Shalom saudara yang dikasihi oleh Tuhan, kita bersyukur pada hari ini masih diberikan kesempatan untuk hidup, tentu semua karena kasih dan kemuarahan Tuhan bagi kehidupan kita. Pada kesempatan hari ini kita sama-sama mau belajar secara singkat mengenai Bahasa Roh.
Pemahaman mengenai Bahasa Roh yaitu : Ada dua jenis bahasa roh yang
Alkitab ajarkan baik dalam Kisah Para Rasul maupun dalam 1 Korintus.
Pertama, bahasa roh yang dapat
ditafsirkan : KPR 2:4 ketika mereka
dipenuhi Roh Kudus mereka dapat berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, sehingga
orang yang bukan sebangsanya mengerti dan memahami maksud dari apa yang
diucapkan. Saya melihat bahwa salah satu tanda orang yang dipenuhi oleh Roh
Kudus yaitu dengan berbahasa roh. Hal tersebut dapat dilihat dalam KPR. 10:44-46.
Dalam 1 Korintus 14:5 mencatat bahwa “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dalam bahasa roh, tetapi lebih dari
pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari
pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya,
sehingga Jemaat dapat dibangun. Paulus sendiri berkata bahwa dirinya suka
terhadap orang percaya yang berbahasa roh, tetapi dalam kehidupan berjemaat
Paulus lebih menekankan pentingnya pengetahuan sebab hal tersebut dapat membangun
jemaat. Kecuali jika ada yang menafsirkan bahasa roh tersebut dan
menyampaikannya kepada jemaat.
Kedua, bahasa roh yang tidak
dapat ditafsirkan : Dalam 1 Korintus 14:2 mencatat bahwa “siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata berkata-kata kepada manusia,
tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada
seorangpun yang mengerti bahasanya;
oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang
rahasia. Alkitab dengan jelas mencatat bahwa setiap orang yang
berbahasa roh itu berkata-kata kepada Allah sebab hal tersebut menjadi rahasia
antara manusia dengan Allah. Dan ketika
seseorang sedang berbahasa roh, itu artinya ia sedang membangun dirinya sendiri
(1 Kor. 14:4). Bagi saya, bahasa roh yang tidak dapat ditafsirkan ini menjadi
sarana bagi orang percaya (yang memiliki karunia ini) untuk berkomunikasi
dengan Allah dan membangun diri sendiri.
Pandangan
saya, memang perlu diakui bahwa agak jarang sekarang ini orang percaya yang
memiliki karunia untuk menafsirkan bahasa roh. Tetapi bukan berarti karunia bahasa
roh sudah tidak ada lagi (sudah selesai). Sehingga banyak yang menyalahkan
gereja tertentu yang memakai bahasa roh dalam sebuah liturgi ibadah. Bagi saya,
setiap orang percaya harus melihat secara komperhensif bahwa ketika ada orang
percaya yang berbahasa roh pada saat ibadah, kita tidak boleh menyalahkannya.
Anggap saja itu sebagai sarana untuk dirinya berkomunikasi dengan Allah dan
membangun dirinya. (RAS)
0 Comments