Enam Banding Satu
Kata “istirahat” dimaknai
sebagai berhenti sejenak untuk melepaskan Lelah. Lalu jika Allah berhenti dari
kegiatan penciptaan alam semesta (2-3), apakah itu terjadi karena Dia merasa lelah
dan perlu berhenti untuk beristirahat? Tentu tidak. Dia berhenti pada hari
ketujuh untuk menunjukkan bahwa karya penciptaan-Nya telah selesai.
Seolah sesuatu yang
memuncak menjadi klimaks, Allah menyebut segala sesuatu yang Dia ciptakan pada
hari kesatu sampai hari kelima sebagai sesuatu yang baik, kemudian ciptaan pada
hari yang keenam Dia sebut sebagai sesuatu yang amat baik. Kemudian Ia
memberkati hari yang ketujuh serta menguduskannya.
Berhentinya Allah pada
hari ketujuh memberikan struktur waktu bagi manusia, yaitu ada tujuh hari dalam
seminggu. Selama enam hari kita diperintahkan untuk ekerja, sementara pada hari
ketujuh kita wajib berhenti dari segala pekerjaan kita untuk kemudian
beristirahat. Bukankah cukup banyak waktu yang diberikankepada kita untuk
memenuhi kebutuhan hidup kita? hari ketujuh itu adalah hari pemulihan bagi kita
secara keseluruhan. Hari, saat kita bisa berhenti dari rutinitas kerja selama
enam hari, saat kita dipulihkan, saat kita bisa bersama-sama saudara seiman datang
menghadap Allah sebagai komunitas orang beriman, saat kita bisa menghangatkan
kasih, kebersamaan, dan keutuhan dalam keluarga. Dengan demikian, ketika
memasuki hari berikut kita bisa berada dalam stamina yang maksimal serta
semangat yang penuh untuk kembali beraktivitas. Allah telah merancangk kita
untuk membutuhkan waktu istirahat, maka jangan kita abaikan pol aitu. Bila kita
tidak peduli berarti kita mengurangi keefektifan kita dalam berkarya. Padahal Allah
telah memberikan pola yang penting bagi Kesehatan dan produktivitas kita dalam
berkarya.
Mungkin saja kita
memiliki pekerjaan yang tidak memudahkan kita mengambil hari istirahat pada
hari Minggu. Namun prinsip yang jelas, ambil waktu bagi diri Anda sendiri, bagi
keluarga, bagi persekutuan Anda dengan Tuhan dan sesama seiman.
0 Comments