesakan
Tuntutannya pada Boas (Pasal 3), Perkawinan Rut dengan Boas (Pasal 4).
Kitab I Samuel
Bagian Alkitab ini memiliki beberapa judul,
tetapi judul yang paling dikenal didasarkan pada judul yang terdapat dalam
naskah Ibrani yang asli. Septuaginta menyebut pertama dan kedua Samuel dengan
sebutan kitab Kerajaan, sedangkan dalam Vulgata Kata “kerajaan” diterjemahkan
dengan “Raja-Raja”. Menurut pertimbangan banyak orang, tepatlah nama Samuel
dicantumkan sebagai judul kitab ini oleh karena dialah pemeran utama atau dia
yang mengurapi pemeran utama dalam cerita-cerita yang termuat dalam kitab ini.
Kitab I Samuel merupakan kitab
laporan sejarah, penekanan utama kitab ini adalah status rohani para pemimpin
dan rakyat mereka. Pengarang kitab ini yaitu Samuel (I Taw. 29:29) dan waktu
penulisan kitab ini ditulis dalam tahun-tahun terakhir kehidupan Samuel.
Sejarah Yahudi dari kelahiran Samuel sampai pemerintahan Daud digambarkan bahwa
I Samuel mencakup lebih sedikit dari satu abad sejarah bangsa itu. Samuel
merupakan satu-satunya laporan yang membuka berdirinya kerajaan dan terpilihnya
keluarga penguasa yang diakui. Samuel mengurapi Saul maupun Daud telah disebut
“Pembuat Raja.” Akibat dari keputusan untuk menyetujui suatu pemerintahan
kerajaan merupakan tema utama dari sisa kisah Perjanjian Lama tentang bangsa
Israel.
Analisis
Kisah
Samuel (Pasal 1-7), Kisah Saul (Pasal 8-15), Kisah Daud (Pasal 16-31).
Kitab 2 Samuel
Dalam naskah Ibrani
yang asli, I dan II Samuel merupakan satu kitan. Karena untuk mempermudah
terjemahan Septuaginta. Kitab II Samuel lebih bersifat biografi dibandingkan
sejarah. Realitas kehidupan rohani dan rasa persekutuan pribadi dengan Allah
sangat ditekankan dalam kitab II Samuel. Kitab ini kadang-kadang disebut “Kitab
Raja” karena hampir seluruh kitab ini mengenai Raja Daud. Kata Raja dalam kitab
ini ditemukan kira-kira 278 kali. Daud mengajarkan apapun status sesorang, ia
harus terus-menerus dekat dengan Allah.
Pengarang kitab ini menganggap bahwa
pernyataan dalam I Tawarikh 29:29, pandangan kitab II Samuel ini kemungkinan
adalah Natan dan Gad. Karena menceritakan juga tentang kematian Samuel. Kitab
II Samuel ini dihimpun segera sesudah kematian Daud. Dalam 5:5 terdapat suatu
petunjuk mengenai lamanya pemerintahan Daud secara keseluruhan, dan diduga
bahwa hal ini hanya dapat dilakukan sesudah kematiannya. Di pihak lain, sifat
dan pelaksanaan ibadah agama menunjukan bahwa bait Allah belum didirikan oleh
Salomo. Dengan demikian dianggap bahwa kitab II Samuel menguraikan empat puluh
tahun pemerintahan Daud, yang mencakup pemerintahannya atas Yehuda dan atas
Israel. Kitab ini memiliki nilai tertentu seperti dampak dosa seorang beriman
jauh melebihi dampak dosa orang lain, meskipun dosa diampuni dosa itu dapat
juga dihukum.
Analisis
Naiknya
Daud (Pasal 1-10), Tahun-Tahun Kesukaran Daud (Pasal 11-20), Tahun,Tahun
Terakhir Daud (Pasal 21-24).
