Header

Menjawab Permasalahan Alegorisasi Tabernakel

 

Menjawab Permasalahan Alegorisasi Tabernakel

            Pada abad dua belas, Richardus dari St. Victor (1123-1173, murid Hugo dari St. Victor, telah menulis mengenai Tabernakel, tetapi sangat disayangkan karena karya ini dipandang sebagai alegorisasi dalam penafsiran mengenai Kemah Suci, karya teologi yang cenderung bersifat mistis, yang aneh, berlebihan, dan bombastis. Informasi Ensiklopedia Alkitab Masa Kini juga menyatakan bahwa telah timbul “citra buruk” mengenai penafsiran-penafsiran terhadap Tabernakel pada abad-abad awal. Juga diinformasikan bahwa telah terjadi pertentangan dalam hal model fisik da konstruksi fisik Kemah Suci.

            Penggunanan metode alegoris diawali fisik dan konstruksi fisik Kemah Suci. Philo Judeus, untuk menjembatani ketidak sesuaian Kitab Suci PL dengan filsafat Yunani yang berkembang di Alexsandria di mana terdapat komunitas Yahudi. Masalahnya diduga bahwa penafsiran alegoris berakar pada filosofi Plato, yaitu realitas sejati bersembunyi di balik apa yang nampak oleh mata, dan dalam konteks sastra makna teks tersembunyi di balik kata-kata yang tertulis. Alegoris tidak memiliki prinsip jelas.

         Studi Tabernakel merupakan pembahasan yang menyeluruh di dalam Alkitab. Tabernakel adalah salah satu objek dalam Perjanjian Lama, namun studi terhadap objek ini dikenal secara global, dengan banyaknya penulis luar negri yang menuliskan penafsirannya terhadap objek ini. Fenomena ini menyiratkan betapa penting dan relevannya studi Tabernakel, maka secara hermeneutis kepentingan penafsiran objek ini melebihi objek lainnya di PL, karena para penulis yang umumnya merupakan penulis-penulis luar negri yang menuangkan hasil kajian mereka, baik berupa buku-buku, tulisan-tulisan di jurnal-jurnal teologi, atau artikel-artikel lepasan, bahkan menjadikannya sebagai tesis dan disertasi sebagai hasil akhir studi pasca sarjana di bidang teologi. Jadi studi terhadap Tabernakel tidaklah langka di dunia internasional, namun masih langka di Indonesia.

Post a Comment

0 Comments