Header

CONTOH BAB 1 SKRIPSI || PEMBOHONG YANG BERIMAN? IMAN RAHAB YANG DIPERTANYAKAN!

 



IMAN RAHAB DALAM SURAT IBRANI

 


BAB 1

PENDAHULUAN

 

LATAR BELAKANG MASALAH

Rahab merupakan salah satu tokoh Perjanjian Lama (PL) yang cukup sering dikutip dalam penulisan Perjanjian Baru (PB). Penulis Ibrani dan Yakobus mendaftarkan dia sebagai salah satu contoh orang beriman yang yang patut diteladani oleh para pembacanya (Ibr. 11:31; Yak. 2:25). Bahkan lebih istimewa lagi, Matius memasukkannya dalam daftar leluhur bagi silsilah Yesus Kristus (Mat. 1:5). Rahab menunjukan kepada setiap pembaca bagaimana kekristenan awal terhadap tokoh PL ini, bahwa Rahab adalah seorang benar yang hidup dalam imannya kepada Allah. Rahab memiliki keunikan tersendiri yang patut mendapat perhatian setiap orang yang membaca ceritanya. Ia bukan hanya berbangsa non-Israel, namun dia juga seorang pelacur di negri Kanaan. Sekalipun demikian, para penulis PB mampu menemukan kesaksian iman yang berharga dalam kesaksian hidupnya.[1] Perjanjian Baru menyejajarkan kesaksian mengenai kehidupan perempuan sundal tersebut. Dalam Surat Ibrani, penulis menuliskan bahwa Rahab perempuan sundal sebagai tokoh iman. Ia disejajarkan dengan tokoh-tokoh iman dalam Alkitab, seperti: Abraham, Ishak, Yakub, serta tokoh-tokoh lainnya. Persoalan ini juga menarik untuk dibahas, agar orang percaya makin mengerti tentang kedaulatan Allah dalam menyelamatkan manusia. Allah dapat mengubahkan kehidupan seseorang yang memiliki latar belakang begitu hancur, menjadi hidup yang lebih baik.[2] Rahab adalah seorang pelacur yang ada di kota Yerikho. Kehidupan seorang pelacur pasti akan menjadi sorotan ditengah-tengah masyarakat karena ia telah menjual tubuhnya hanya untuk kepentingan uang. Hal ini dilakukan untuk mencukupkan tuntutan pemenuhan kebutuhan hidupnya dan keluarganya.

Dalam Yosua 2:1 istilah yang dipakai adalah seorang perempuan sundal dan kemudian dalam Ibrani 11:33 juga digunakan istilah pelacur itu. istilah-istilah ini digunakan dalam Alkitab dengan tidak ada perbedaan. Menurut kamus Bahasa Indonesia yang dikarang oleh Poerwadarminta, istilah ‘pelacur’ sama dengan ‘perempuan sundal’ atau ‘wanita tuna susila.[3] Kedua istilah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memiliki persamaan arti, sehingga tidak ada perbedaan arti diantara keduanya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, Rahab ditulis sebagai ‘seorang perempuan sundal’ atau ‘seorang pelacur.’ Banyak para penafsir tidak mau menyebutkan Rahab sebagai seorang pelacur ataupun perempuan sundal, adalah karena istilah itu kedengaran begitu menjijikan. Apalagi jika dihubungkan dengan Matius 1:5, di sana tertera nama Rahab sebagai salah seorang wanita yang menjadi saluran keturunan Yesus Kristus. Ia adalah isteri Salmon, kemudian mempuyai anak yang bernama Boas, da menjadi nenek Daud, dan lahirlah Yesus Kristus dari keturunan ini.