Kitab I Raja-Raja
Kitab ini dimulai
dengan kata-kata “sebermula,maka” yang berkesinabungan dengan kitab-kitab
Samuel yang mendahuluinya. Akan tetapi, karena gaya penulisan dan pandangan
penulis demikian berbeda dalam kitab Raja-Raja. Kitab ini memiliki ciri yang
umum, dalam kanon bahasa Ibrani, I dan II Raja-Raja merupakan satu kitab, dan
digolongkan diantara kitab Nabi-Nabi yang terdahulu. Lingkup kitab I Raja-Raja
mencatat sejarah Israel dan Yehuda selama kira-kira 125 tahun. Dalam kitab ini
menceritakan rincian teliti mengenai sejarah bangsa Israel dan nasib takhta
Daud yang mempunyai hubungan penting dengan perjanjian ilahi. Setelah Daud,
anaknya Salomo yang menggantikannya. Namun hal buruk yang terjadi ketika Salomo
mati, karena bangsa Israel terpecah menjadi dua bagian. Peristiwa ini sangat
penting untuk diketahui, maka karena itu harus diingat dalam peristiwa ini.
Cerita kitab ini memberikan latar elakang untuk pelayanan para nabi, dan dengan
demikian memberi keterkaitan dan penerapan dalam zamannya.
Pemerintahan Salomo
Salomo membuktikan
bahwa ia seorang pemuda yang sangat bijak karena hikmatnya yang Tuhan berikan
kepadanya. Salomo menunjukan kasihnya kepada Tuhan dengan mengikuti
ketetapan-ketetapan yang telah diberikan ayahnya. Dalam pemerintahannya, Salomo
lebih memilih hikmat dari pada kekayaan. Karena baginya hikmat untuk memimpin
lebih penting dari pada kekayaan, namun tak hanya sampai disitu, Tuhan juga
memberi apa yang diperlukannya. Dan Salomo membuat bait Allah pada waktu itu,
membuat semua yang Tuhan suruh kepadanya untuk dipakai dalam peribadahan. Namun
sampai akhirnya, Salomo terkenal mengecewakan Allah. Alkitab menyatakan Salomo
jatuh bukan karena harta ataupun tahta tetapi karena ia memiliki 700 isteri dan
300 gundik, salomo memegang rekor sejarah. Dan pada akhirnya Tuhan menampakan
diri kepadanya dan memberitahu apa yang akan terjadi setelah ia mati.
Kitab II Raja-Raja
Dalam
kanon naskah Ibrani, kitab I Raja-Raja dan kitab II Raja-Raja merupakan sebuah
kitab. Pembagian yang biasa dalam Alkitab sekarang ini adalah hasil terjemahan
Septuaginta. Kitab II Raja-Raja meneruskan kisah sejarah dengan pemerintahannya
Ahazia (pengganti Ahab) sampai kepada raja Yehuda yang ditawan. Kitab ini
disepakati bahwa hanya ada seorang penulis saja. Jadi jika Yeremia dinobatkan
sebagai penulis Kitab I Raja-Raja, maka diapun yang menulis kitab II Raja-Raja.
Namun bukanlah Yeremia yang menulis kitab ini, melainkan sikap dan keadaan yang
sama yang dialami penulis. Bersama Yeremialah ia merasa terbeban dan
keprihatinan terhadap kemurtadan. Kitab
ini memiliki jangka waktu dua setengah abad waktu sejarah took-tokoh dalam
kitab ini dihubungkan dengan penanggalan sekuler yang diterima. Kitab ini
mencatat dua puluh tujuh raja Israel dan Yehuda dan apa tindakan Allah terhadap
mereka. Kitab ini merupakan kitab yang sistematis tentang sejarah nasional
Yahudi.
