Surat-surat Paulus
Paulus
menyampaikan pesan Tuhan melalui tulisan. Meski Paulus tahu bahwaia menulis
dengan otoritas seorang rasil, ia tidak terpikir bahwa surat-suratnya akan
dianggap sebagai Alkitab. Tetapi dengan sangat cepat mereka beredar luas dalam
gereja-gereja di kerajaan Romawi.
Akhirnya mereka dikumpulkan dan disusun menurut ukuran, mirip halnya
dengan kitab-kitab kenabian di bagian akhir Perjanjian Lama. Kesembilan surat
kepada gereja-gereja datang sebelum empat yang untuk pribadi. Bahkan sebelum
kanon Perjanjian Baru selesai, Petrus
merujuk kepada surat-surat Paulus sebagai Tulis Suci. Paulus dianggap sebagai
rasul khusus, dan pekerjaannya cepat diakui menjadi bagian dari penyataan
ilahi.
Mengingat
sifatnya sebagai surat berarti mereka bukan pernyataan sistematik tentang
kepercayaan atau perilaku. Mereka hanya mencakup apa yang langsung relevan
untuk situasi yang berlangsung. Sebagai contoh, meski hal itu adalah ciri dari
banyak surat Paulus lainnya. Kita dapat mencatat dua alasan mengapa Tuhan
memilih untuk memakai surat. Pertama,
mereka membuat firman Tuhan menjadi personal. Surat-surat itu ditujukan kepada
orang biasa seperti kita. Mereka menampung unsur pribadi dan emosional yang
dapat kita harapkan ada dalam komunikasi sedemikian. Maka meski ada kesenjangan
budaya yang perlu dijembatani, unsur kemanusiaan dari surat-surat itu
membuatnya mudah untuk kita berinteraksi dengannya.
Kedua,
surat-surat itu membuat firman Tuhan menjadi praktis. Mereka berhubungan dengan
kehidupan nyata, kebutuhan rill, pernikahan, perbudakan, anak-anak di rumah,
pekerjaan keseharian. Tuhan ingin kita memiliki firman-Nya dalam bentuk praktis
dan pribadi, supaya pemikiran kita tidak pernah menjadi filosofis atau rahasia. Tuhan memilih untuk memberikan
kita firman dalam surat ketimbang ceramah.
Jadi secara keseluruhan, pandangan ini bertujuan
melengkapi sebagian latar belakang rasul Paulus dan surat-suratnya, tetapi
bukan pengganti dari mengambil waktu membacanya sendiri. Ada baiknya membaca
setiap surat dari seorang teman, kita ingin membaca dan mengerti keseluruhan
surat itu. Demikian pun, dalam membaca surat-surat Paulus, kita harus meraih
keseluruhannya jika kita ingin mengerti rinciannya. Dalam pasal-pasal berikut
kita akan menemukan sekilas pandangan masing-masing surat yang dirancang untuk
menolong Anda untuk membaca langsung surat-suratnya itu.
Surat 1 & 2
Tesalonika
Dua
surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika ditulis dalam waktu antara beberapa
bulan dan yang lebih mudah dimengerti ketimbang beberapa surat lainnya yang Paulus tulis. Mereka dikirim oleh
Paulus, Silas dan Timotius, tim yang mengunjungi Tesalonika, meski jelas
Pauluslah pengarangnya. Meski ditulis kepada orang yang sama ditempat yang sama
dalam selang waktu singkat, kedua surat berbeda jauh dalam suasan, suhu dan
nadanya. Mereka mengurus pokok yang sama, tetapi dalam cara yang berbeda. Surat
pertama sangat hangat dan pribadi, mencerminkan perhatian Paulus untuk gereja
di Tesalonika. Namun demikian sikap Paulus dalam surut kedua dingin, tajam,
berjarak dan jauh.
Kota tersebut memiliki banyak penduduk campuran, termasuk sejumlah pedagang Yahudi. Arkeologi telah cukup membukakan tentang Tesalonika di zaman Paulus. Panggilan arkeologis menyingkapkan gedung pertemuan Romawi, gelanggang pacuan kuda, pasar helenistik dan sinagoge Samaritan. Bahkan temuan terakhir mendukung paparan Lukas tentang pemimpin setempat sebagai ‘politarkus’. Sebelumnya diandaikan bahwa Lukas keliru, sebab julukan itu tidak dikenal di kota-kota lainna. Tetapi para arkeolog telah menemukan 41 prasasti termasuk julukan itu dan disekitar Tesalonika periode tersebut.
Kedua surat Paulus untuk jemaat di Tesalonika mengingatkan kita tentang dua aspek kunci hidup Kristen:
1.
Berjalan.
