Header

Pandangan Bahasa Roh Dalam Kisah Para Rasul & 1 Korintus - Rizky Arya Susanto

 


Shalom saudara yang dikasihi oleh Tuhan, kita bersyukur pada hari ini masih diberikan kesempatan untuk hidup, tentu semua karena kasih dan kemuarahan Tuhan bagi kehidupan kita. Pada kesempatan hari ini kita sama-sama mau belajar secara singkat mengenai Bahasa Roh.

Pemahaman mengenai Bahasa Roh yaitu : Ada dua jenis bahasa roh yang Alkitab ajarkan baik dalam Kisah Para Rasul maupun dalam 1 Korintus.

Pertama, bahasa roh yang dapat ditafsirkan  : KPR 2:4 ketika mereka dipenuhi Roh Kudus mereka dapat berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, sehingga orang yang bukan sebangsanya mengerti dan memahami maksud dari apa yang diucapkan. Saya melihat bahwa salah satu tanda orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus yaitu dengan berbahasa roh. Hal tersebut dapat dilihat dalam KPR. 10:44-46. Dalam 1 Korintus 14:5 mencatat bahwa “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dalam bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun. Paulus sendiri berkata bahwa dirinya suka terhadap orang percaya yang berbahasa roh, tetapi dalam kehidupan berjemaat Paulus lebih menekankan pentingnya pengetahuan sebab hal tersebut dapat membangun jemaat. Kecuali jika ada yang menafsirkan bahasa roh tersebut dan menyampaikannya kepada jemaat.

Kedua, bahasa roh yang tidak dapat ditafsirkan : Dalam 1 Korintus 14:2 mencatat bahwa “siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang  mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. Alkitab dengan jelas mencatat bahwa setiap orang yang berbahasa roh itu berkata-kata kepada Allah sebab hal tersebut menjadi rahasia antara manusia dengan Allah.  Dan ketika seseorang sedang berbahasa roh, itu artinya ia sedang membangun dirinya sendiri (1 Kor. 14:4). Bagi saya, bahasa roh yang tidak dapat ditafsirkan ini menjadi sarana bagi orang percaya (yang memiliki karunia ini) untuk berkomunikasi dengan Allah dan membangun diri sendiri.

Pandangan saya, memang perlu diakui bahwa agak jarang sekarang ini orang percaya yang memiliki karunia untuk menafsirkan bahasa roh. Tetapi bukan berarti karunia bahasa roh sudah tidak ada lagi (sudah selesai). Sehingga banyak yang menyalahkan gereja tertentu yang memakai bahasa roh dalam sebuah liturgi ibadah. Bagi saya, setiap orang percaya harus melihat secara komperhensif bahwa ketika ada orang percaya yang berbahasa roh pada saat ibadah, kita tidak boleh menyalahkannya. Anggap saja itu sebagai sarana untuk dirinya berkomunikasi dengan Allah dan membangun dirinya. (RAS)

Post a Comment

0 Comments