Kemerosotan dan Kejatuhan Yehuda
Hizkia,
putra Ahas, naik takhta Yehuda pada usia dua puluh lima tahun. Pada permulaan
pemerintahannya ia mengadakan pembaharuan rohani yang luas dengan melenyapkan
berhala kafir dari negri itu. dan membersihkan serta menahbiskan kembali ke
bait suci kepada peribadatan terhadap Yahwe. Hizkia merupakan raja yang saleh,
raja ini patut dipuji. Pembaharuan yang dilakukan dengan cepat sehingga
tanggapan rakyatpun makin cepat. Namun Hizkia memiliki kegagalan, faktornya
adalah karena harta benda yang dia miliki sehingga kekayaan nasional itu
diserahkan. Dan pada akhirnya kerajaan Yehuda mengalami keruntuhan, sekalipun
nabi Yeremia telah memperingati kebodohan mengharapkan bantuan dari Mesir,
tampaknya pemberontakan Zedekia didasarkan pada pengharapan semacam itu. namun
sampai akhir, Zedekia ditawan, putra-putranya dibunuh didepan matanya, matanya
dicungkil, lalu dalam keadaan terbelenggu ia dibawa ke Babel. Orang-orang Babel
menghancurkan kota Yerusalem dengan kejam, termasuk bai suci yang telah berdiri
selama 400 tahun, tembok kota, gedung-gedung pemerintah, dan bahkan rumah-rumah
pribadi. Seluruh rakyat keculi orang-orang paling miskin dibawa tertawan di
Babel, sementara sekitar 60 orang yang merupakan pejabat-pejabat utama dari
bait suci dan kota-kota serta para pemimpin rakyat dihukum mati.
Kejadian-kejadian ini berlangsung pada tahun 586 SM. Yeremia sudah berusaha
untuk menasehatkan bangsa itu untuk terus hidup saleh namun dihiraukannya. Lalu
Yeremia meninggalkan kota itu, tafsiran mereka yaitu Yeremia penghianat, karena
itu ia dipenjarakan. Ketika Nebukadnezar merebut kota itu ia membebaskan
Yeremia lalu dibawa ke Mesir, namun di Mesir Yeremia di lontari batu karena
orang-orang Yahudi di situ menyembah berhala. Nebukadnezar menunjuk Gedalya,
seorang Yahudi dari golongan atas, sebagai gubernur, ia merupakan sahabat
Yeremia, dan ia pernah menyelamatkan nabi itu. Kitab II Raja-Raja berakhir
dengan laporan tentang Yoyakhin yang mengalami kenaikan pangkat setelah tiga
puluh tujuh tahun dipenjara.
Kitab-Kitab Tawarikh
Kitab Tawarikh tidaklah berisi bahan yang baru. Kitab ini banyak meninjau histori dari kitab Samuel dan Raja-Raja serta bagian permulaan kitab Ezra. Menurut perhitungan seorang ahli dalam kitab Tawarikh, terdapat 27 kisah yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab sejarah yang lain. Isi kitab ini merupakan bagian-bagian yang ada dalam kitab-kitab sebelumnya. Kitab keuda kitab ini dalam kanon bahasa Ibrani dilestarikan sebagai satu kitab sampai tahun 1517. Sampai masa itu judul kitab Tawarikh dalam bahasa Ibrani dapat diterjemahkan dengan berbagai cara sebagai “Tawarikh Zaman” atau peristiwa-peristiwa zaman” Kanon bahasa Ibrani menghubungkan Tawarikh dengan Ezra dan Nehemia (yang merupakan satu kitab dalam kanon itu) dan Daniel. Ketiga kitab ini ditempatkan terakhir dalam Kethubhim Ibrani atau Tulisan-tulisan suci.
Pengarang
kitab ini tidak menyebutkan siapa yang menulis kitab-kitab ini. Akan tetapi,
menurut anggapan banyak orang, termasuk para ahli tradisi Yahudi, kitab-kitab
ini disusun oleh Ezra, ahli kitab itu, terkecuali bagian-bagian berkenan dengan
kematiannya. Kitab Ezra secara langsung melanjutkan kisah dari kitab Tawarikh.