Ketika kita datang kepada Kristus, itu adalah awal perjalanan kita bersama Dia.
Kita harus memastikan bahwa kita terus berjala dengan-Nya dalam kekudusan.
Keselamatan adalah suatu proses, kita diselamatkan dari neraka dan untuk surga.
Mengusahakan kekudusan adalah bagian hakiki dari kehidupan kita.
2.
Menanti.
Menjelang akhir dari setiap pasal kedua surat ini ada beberapa rujukan kepada
Kedatangan kedua. Dengan menemukan tema ini dalam khotbah dan penyembahan kita
masa kini kita pun akan. Ia mencari umat yang akan memerintah bersama Dia.
Untuk Paulus, hidup dalam terang Kedatangan kedua
adalah bagian fundamental dari pemuridan Kristen, dan kedua surat ini
menekankan bahaya pemikiran keliru tentang isu penting tersebut.
Surat 1 & 2
Korintus
Banyak
orang Kristen membayangkan bahwa kehidupan Kristen akan jauh lebih mulus jika
kita mengalami kembali kondisi era sebelumnya. Sebagian orang merindukan masa
kebangunan yang pernah terjadi, seperti di Welsh tahun; atau kebangunan
Metodisme dari abad delapan belas; dan bahkan era Puritan akhir-akhir ini
banyak disukai orang. Banyak orang yang menganggap ketika kembalu kemasa itu
segalanya akan menjadi baik. Tetapi mereka juga lupa bahwa gereja dalam
Perjanjian Baru juga memiliki masalah.
Ada berbagai tekanan luar dari orang Yahudi dan bukan Yahudi yang
bereaksi dengan sikap bermusuhan kepada pesan injil, dan juga terjadi keributan
dalam gereja.
Jika
kita melihat surat-surat Paulus kepada jemaat Korintus, kita temukan sebuah
gereja dengan berbagai masalah yang mengancam menghancurkan kehidupan
pelayanannya. Tidak ada gereja yang Paulus dirikan yang punya lebih banyak
masalah ketimbang gereja Korintus itu, tetapi kita patut bersyukur kepada Tuhan
bahwa akibat dari kesukaran-kesukaran mereka, kita memiliki dua surat yang
menakjubkan. Termasuk di dalamnya paparan tak tertandingi tentang kasih dalam 1
Korintus 1, dan dalam 1Korintus 15 kita memiliki catatan terawal dalam
Perjanjian Baru tentang penampakan kebangkitan Tuhan.
Masalah-masalah
tersebut pastinya parah. Gereja terbagi secara mendalam, dengan klik-klik orang
mengikuti pemimpin yang berbeda. Mereka memiliki immoralitas dari jenis paling
buruk. Seorang laki-laki hidup dalam dosa dengan ibunya (kemungkinan adalah ibu
tirinya), suatu praktik yang bahkan akan disalahkan oleh orang yang tidak kenal
Tuhan. Sebagian dari mereka bermabuk-mabukan di meja perjamuan Tuhan. Yang
lainnya memperaktikan bentuk feminism agresif. Lebih lanjut, mereka telah salah
mengerti doktrin Kristen dasar. Orang bisa tergoda untuk membuang saja gereja
semacam itu, tetapi Paulus tidak. Ia menulis kepada mereka dan mengunjungi
mereka dalam harapan bahwa mereka akan menyadari kesalahan mereka dan kembali
kepada cara hidup yang lebih baik.
Maka
dapat disimpulkan bahwa jemaat Korintus adalah gereja yang paling menyulitkan
Paulus, kedua surat ini kaya dalam ajaran untuk Gereja masa kini. Mereka
memberi kita pengajaran praktis tentang bagaimana hidup dalam lingkungan yang
bermusuhan dan bagaimana gereja harus mendisiplin anggotanya serta mengatur
kegiatannya. Mereka juga memberi kita wawasan langka tentang bagaimana rasul
Paulus mengatasi tentangan, dan karena mereka menyediakan suatu model istimewa
untuk diikuti oleh para hamba Tuhan, dimana pun mereka melayani dan siapapun
penentang mereka.
Surat Galatia
Surat
Paulus kepada jemaat Galatia cenderung membagi manusia ke dalam dua kelompok.
Ada yang berpikir mereka yang berpikir tinggi tentangnya dan mereka yang tidak
demikian.
Sementara
orang Kristen yang berpengaruh di masa lampau telah sangat positif tentang
Galatia. Luther berkata ini adalah buku terbaik dalam Alkitab. Bahkan dia
menyatakan bahwa surat Galatia adalah surat kesukaannya. Tetapi banyak orang
juga yang tidak menyukainya. Surat Galatia dijuluki surat kiriman penyaliban dan
rimba belukar. Sebagian lagi mengatakan bahwa setiap kalimatnya mengandung
halilintar. Berikt ini adalah lima alasan mengapa banyak yang tidak menyukai
surat Galatia ini:
1.
