Header

Sikap Terhadap Neo Liberalisme - Teologi Kontemporer - Rudolf Bultmann

   

Sikap Terhadap Neo Liberalisme

          Topik neo-liberalisme adalah penemuan baru bagi saya untuk mempelajarinya. Banyak hal-hal menarik dalam pembahasan topik neo-liberalisme seperti pandangan seorang tokoh yang bernama Rudolf Bultmann. Ia adalah seorang ahli Perjanjian Baru yang lahir dari Jerman, ayahnya seorang pendeta dari Gereja Lutheran-Evangelis. Pemikiran Bultmann sebagai teolog sangat dipengaruhi oleh Johannes Weiss dan juga Wilhelm Heitmuller sehingga ia tertarik di bidang history of Religions School. Tidak hanya itu, ia juga menulis buku dari Perjanjian Baru yang membandingkan agama-agama yang ada pada zaman gereja mula-mula. Dari penyelidikannya terhadap Perjanjian Baru ia menyimpulkan bahwa cerita tentang kehidupan Yesus sebenarnya karangan dari jemaat Hellenistik. Melalui pemikirannya terhadap Perjanjian Baru Bultmann mencoba untuk mengembangkan teologi liberal, dari sinilah muncul neo-liberalisme atau yang dikenal sebagai liberal baru. Rudolf Bultmann sebagai teolog abad ke-20 mempopulerkan idenya “demitologisasi” ia memperkenalkan ide tersebut pada tahun 1941, kemudian idenya diterima dengan biak karena adanya ketertarikan, sehingga makin meluas. Inti dari ide demitologisasi yang dipahami oleh Bultmann yaitu Yesus yang ada dalam sejarah merupakan cerita mitos. Sehingga nampak cocok jika ingin mendengarkan firman Tuhan menggunakan pendekatan demitologisasi, agar substansi dari Alkitab itu dapat dimengerti.

Bagi saya, ketika Bultmann berpandangan seperti ini berarti ia menolak doktrin ineransi/ketidakbersalahan Alkitab. Presuposisinya terhadap firman Allah yaitu ada bagian-bagian Alkitab yang tidak benar sehingga ia perlu menggunakan pendekatan demitologisasai. Tentu ini adalah pemikiran yang kacau, dan tidak dapat dibenarkan sampai kapanpun. Sebab saya meyakini bahwa Alkitab adalah sepenuhnya firman Allah yang dapat dibuktikan kebenarannya. 2 Timotius 3:16 adalah dasar bagi saya untuk memahami hal demikian. Bahkan penulis-penulis Perjanjian Baru juga mengutip tulisan dalam Perjanjian Lama, hal ini mengindikasikan bahwa ada keterkaitannya antara PL & PB. Bukti lain bahwa Alkitab sepenuhnya firman Allah dapat dilihat dari penulis yang berbeda dari zaman ke zaman tetapi tidak ada ayat yang kontradiksi/bertentangan, selain itu juga nubuatan yang dicatat dalam PL semua digenapi di dalam Perjanjian Baru. Dengan demikian saya meyakini bahwa Alkitab adalah firman Allah tanpa salah, dan saya mau belajar untuk terus memahami Alkitab dengan baik.

Ketika saya membaca Alkitab lalu kelihatannya ada yang salah, itu bukanlah kesalahan Alkitab tetapi kesalah saya sebagai pembaca yang tidak mengerti makusud dari kebenaran tersebut. Sebab Alkitab adalah kebenaran yang absolut.

Post a Comment

0 Comments