Setiap orang
Kristen Mengalami Proses Pengudusan Progresif
Setiap orang
yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, secara posisi atau status langsung dipandang
sebagai “orang kudus” atau istilah yang dikenal dalam teologi yaitu dinamakan
pengudusan (positional sanctification).
Sedangkan pengudusan progresif merupakan proses pengudusan yang terjadi
terus-menerus yang membuat orang percaya mengalami pertumbuhan atau kedewasaan
rohani atau istilah yang dikenal dalam
teologi yaitu (progressive sanctification).
Pengudusan posisi merupakan dasar dari pengudusan progresif. Setiap orang
Kristen yang berada pada pengudusan progresif tidak sedang berusaha untuk
menjadi anak-anak Allah melainkan anak-anak Allah yang sedang berada dalam
proses menjadi serupa dengan Kristus. Secara sederhananya dapat dipahami bahwa
pengudusan posisi yaitu kehidupan orang percaya yang sudah berada di dalam
Kristus yang merupakan dasar bagi pengudusan progresif untuk menjadi serupa
dengan Kristus.[1]
Pengudusan progresif merupakan proses yang terjadi
terus-menerus dalam kehidupan setiap orang percaya, sebab orang percaya masih
tinggal di dunia. Selama hidup di dunia, setiap orang percaya diperhadapkan
dengan pencobaan-pencobaan dunia yang membuat orang percaya bisa jatuh ke dalam
dosa. Potensi tersebut yang menjadi pergumulan bagi setiap orang percaya untuk
terus-menerus berjuang melawan dosa. Tetapi yang harus diperhatikan, meskipun
orang percaya masih bisa berbuat dosa, bukan berarti menjadi kewajaran bagi
setiap orang percaya jika terus-menerus hidup di dalam dosa. Seperti yang rasul
Paulus pernah katakan kepada jemaat Korintus dalam suratnya bahwa setiap yang
sudah disucikan secara posisi tetapi terus-menerus hidup dalam dosa maka tidak
akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah (1Kor 6:10).[2]
Menurut Chris
Marantika setiap orang yang beriman adalah orang-orang suci, inilah yang
disebut sebagai pengudusan posisi. Sedangakan disisi lain yaitu pengudusan
progresif merupakan sebuah proses yang terus-menerus dilakukan oleh orang
beriman. Maka tidak ada orang suci instan, hal tersebut merupakan tindakan atau
usaha yang berlangsung terus-menerus, memerlukan pengajar atau pembimbing. Maka
ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk terus-menerus hidup dalam
pengudusan progresif seperti: Tidak mendukakan Roh (Ef. 4:30). Tidak memadamkan
Roh (1 Tes. 5:19). Berjalan di dalam Roh bukan keinginan daging (Gal. 5:16) Tetapi
meskipun demikian, pengudusan yang terjadi dalam diri manusia bukanlah hasil
usaha-usaha manusia sebab hanya pertolongan Roh Kudus yang membuat manusia
mampu melakukannya.[3]
Sebagaimana
yang dikatakan John Wesley yang dikutip oleh French L. Arrington mengatakan
bahwa pengudusan merupakan permulaan dari kelahiran kembali. Namun, pengudusan
dapat dibedakan dari kelahiran kembali. Karya Allah dalam pengudusan orang
percaya pada permulaan kehidupan Kristen memungkinkan orang percaya mengejar
kehidupan pengudusan sehari-hari atau pengkhususan bagi Allah di mana orang
percaya setiap saat berserah kepada kehendak Allah. Secara sederhana,
pengudusan adalah kekuasaan Allah atas orang percaya yang pernah dikuasai dosa,
sehingga orang percaya tidak lagi dikendalikan dosa.[4]
Seperti yang dikatakan oleh
penulis surat Ibrani bahwa “kita telah
dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan
tubuh Kristus” (Ibr. 10:10).
Kematian Kristus merupakan dasar pengudusan orang percaya sebagai fakta yang
sudah selesai. Setiap orang percaya disisihkan bagi Allah melalui kematian
Kristus dan setiap orang percaya “dikuduskan dalam Kristus Yesus” Dari sisi
ilahi pengudusan orang percaya telah dilengkapi dan ini merupakan fakta yang
sudah selesai. Namun yang perlu diperhatikan bahwa karya pengudusan Allah
menghendaki agar setiap orang percaya meresponi karya-Nya dengan mengejar
kehidupan kudus. Rasul Paulus pernah berkata kepada jemaat di Filipi bahwa “kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Fil. 2:12).[5] Dengan
demikian pengudusan adalah karya anugerah Allah bagi kehidupan manusia yang mau
meresponi panggilan-Nya. Setiap orang percaya yang berada dalam pengudusan
progresif merupakan kehendak Allah, bukan untuk memperoleh keselamatan tetapi sebagai respon untuk semakin serupa
dengan Kristus.
[1]Neil. T. Anderson, Menjadi Gereja Pembuat Murid (Yogyakarta: Yayasan Gloria,2016) 95.
[2]Nurnilam Sarumaha, Pengudusan Progresif Orang Percaya Menurut 1 Yohanes 1:9, Vol. 5,
No. 1 2019, 5.
[3]Chris Marantika, Doktrin Keselamatan danKehidupan
Rohani (Yokyakarta: Iman Press, 2009)122.
[4]French L. Arrington, Doktrin Kristen Prespektif Pentakosta (Yogyakarta: ANDI, 2015) 237.
[5]Ibid, 342.
0 Comments