LATAR BELAKANG HERMENEUTIS TABERNAKEL
Allah semula hadir bagi manusia
karena Dia yang menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, walau apapun
terjadi, Allah bertanggungjawab atas keselamatan mereka yang oleh iman
mempercayai Yesus Kristus sebagai Mesias. Dalam Perjanjian Baru yang menggenapi
Perjanjian Lama, Yesus hadir ditengah-tengah umat manusia, karena melalui
kehadiran-Nya manusia dapat mengenal Allah dan dapat percaya kepada-Nya.
Sehingga setiap orang yang percaya kepada Yesus akan diselamatkan.
Hubungan Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru
Tabernakel adalah objek Perjanjian
Lama, sering disebut oleh Alkitab (LAI) dengan Kemah Suci yang berarti tempat
Allah hadir, lalu dalam perkembangannya menjadi permanen, disebut dengan Bait
Suci. Memahami segala sesuatu yang terdapat di Perjanjian Lama perlu
mengaitkannya dengan Perjanjian Baru (bnd. 2 Kor. 3:14-16), maka kita akan
melihat sebuah pemikiran yang terus berkembang, sering realita hidup di masa
Perjanjian Baru, karena segala sesuatu ada masanya.
Penyingkapan Perjanjian Lama terus
berkembang, kita perlu meyakini Alkitab sebab iman Kristen menyatakan Alkitab
sebagai satu-satunya Kitab Suci bagi seluruh manusia dari zaman ke zaman,
Firman Allah untuk setiap zaman, termasuk zaman kini. Alkitab terdiri dari
beberapa kitab, namun merupakan satu kesatuan yang utuh. Utuh karena semua
memiliki kesamaan yang menunjukan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
orang percaya. Ke 66 kitab dalam Alkitab bukan hanya kumpulan kitab-kitab tanpa
adanya keterikatan, tetepi merupakan satu kesatuan yang utuh menjadi satu
kitab. Antara kitab dengan kitab terdapat kesatuan yang amat indah.
Dalam kitab Perjanjian Baru terdapat
kutipan-kutipan mengenai segenap bagian Kitab PL, maka karena itu PL ada di PB
yang dinyatakan, PL ada di PB yang dinyatakan. Kitab PB banyak mengutip kisah
yang terdapat dalam PL, ini berarti Alkitab merupakan satu kesatuan keseluruhan
kitab. Paulus mengatakan sejarah dalam PL adalah untuk memperingatkan kita yang
hidup pada masa sekarang.
Realitas PB yang pokok mengenai
pribadi Tuhan Yesus Kristus tersirat di PL “ Dalam gulungan kitab ada tertulis
tentang aku” (Mzm. 40:8) Firman yang menjadi manusia lalu berdiam
ditengah-tengah umat manusia. Dalam surat Ibrani, Tabernakel merupakan gambaran
dan bayangan (Ibr. 8:5), yang dapat diartikan “salinan” untuk menjelaskan
ritual dan hal-hal yang terdapat dalam Perjanjian Lama, yaitu mengenai
Tabernakel., Paskah, upacara kurban dan tugas-tugas keimaman. Surat kepada
Jemaat Korintus mengingatkan akan contoh yang diberikan Tuhan melalui kehidupan
bangsa Israel dipadang gurun (1 Kor. 10:1-11), sehingga kita yang hidup dizaman
akhir ini tidak sampai jatuh dalam penyembahan berhala.
Menurut surat Ibrani, upacara
keagamaan PL adalah suatu gambar bayangan, sedangkan Kristus adalah
penggenapannya. Penulis kitab Ibrani menarik suatu pelajaran dari tradisi
Yahudi, yang terbentuk oleh ketaatan terhadap printah Allah selama
bertahun-tahun, meliputi upacara kurban, hukum-hukum, tabernakel, imamat, hari
pendamaian, dan sebagainya,.
Pola ibadah bangsa Israel dinyatakan
dalam surat Ibrani sebagai gambar baying bagi kita masa kini dengan makna yang
lebih besar. Surat ini menyatakan bahwa Kristus telah datang, melintasi Kemah
yang lebih besar dan sempurna, yang bukan buatan manusia, untuk melakukan
pelayanan kelepasan kekal (Ibr.9:11-12). Dengan demikian setiap orang yang
percaya bahwa Yesus telah datang dan berdiam (bertabernakel) ditengah umat-Nya
akan diselamatkan.
Memahami kebenaran realita ibadah
Perjanjian Baru merupakan suatu hal yang logis, karena ini merupakan gambaran
dari ibadah Perjanjian Laa secara benar. Untuk memahami kebenaran realita
ibadah “Perjanjian yang Baru’ secara utuh, maka harus memahami “gambar” ibadah
tersebut di PL juga secara utuh. Untuk memahami kebenaran realita ibadah
“Perjanjian yang baru” secara mendetail, maka harus lebih dahulu mempelajari
“gambaran” ibadah tersebut di PL secara mendetail.
Tabernakel juga merupakan wadah kehadiran Allah. Kitab
keluaran mencatat bagaimana Allahmenuntun komunitas umat-Nya ini, sampai
merealisasikan pertemuan dan kehadiran-Nya kembali di antara mereka sebagai
wujud nazar Yakub tentang “rumah Allah.” Allah mewujudkannya dalam bentuk
Tabernakel di mana IA hadir dan tinggal di antara keturunan Yakub, Israel.