Penulis Surat Ibrani telah menuliskan fakta bahwa cara Rahab menyambut kedua pengintai itu telah menunjuakn imannya dan Yakobus pun menyatakan hal yang sama di dalam kepenulisannya.[4] Rahab tidak memiliki waktu banyak untuk mengambil sebuah keputusan yang akan membahayakan kehidupannya. Tetapi justru ia mengambil keputusan sesuai dengan apa yang Tuhan katakana di dalam hidupnya. Rahab memutuskan untuk mempertaruhkan hdupnya dan masa depannya kepada Allah bangsa Israel. Di kalangan gereja, banyak kesulitan yang dihadapi untuk menjangkau para pelacur. Kitab Yosua 2:1-24 menjadi sumber data tentang latar belakang kehidupan Rahab. Kemudian Yosua 6:22-25 dijadikan patokan untuk melihat keselamatan Rahab dan keluarganya. Matius dan Ibrani juga membahas mengenai silsilah dan imannya kepada Tuhan bahwa ia cocok menjadi salah satu tokoh iman. Penafsiran berdasarkan konteks, yaitu mencari pengertian bagian Alkitab dengan melihat kaitannya dalam konteks dekat dan konteks jauh. Konteks dekat yaitu isi yang ada dalam seluruh buku. Sebagai contoh, penulis kitab Ibrani dan penulisan pengertian maksud penulis, diperlukan prinsip penafsiran berdasarkan konteks.[5]

Istilah Pelacur berarti perempuan sundal, sedangkan pelacur menunjukan perihal menjual diri atau persundalan. Jadi dapat diartikan bahwa seorang pelacur sama dengan seorang perempuan sundal atau wanita tuna susila. Ia menjadi seorang wanita yang menjajakan diri (tubuh) sebagai komoditi sehingga lembaran-lembaran rupiah diperoleh sebagai hasil. Pelacur merupakansebagai bentuk penyimpangan dari norma perkawinan dalam masyarakat. Hubungan sexual antara dua jenis kelamin yang berbeda dilakukan di luar tembok perkawinan dan berganti-ganti pasangan. Artinya bahwa hubungan sex diluar nikah dengan ganti-ganti pasangan dengan menerima imbalan uang ataupun material lainnya maupun tidak sudah disebut orang sebagai pelacur. Profesi ini biasanya sering dilakukan oleh para wanita untuk memenuhi kebutuhan hidup dan hasratnnya.[6]

Penulis surat Ibrani dan Yakobus mengungkapkan bahwa setiap tindakan Rahab menunjukan kepercayaan kepada Allah, namun dalam narasi Yosua 2 tidak ada keterangan yang jelas apakah benar setiap tindakan Rahab mewujudkan kepercayaannya kepada Allah bangsa Israel. Rahab memang memiliki latar belakang non-Israel, namun hal itu tidak menutup anugerah keselamatan untuk dinikmatinya. Rahab membuktikan kesungguhannya untuk percaya dan berserah kepada Allah bangsa Israel melalui setiap tindakannya demi menolong umat Allah. Bangsa Kanaan merupakan salah satu dari sekian banyak bangsa yang hendak dimusnahkan. Allah melalui bangsa Israel. Allah berjanji untuk membawa bangsa Israel ke tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan yang menempati tanah itu. Selain itu, ada alasan dibalik perintah Allah untuk memusnahkan bangsa Kanaan yang berhubungan dengan kebudayaan dan agama Kanaan. [7] Penerimaan Rahab terhadap kedua pengintai merupakan permulaan wujud kepercayaan Rahab kepada Allah. Dia mulai menunjukan keseriusannya untuk berserah kepada Tuhan Allah Israel dengan menerima kedua pengintai yang diutus oleh Yosua. Kepercayaan Rahab diwujudkan melalui kesetiaannya kepada umat Allah, dari menerima kedua pengintai sampai menolong mereka kabur dari Yerikho.