Surat ini
terlalu emosional.
2.
Surat ini
terlalu pribadi.
3.
Surat ini
terlalu intelektual
4.
Surat ini
terlalu spiritual.
5.
Surat ini
terlalu kontroversial.
Demikianlah kelima alasan tersebut yang membuat
banyak orang untuk tidak menyukai surat Galatia, tulisan Paulus tersebut.
Surat Roma
Cara
terbaik mempelajari Alkitab adalah kitab per kitab. Alkitab adalah keputusan
kitab-kitab, dan dengan demikian setiap kitab dari kepustakaan ini perlu
dilihat sebagai unit tersendiri, dengan oengarangnya sendiri, periode waktunya
sendiri, jenis sastranya sendiri, dan ditulis untuk sidang pembaca tertentu. Perhatian
kepada hal ini menolong banyak orang yang mempelajari Surat Roma yang lupa
bahwa ini adalah surat, sehingga mereka gagal bertanya jenis pertanyaan yang
akan membuka arti dan tujuannya.
Meski
surat sangat mahal dan sukar mengirimnya dalam zaman Romawi, sekitar 14,000
surat telah ditemukan leh para arkeolog dari periode ini. sebuah surat biasanya
terdiri dari antara 20 sampai 200 kata, yang panjangnya sebagian ditentukan
oleh fakta bahwa surat dibawa dan disampaikan oleh orang yang sama, jadi
beratnya berpengaruh. Surat yang lebih panjang jarang ada. Surat paling panjang
dari Cicero adalah 2,500 kata, dan surat Seneca yang 4,000 kata adalah catatan
segala masa. Rata-rata surat Paulus adalah 1,3000 kata, tetapi suratnya untuk
jemaat di Roma ini lebih dari 7,000 kata, suratnya yang paling panjang. Bahkan
ini yang paling panjang yang kita punya dari dunia purba.
Meski
banyak yang telah membayangkan bahwa Surat Roma adalah karya teologis yang jauh
dari kegiatan misionaris Paulus, analisis menunjukan bahwa surat ini sangat
praktis. Dalam menjawab pertanyaan menjengkelkan disekitar keesaan Gereja,
surat ini menyediakan wawasan tentang bagaimana Gereja harus tumbuh dari
akar-akar Yahudinya, sambal pada saat sama menyediakan penjernihan tentang
isu-isu kunci tentang iman bagi umat Tuhan dalam setiap generasi. Dalam keadaan
sedemikian ini adalah maha karya pemikiran logis dan jelas banyak orang merasa
bahwa ini adalah tulisan Paulus paling
bagus. Banyak orang Kristen yang menghafal Surat Roma, ia telah diperlakukan
sedemikian pentingnya. Karenanya ini adalah kitab kunci untuk setiap orang
percaya boleh memahaminya
Surat Kolose
Ketika
Paulus tidak sanggup mengunjungi gereja-gereja umumnya ia akan menulis surat.
Pada berbagai kesempatan, ia akan mendengar tentang suatu situasi tetapi tidak
dapat meninggalkan pekerjaannya untuk memberikan perhatian pada situs itu.
Menjelang akhir pelayanannya menulis surat menjadi satu-satunya cara ia
berkomunikasi, sebab ia lama berada dalam penjara, dua tahun di Kaisarea,
dirantai kepada seorang serdadu Romawi, tetapi ia dapat menerima pengunjung,
dan melalui kunjungan seorang bernama Epafras yang menuliskan baginya surat
kepada jemaat Kolose.
Paulus
menulis tiga jenis surat: kepada perseorangan, diketahui dalam Alkitab dengan
perseorangan; surat yang ditulis sewaktu-waktu untuk menyorot situasi tertentu
dalam sebuah gereja; dan surat umum yang untuk diedarkan secara umum dan tidak
mengurus masalah tertentu. Ketika Paulus menulis Surat Kolose, termasuk surat
yang ditulis sewaktu-waktu, ia juga menulis sebuah surat perseorangan kepada
Filemon, dan surat umum yang dikenal sebagai Surat Efesus, meski surat itu
ditujukan untuk dipakai di sejumlah gereja. Mereka dikirim pada saat yang sama
dan dikirim melalui pembawa surat yang sama, Tikhikus, ke wilayah yang sama.