Tabernakel dibangun sebagai “wadah” kehadiran Allah, namun wujudnya
terus-menerus berprogres disepanjang PL
menuju yang lebih baik di PB karena Kristus adalah Imam Besar PB (Ibr.9:11),
hinga dalam kekekalan (Why. 11:19; 15:5;21:3). Maka “wadah” ini relavan untuk
dipelajari di masa kini karena Allah yang memprakarsai, dan keintiman hubungan
dengan Allah terjadi di dalam Tabernakel. Dengan
demikian saya menyimpulkan bahwa Allah yang berusaha untuk dekat kepada umatnya
bukan umat yang mau mendekat kepada Allah, terbukti ketika umat menyembah
kepada allah-allah lain sehingga Allah murka. Namun rencana Allah untuk
terus dekat kepada umat-Nya tidaklah berhenti sampai Perjanjian Lama saja,
tetapi juga dalam Perjanjian Baru yaitu melalui Yesus yang telah turun sebagai
manusia.
Wujud Tabernakel adalah prakarsa Allah. Allah menuntun
Israel sampai kehadiran-Nya diwujudkan di tengah-tengah umat-Nya itu, dan perlu
dicamkan bahwa bukan prakarsa manusia yang dapat membawa mereka bertemu dengan
Allah dan menghadirkan Allah. Adapun proses yang Allah berikan kepada manusia
sebagai berikut:
1. TUHAN memanggil Israel (Kel. 3:6-8)
2. TUHAN berfirman supaya Israel “mendirikan mezbah.”
3. TUHAN “membaharui” Israel.
4. TUHAN memimpin Israel melalui padang gurun.
5. TUHAN memerintahkan Israel untuk mendirikan “rumah
Allah.”
Selanjutnya
dalam Keluaran 25-31 terdapat instruksi-instruksi TUHAN untuk membangun “wadah
kehadiran-Nya” di antara umat pilihan-Nya, yaitu Kemah Suci, disertai juga
instruksi-instruksi pelaksanaan ketika Kemah Suci untuk dibuat dan didirikan,
di mana Dia dapat berjumpa dan bahkan tinggal di antara umat-Nya
(Kel.25:8-9,40;26:30;27:8;29:45-46).
Allah kini mau terus-menerus hadir
bersama umat-Nya, Iaturut mengembara, Ia turut berkemah (1 Taw.17:5). Apa yang
kemudian terjadi dalam Keluaran 32-34, ujian ketaatan, konsekuensi, dan
“endingnya,” kembali membuktikan jika kemudian Israel tetap ada dan kisah
perjalanannya bisa berlanjut ke Keluaran 35 dan seterusnya, hal ini kembali
membuktikan kasih karunia Allah dalam prakarsa kehadiran-Nya (Kel.33:13-19).
Kemah Suci itu merupakan bangunan
sempurna untuk mengajari Israel mengenai Allah dan bagaimana mendekati Dia.
Jadi ada “tatanan” yang harus dipelajari untuk mengenal dan mendekati-Nya, dan
hal itu tercermin dalam “tatanan” pada Kemah Suci-Nya tersebut.
1. Pintu Gerbang Pelataran, satu-satunya pintu masuk ke
dalam Pelataran dengan kain tenun yang berwarna indah (Kel.27:14-16), merepresentasikan
panggilan dan perkenalan diri Allah kepada Israel.
2. Mezbah Kurban Bakaran (Kel.27:1-8), sebagai perabot
pertama di dalam Pelataran, merepresentasikan “mendirikan mezbah” dengan
menyembelih binatang-binatang kurban yang ditentukan Allah. Pada masa Nuh
(Kej.8:20) dan Abraham (Kej.22:7,8,13), mezbah ini juga sudah didirikan.
3. Bejana Pembasuhan (Kel.30:17-21), perabot kedua di
mana imam besar dan imam-imam “membasuh diri” sebelum melakukan ibadah kepada
Tuhan ini merepresentasikan pengalaman Israel menyebrangi laut Teberau untuk
menjadi umat baru” yang hanya menjadi milik Allah.
4. Tempat Kudus dari Kemah Suci dimana terdapat Meja Roti
Sajian dengan satu roti untuk satu suku Israel, lalu ada kendali dan piala
untuk anggur persebahan minuman, ini merepresentasikan peringatan bagi Israel
akan ketergantunga sehari-hari mereka, di mana TUHAN yang menyertai perjalanan
umat-Nya menyediakan air untuk diminum, dan manna sebagai makanan mereka.
5. Kandil Emas, satu-satunya penerangan di dalam Kemah
Suci, menyatakan perabot ini sebagai representasi penerangan rohani, atau
terang Allah yang menuntun perjalanan hidup Israel. Kepemimpinan Allah melalui
Musa dan kepala-kepala yang telah diangkat, releven kalua direpresentasikan
melalui Kandil Emas dengan lampu-lampunya ini.
6. Mezbah Pembakaran Ukupan, adalah representasi doa yang
naik ke surga.
7. Akhirnya, Tempat Mahakudus di mana di dalamnya
terdapat Tabut Perjanjian atau Tabut Hukum dengan Tutup Pendamaian selalu
menetap di atasnya, adalah tempat kehadiran Tuhan di antara-Nya. Di sana Ia
akan bertemu dengan umat-Nya yang diwakili Musa, dan dari atas Tutup Pendamaian
itu, dari antara kedua kerub yang di atas Tabut Hukum itu, Ia akan berbicara
tentang segala sesuatu yang akan diperintahkan-Nya kepada Musa untuk
disampaikan kepada orang Israel.
0 Comments