Penduduk Kanaan mempunyai kebudayaan yang sangat tinggi. Namun yang sangat disayangkan bahwa kebudayaan itu digunakan untuk penyembahankepada para baal atau dewa-dewa. Melalui penemuan-penemuan para ahli dapat diketahui bahwa orang Kanaan memiliki kepercayaan terhadap dewa-dewa atau baal. Dalam keadaan seperti inilah Rahab hidup dan tinggal. Ia beserta keluarganya termasuk orang-orang yang percaya terhadap baal. Mereka percaya bahwa baal dapat memberikan kehidupan dan kemakmuran bagi para pemujanya. Oleh karena itu Rahab mohon jaminan dari dua orang pengintai itu  agar Rahab dan keluarganya tidak dimusnahkan jika ada serangan dari bangsa Israel. Rahab memohon agar mereka membiarkan ia beserta keluarganya tetap hidup. Meskipun Rahab bangsa kafir tetapi Allah bekerja dengan Roh Kudus-Nya, juga di tengah- tengah orang kafir.[8]

 

IDENTIFIKASI MASALAH

 

Identifikasi masalah adalah keputusan pilihan (fokus) terhadap masalah-masalah yang telah dijelaskan dilatar belakang masalah.[9] Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi pokok permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut:

Pertama, Seorang pelacur yang diselamatkan.

Kedua, Rahab menerima keselamatkan karena iman.

Ketiga, Iman harus dibuktikan dengan suatu tindakan.

 

BATASAN MASALAH

Batasan masalah adalah ruang lingkup yang menjelaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan masalah yang diidentifikasi masalah dan dirumuskan secara jelas dan tepat.[10]

Tokoh Rahab menjadi permasalahan karena dirinya seorang pelacur dan dia telah menyembunyikan orang diluar bangsanya, oleh sebab itu penulis membatasi penulisan yaitu hal penting yang menyangkut judul yang akan dibahas yaitu:

Pertama, bagaimana Rahab menjadi seorang yang beriman.

Kedua, mengapa Rahab menjadi orang beriman.

Ketiga, kebohongan Rahab menjadikan dia orang beriman.

 

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah adalah pertanyaan yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicari jawabannya elalui pengumpulan data. Masalah yang harus diteliti dan harus dilaporkan dengan jelas.[11]

Pertama, siapa Rahab?

Kedua, dimana asal Rahab tinggal?

Ketiga, mengapa Rahab diceritakan di dalam Perjanjian Baru?

Keempat, mengapa Rahab menyembunyikan dua orang pengintai?

            Kelima, bagaimana seorang pelacur dapat di selamatkan?

Keenam, apa motivasi kebohongan Rahab?

 

 

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penulisan mengacu pada rumusan masalah penelitian. Tujuan kajian tersebut untuk menjelaskan sasaran atau gagasan umum diadakannya suatu penelitian, sehingga daftar pertanyaan dalam rumusan masalah diubah menjadi bentuk penyataan. Hal ini ditulis untuk menemukan mengembangkan dan membuktikan pengetahuan.[12] Untuk mencapai hal tersebut, maka tujuan penulisan adalah sebagai berikut.

Pertama, untuk mengetahui siapa Rahab.

Kedua, untuk mengetahui dimana asal Rahab tinggal.

Ketiga, untuk mengetahui mengapa Rahab diceritakan di dalam Perjanjian Baru.

            Keempat, untuk mengetahui mengapa Rahab menyembunyikan dua orang pengintai.

Kelima, untuk mengetahui bagaimana seorang pelacur dapat di selamatkan.

            Keenam, untuk mengetahui apa motivasi kebohongan Rahab.

 

KEGUNAAN HASIL PENELITIAN

 

            Kegunaan  hasil penulisan mencakup dua aspek utama, yaitu secara teoritis sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan manfaat secara praktis sebagai sumbangan yang dapat diberikan kepada penerapan ilmu pengetahuan baik kepada pribadi institusi ataupun masyarakat secara luas.[13]

            Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

           

Secara Teoritis

            Pertama, untuk memberikan penjelasan kepada orang awam mengenai iman hasil dari kebohongan.

            Kedua, memberi pnjelasan bagi para pembaca mengenai pelacur yang diselamatkan.

            Ketiga, memberi penjelasan bagi para pembaca mengenai Rahab yang menjadi tokoh iman dalam surat Ibrani.