Hubungan antara kitab Ezra dan kitab Tawarikh dapat dinyatakan sebagai berikut:
1) Kedua kitab tersebut kadang menggunakan istilah-istilah Kasdim; 2) Kedua
kitab tersebut menulis mata uang Persia yang dikenal dengan dram atau dirham (I Tawarikh 29:7; Ezra
2:69); 3) Kedua kitab tersebut menggunakan fase yang sama ketika mengutip
Taurat (1 Taw. 23:31; Ezra 3:4); 4) Kedua kitab ini menulis dari segi keimaman;
5) gaya sastra dan keduanya sangat mirip.
Menurut
II Tawarikh 36:9-23, penulis tinggal di Babel yag merupakan tempat kediaman
Ezra pada tahun permulaan kehidupannya. Penulis juga memiliki kemampuan sama
seperti Ezra yang teliti ketika menulis kitab. Dan dalam I Tawarikh, penulis
merupakan keturunan Daud sampai generasi keenam sesudah Zerubabel, menunjukan
bahwa penyusunan kitab ini dilakukan selama masa terakhir dari periode
Pemulihan, yang sezamannya dengan Ezra. Kitab ini merupakan laporan sejarah
tentang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan bangsa pilihan sejak kematian Saul.
Kitab ini memiliki lingkup pembicaraan selama 500 tahun dari sejarah Yehuda.
Nilai yang terdapat
dalam kitab ini seperti telah diperhatikan, kitab-kitab Tawarikh memberikan
sedikit fakta sejarah saja yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab yang lain.
Kitab ini menyingkapkan betapa berhrganya fakta-fakta sejarah. Kitab ini
mendaftarkan rangkaian dan pembagian para imam dan orang Lewi. Serta melaporkan
prosedur dalam melaksanakan Ibadah umum pada masa pemerintahan Daud, Salomo,
Hizkia, dan Yosia. Bagi orang-orang buangan yang kembali, laporan terinci
tentang garis keturunan dan hubungan rohani merupakan sebuah dokumen paling
berharga.
Kitab Ezra
Kitab Ezra melanjutkan
kisah yang terhenti dalam kitab Tawarikh dan mengembangkan cerita tentang
kembalinya bangsa Yahudi ke tanah Kanaan. Kitab ini merupakan Nama dari penulis
sendiri yang menceritakan hidupnya pada pasal 7-10. Dalam kanon bahasa Ibrani, sampai tahun 1448,
kitab Ezra dan kitab Nehemia dianggap sebagai satu kitab, sekalipun nama kitab tersebut
dipertahankan.
Sifat
dan tema kitab Ezra merupakan
sejenis catatan harian atau laporan jurnal tentang dua kali pemulangan
orang-orang Yahudi yang menjadi tawanan ke tanah air mereka. Pasal 1-6
menceritakan tentang kembalinya bangsa Yahudi dibawah pimpinan Zerubabel dan
Yesua, sedangkan pasal 7-10 menceritakan kembalinya bangsa Yahudi dibawah pimpinan
Ezra sendiri.
Pengarang
kitab ini ditulis oleh Ezra sendiri. Sudah tentu, peristiwa-peristiwa yang
terdapat dalam enam pasal yang mula-mula, terjadi hampir 60 tahun sebelum Ezra;
Karenanya hal-hal itu hanya dikumpulkannya dari dokumen-dokumen yang ada.
(sehingga tertulis dalam bahasa Aram). Dalam pasal 7, menceritsksn tentang
kehidupannya sendiri.
Lingkup pembicaraan kitab pada masa
yang diliputi kitab Ezra adalah sekitar 80 tahun, tetapi kisahnya tidaklah
berkesinabungan. Pasal 1-6 menggambarkan dua puluh tahun permulaan dari lingkup
pembicaraan kitab; sedangkan pasal 7-10 hanya menggambarkan satu atau dua tahun
dari waktu tersebut.
