Tempat Kudus dan Perabotannya
Setelah
melewati Pintu Gerbang, mempersembahkan hewan kurban di Mezbah Kurban Bakaran
dan membasuh tangan dan kaki di Bejana Pembasuhan, selanjutnya memasuki Tempat
Kudus dalam Kemah Pertemuan (Tabernakel) melalui Pintu Kemah. Bentuknya persegi
panjang, panjangnya 20 hasta dan lebarnya 10 hasta. Sisi-sisi panjang menghadap
ke utara dan selatan, dan sisi-sisi pendek menghadap ke timur dan ke barat,
sama dengan sisi-sisi panjang maupun sisi-sisi pendek Pelataran.
Papan-papan dan Kayu-kayu Lintang
Unsur-unsur
konstruksi dinding Kemah Suci, terdiri dari papan-papan kayu penaga yang
masing-masing disalut emas, berdiri tegak atas alas perak, disatukan oleh lima
kayu lintang bersalut emas (masing-masing daerah) yang dimasukkan ke dalam
gelang-gelang emas.
Tenda-tenda dan Tudung-tudung
Bagaikan bangunan, terdiri dari dinding
dan penutup yang merupakan atap bagi bangunan tersebut, maka setelah membahas
“dinding” Kemah Suci, maka sekarang kita membahas “penutup” Kemah Suci.
“Penutup” atau “atap” Kemah Suci ini terdapat di Keluaran 26:1-14; 36:8-19 dan
terdiri dari dua Tenda dan 2 Tudung,
yang memiliki fungsinya masing-masing.
Tenda-tenda dan tudung-tudung
menggenapkan strukur Kemah Suci, beserta dengan tiang-tiang Pintu Kemah dan
Pintu Tirai Tudung pertama, kulit lumba-lumba. Tudung kedua, kulit domba jantan
yang diwarnai merah Sama halnya dengan tenda-tenda terdapat yang memiliki dua
bagian yaitu: Tenda pertama bulu kambing. Tenda kedua, kain lenan halus (Kel.
26:1-14. Kel 36:8-19).
Pintu
Kemah
Pintu kemah adalah pintu satu-satunya
untuk masuk ke Ruang Kudus. Pintu Kemah Tabernakel harus dilalui bila hendak
memasuki Tempat Kudus yang tertutup oleh papan-papan, tenda dan tudung yang
totalnya empat (4) lapis sebagaimana tersebut di atas. Pintu Kemah dijelaskan
di Keluaran 26:36-37; 36:37-38, dan dalam pembahasan ini kita singkat dengan
“PK.”
Meja
Roti Sajian
Terdiri dari Meja dengan Roti Sajian di
atasnya sehingga disebut Meja Roti Sajian, kita singkat dengan “MRS,” yang
ditempatkan di sebelah utara (Kel.40:22), berhadapan dengan Kandil Emas
(ay.24), dan firman Tuhan tegaskan bahwa penempatan Meja Roti Sajian ini di
hadapan TUHAN (ay.23), sehingga tentu memiliki makna literal maupun non
literal, suatu makna rohani, apakah “tipe” atau “simbolis.”
Meja roti sajian merupakan tempat roti
sajian. Meja ini memiliki ukuran yang berbeda-beda seperti panjangnya, lebarnya
dan tingginya. Walalupun ukuranya berbeda tetapi tetap memiliki suatu kesatuan
yang kokoh. Meja roti ini memiliki 4 buah gelang emas dan diletakkan ada
keempat ujung/sudut meja dekat ke jalur pinggirnya sebagai tempat memasukkan
kayu pengusung supaya meja dapat di angkut. Pasti saat di angkut meja ini
memiliki beban yang begitu berat yaitu roti dan mejanya. Pasti orang yang
mengangkatnya bukan hanya satu orang minimal 4 orang supaya seimbang. Untuk
mengangkat meja ini dalam perjalanan dipadang gurun harus benar-benar ada
kesatuan yang keempat orang tersebut.
Kandil
Emas
Perabot berikut ini adalah Kandil emas yangterbuatt
dari emas murni. Pembentukan kandil emas begitu banyak proses di mulai, emasnya
di lembekkan, di pukul dan lain-lain. Dengan berbagai proses yang di lalui
sehingga terbentuk kandil emas yang sempurna.
Meja Dupa Emas
Mezbah dupa emas merupakan tempat yang
diatasnya diletakan ukupan yang dibakar (Kel.40:27), diatas bara api. Mezbah
dupa emas berbentuk empat persegi yang menunjuk pada keempat penjutu mata
angina. Kedudukan mezbah dupa itu dekat dengan tirai-tirai menghadapi Tabut
Perjanjian. Mezbah dupa ini berfungsi sebagai membakar ukupan. Sehingga aroma
bakaran ukupan tersebut membuat tempat kudus dan Maha Kudus menjadi harum.
Sumber : Jusak Pundiono, Diktat Perkuliahan, 2020
0 Comments