 

Secara Praktis

            Pertama, menjadi bahan pembelajaran yang lengkap mengenai iman seorang pelacur yang bernama Rahab.

            Kedua, menjadi bahan ajar kepada umat kristiani mengenai kebohongan yang dilakukan, hal ini bertujuan agar orang percaya juga mengetahui kebohongan seperti apa yang dilakukan Rahab.

            Ketiga, mengajarkan kepada anak sekolah minggu agar tidak berbohong ketika mendengar cerita ini.

Definisi Istilah

A.    Pengertian Iman

1.      KBBI

Iman adalah kepercayaan (yang berkenaan dengan agama); keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin.[14]

2.      Surat Ibrani

Menurut Ibrani 11:1 penulis mengajarkan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapakan dan bukti dari segala sesuatu yang kita tidak lihat.

3.      Surat Filipi

Surat Paulus di dalam penjara mengajarkan kepada jemaat Filipi bahwa Iman itu dikaruniakan dari Allah kepada kita (Fil.1:29).

4.      Perjanjian Lama

Di dalam Perjanjian Lama, iman berasal dari kata aman yang berarti “memegang teguh”. Kata ini dapat muncul dalam bentuk yang bermacam-macam, bisa dikatakan “memegang teguh pada janji seseorang” karena janji itu dianggap teguh atau kuat sehingga dapat dipercaya. Jika diterapkan pada Allah, maka kata iman berarti bahwa Allah harus dianggap sebagai yang atau yang kuat. Manusia harus percaya kepada-Nya berarti harus meyakini bahwa Allah adalah kuat dan teguh.[15]

5.      Iman Menurut Para Tokoh

-          Menurut James I. Packer, iman adalah pengakuan dan pengabdian. Seseorang yang menyatakan dirinya beriman harus mau, rela da berani mengakui Kristus sebagai Raja dalam hidupnya. Tetapi ima tidak hanya berhenti sebatas pengakuan. Iman itu disempurnakan di dalam pengabdian. Orang beriman adalah orang yang mengabdikan kehidupan dan pelayanannya kepada Allah dan manusia.

-          Menurut Hudson Taylor, iman adalah berpegang teguh pada kesetiaan Allah. Orang beriman, sekalipun mengalami berbagai masalah dan tekanan yang amat berat dalam hidupnya, namun pengharapannya idak goncang. Rahasia kekuatannya ialah selalu berpegang pada kesetiaan Tuhan, pada semua firman-Nya pada setiap janji-Nya.

-          Menurut Calvinis iman adalah pengetahuan akan Allah, suatu pengetahuan yang teguh dan pasti akan kasih setia Allah terhadap kita dengan didasarkan pada kebenaran tentang janji yang diberikan secara bebas di dalam Kristus. Iman adalah memperoleh dan mempergunakan manfaat-manfaat dari Kristus dan Karya-Nya.[16]

B.     Rahab

Rahab seorang perempuan yang tinggal di kota Yerikho dan membantu menyembunyikan mata-mata Israel, sehingga ia dan keluarganya tidak ikut terbunuh, saat kota Yerikho di rebut oleh bangsa Israel di bawah pimpinan Yosua. Hampir semua terjemahan Alkitab menuliskan Rahab sebagai “perempuan sundal” atau “pelacur”. Namun, ada juga yang menterjemahkan sebagai “pemilik penginapan”, penjual makanan. Tetapi dengan jelas dalam perjanjian baru dikatakan bahwa Rahab adalah perempuan sundal atau pelacur. Dalam injil Matius, nama Rahab dicatat sebagai salah satu nenek moyang Yesus. Rahab menikah dengan Salmon dari suku Yehuda dan melahirkan Boas. Boas kemudian nikah dengan Rut dan menjadi nenek buyut raja Daud.