Nilai kitab, Ezra dengan sangat
hidup memperlihatkan kesetiaan Allah dalam mempertahankan Firman-Nya; dan
secara wajar mengemukakan keperluan mutlak untuk taat pada Firman Allah dalam
segala situasi kehidupan. Pada waktu umat Allah berada dalam hubungan yang
benar dengan-Nya, maka Firman-Nya akan menjangkau seluruh kehidupan mereka,
yang mencakup bidang agama, sosial, dan pemerintahan.
Kitab Nehemia
Antara
kitab Ezra dan kitab Nehemia terdapat selang waktu yang singkat, sekitar dua
belas tahun. Kitab ini lebih khusus menceritakan riwayat hidupnya, sekalipun
keberuntungan sisa umat Yahudi yang ada di Palestina berkaitan erat
kehidupannya. Kitab ini memperhatikan tentang pendirian tembok-tembok kota
Yerusalem. Sekalipun umat Yahudi yang kembali telah berada di Palestina hampir
seabad. Nehemia memberikan semangat kepada setiap orang Yahudi yang berada di
Palestin pada saat itu. Ketika tembok-tembok itu berhasil dibangun kembali, Nehemia mencurahkan tenaganya pada
pembentukan pemerintahan sipil di Palestina, dan dibidang ini pun ia mencapai
suatu warisan abadi bagi umat itu.
Pengarang
Kitab ini tentu adalah karya dari Nehemia yang namanya dipakai untuk kitab
ini. Buktinya yaitu pada pasal 1-7 dan
pasal 11-12 ditulis dengan memakai gata ganti orang pertama, dan hanya pasal 8
dan 10 yang ditulis menggunakan kata ganti orang ketiga. Lingkup Pembicaraan
kitab ini pada waktu peristiwa yang dipaparkan dalam kitab Nehemia menguraikan
dua belas tahun sejarah orang Yahudi, meskipun Nehemia sendiri masih
melanjutkan pelayanannya selama dua puluh tahun lagi. Sulit unutk mencocokkan
sejarah alkitabiah dengan sejarah sekuler, telah diusulkan untuk menghubungkan
Nehemia dengan pemerintahan Darius Nothus (424-395).
Kitab
Nehemia merupakan mata rantai penting dalam sejarah alkitabiah. Laporan tentang
pembangunan tembok kembali tembok Yerusalem dan pemukiman kota itu melatari
peristiwa-peristiwa sejarah pada masa Perjanjian Baru. Nilai yang paling
penting adalah ketika beribadah dengan hati yang murni.
Kitab Ester
Sekalipun
kanon menempatkan kitab Ester sesudah kitab Nehemia, kejadian-kejadian yang
dikisahkan dalam kitab itu sebenarnya terjadi sekitar 30 tahun sebelum hdup
Nehemia. Seandainya tidak terjadi pembebsan dibawah Ester, pasti Nehemia tidak
aka nada, maupun pembanguan kembali tembok yang dipaparkannya.
Kitab ini menceritakan bagaimana
Allah membebaskan umat-Nya pada waktu mereka terancam pembinasaan fisik. Kitab
ini khususnya bersifat patriotic dan bukan keagamaan, kitab Ester merupakan
kitab yang sama penting dengan cerita pada musa saat pembebasan pada waktu
Paskah, sehingga sampai saat ini kitab Ester dibaca pada hari raya mereka, dan
mereka menghargai kisahnya mengenai asal mula hari raya Purim. Kitab ini tidak
menggunakan kata Allah karena pada saat menceritakan ringkasan dari laporan-laporan istana Persia yang resmi
dengan menghilangkan acuan pada kepercayaan dan kebiasaan agama rang Yahudi.
Penulis kitab ini merupakan orang yang mengetahui tentang kerajaan Persia pada
saat itu, orang yang mengetahui sezamannya yaitu Mordekhai. Dan kejadiannya
dalam kitab Ester ini diperkirkan telah terjadi
selama waktu dua belas tahun.
0 Comments