C.    Surat Ibrani

Surat Ibrani adalah surat yang dikirim kepada orang Ibrani merupakan satu kitab dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen dan merupakan sebuah tulisan teologi dari periode awal kekristenan yang disusun dengan kaidah bahasa Yunani yang baik. Kristologi yang dipaparkan di dalamnya termasuk kristologi yang rumit. Sebagai surat, kitab ini tidak memiliki salam pembuka selayaknya surat-surat kiriman pada masa itu. Kitab ini lebih mirip kotbah yang memuat uraian teologi yang rumit dan penuh dengan teka-teki. Di dalamnya tidak hanya dipaparkan tentang keistimewaan Yesus di hadapan tradisi Yahudi, tetapi juga dalam konteks filsafat platonis.

Penulis surat ini tidak mencantumkan namanya, sehingga tidak diketahui pasti. Pada abad-abad pertama kekeristenan hingga pertengahan, surat Ibrani diyakini ditulis oleh Rasul Paulus, meskipun tidak dimulai dengan nama Paulus seperti surat-surat Paulus lainnya. (meskipun ada yang berpandangan berbeda).

Tujuan surat ini pada perikop surat sama sekali tidak menjadi bukti bahwa surat Ibrani memang ditujukan untuk orang-orang Ibrani. Frasa ini dicantumkan oleh gereja mula-mula untuk menggambarkan isi surat yang berbicara banyak mengenai Kristus dan tradisi Yahudi. Pandanagn yang diterima secara umum adalah Surat kepada orang-orang Ibranis ditujukan untuk orang-orang Kristen di Itali (Ibr. 1:24). Yang membutuhkan nasihat, bimbingan dan penghiburan.

Waktu Penulisan surat Ibrani tidak ada rujukan pasti mengenai waktu penulisan surat ini, kesepakatan yang umum diterima adalah surat Ibrani ditulis sebelum tahun 100 Masehi. Penggunaan istilah-istilah dari Kemah Suci dalam kitab ini memberikan tarikh penulisnya sebelum kehancuran Bait Suci pada Tahun 70 M, karena jika penulis tahu mengenai kehancuran Yerusalem dan Bait Suci pasti akan mempengaruhi perkembangan argumennya. Jadi, tarikh penulisan kitab ini diperkirakan adalah sekitar pertengahan kedua tahun 63, atau permulaan tahun 64.[17]

 

 

 

                                                                

 

 

 



[1]Cun Min. 2019. Sebuah renungan iman Rahab, pelacur Kanaan. (Artikel jurnal),  2

[2]Detty Manongko. 2005. Perempuan Sundal Tokoh Iman. (Tesis STTII Yogyakarta), 6

[3]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), 548.

[4]Alice Mathew. 2013. Wanita Yang Dibentuk Allah. (Jakarta. PT Duta Harapan Dunia), 59

[5]Detty Manongko. 2005. Perempuan Sundal Tokoh Iman. (Tesis STTII Yogyakarta) 13

[6]Tjahyo Purnomo, Dolly. 1985. Perempuan Dunia Pelacuran Surabaya.( Jakarta: Grafiti Press), 5

[7]Randy Frank Rouw. Kepercayaan Rahab Berdasarkan Yosua 2:1-24.(Jurnal Jaffray, Vol. 15, No. 2, Oktober 2017) 2

[8]F. L. Baker, Sejarah Kerajaan Allah-jilid 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 13.

[9]Harianto GP, Metodologi Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya, 2013), 81.

[10]Zaenal Arifin, Dasar-Dasar Penulisan KArya Ilmiah (Jakarta: PT Grasindo, 2008), 55.

[11]Sukamto, Pendekatan Kuantitatif Untuk Penelitian Keagamaan (Bandung: Enlightment Press, 2006), 82.

[12]Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2014), 379.

[13]Gde Muninjaya, Langkah-Langkah Praktis Penyusunan Proposal dan Publikasi Ilmiah (Jakarta: Buku Kesogteran EGC, 2003), 21.

[14]Departeman Pendidikan Nasional KBBI Edisi Keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013)

[15]Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 17.

[16]Anthony A, Hoekema, Diselamatkan oleh Anugrah, (Surabaya:Momentum, 2006), 184=189.

Post a Comment

0 Comments