Sebagaimana sudah kita lihat, surat-surat Paulus mengikuti pola yang berlaku
umum dalam dunia Yunani purba. Surat dimulai dengan nama pengirim, kemudian alamat
penerima, lalu salam, kemudian pujian, lalu isi surat lalu kesimpulan, kemudian
salam penutup dan akhirnya tanda tangan. Tetapi kendati disertai kesimpulan,
ciri yang menjamin bahwa surat itu bersifat sewaktu-waktu tidak selalu langsung
terlihat jelas. Itu seperti mendengarkan ke satu sisi percakapan telepon. Kita
perlu membaca baris-baris antaranya untuk mengerti mengapa surat itu ditulis.
Surat Efesus
Surat
Paulus kepada jemaat di Efesus hampir pasti ditulis pada saat sama seperti
suratnya untuk jemaat di Kolose. Ada beberapa alasan mengapa demikian.
Pertama,
tema dalam Surat Efesus sama dengan tema di Surat Kolose sampai ada usul bahwa
Efesus memodel Surat Kolose. Surat Kolose ditulis sebagai perlawanan terhadap
sinkretisme dan memberikan uraian jelas tentang kepercayaan dan perilaku
Kristen. Surat Efesus juga meliputi wilayah yang sama. Dalam kedua surat ini
Gereja digambarkan sebagai tubuh, hubungan kekeluargaan disorot dengan
pemilihan kata yang sama, dan pokok tentang perbudakan pun sama disoroti.
Kedua,
Paulus berkata ia ingin surat kepada jemaat Kolose dibacakan tidak saja di
Kolose tetapi juga di Laodikea dan Hierapolis, dua gereja lagi di lembah Likus,
dan ini mengusulkan bahwa masalah yang ia soroti juga terjadi di sana.
Mengingat Efesus hanya sekitar 200 km jauhnya dari sana, bukan tidak beralasan
mengharapkan bahwa masalah sama mungkin memengaruhi gereja di sana juga,
khususnya karena Surat Efesus ditulis sebagai umum, tidak secara khusus untuk
surat Efesus. Ungkapan Di Efesus tidak terdapat di beberapa naskah awal.
Tambahan,
kurangnya salam pribadi dalam Surat Efesus mengherankan jika surat ini
ditujukan khusus pada gereja di Efesus, sebab Paulus pernah tinggal dua tahun
di sana dan pasti akan menyebutkan nama-nama orang, sebagaimana yang ia buat
dalam surat lainnya. Tetapi, sesudah mencatat kesamaan dengan Surat Kolose,
kita juga harus menyadari bahwa Surat Efesus berbeda dari surat-surat Paulus
lainnya sebab surat ini tidak begitu didominasi oleh perhatian kepada
pembacanya. Dalam surat umam semacam ini, Paulus tidak mengurusi ajaran sesat
tertentu sebagaimana dalam surat-suratnya yang lain, juga tidak mengurus
masalah atau pertanyaan tertentu.
Surat Filipi
Penulis
melihat bahwa tekanan utama surat ini bukan pada apa yang Tuhan lakukan dalam
orang percaya tetapi pada apa yang orang percaya perlu lakukan sebagai
responnya. Banyak janji dalam surat ini bersyarat, dan jelas bahwa kita harus
melakkan bagian kita.
Ketiadaan
konflik dan kehangatan hubungan membuat surat Filipi merupakan surat yang
paling menyenangkan untuk dibaca di antara surat Paulus lainnya, dan dengan
perkecualian sejumlah kecil nas, ini merupakan yang paling mudah dimengerti.
Dari semua surat, ini memberikan wawasan paling jelas ke dalam tingkat
kerekanan yang telah terjadi dalam pelayanan Paulus, kerekanan yang tidak saja
merupakan kesaksian menarik untuk dunia tetapi yang menopang Paulus sendiri
dalam saat ia mengalami kebutuhan. Pada saat sama, jelas disini Paulus yang
sepenuhnya merasa cukup, kendati kondisi yang sedang ia tanggung. Ia cukup
dengan segala sesuatu kecuali dirinya! Ia tahu bahwa ia dapat memperoleh
kekuatan dari Tuhan, dank arena itu ia mendorong para pembacanya untuk
melakukan yang sama. Ia tekun mengingatkan mereka turut bersukacita bersama
dia.
Surat Filemon
Surat
Filemon mengajarkan bahwa prilaku kita terhadap orang lain harus didasari pad
acara Tuhan telah memperlakukan kita. Kita mesti menerima sebagaimana kita
diterima, mengampuni sebagaimana kita diampuni, memperhatikan kemurahan
sebagaimana kita telah menerima kemurahan, mengasihi sebagaimana kita telah
dikasihi. Jika kita tidak melakukan ini, itu berarti kita mendemonstrasikan
bahwa kita tidak sungguh-sungguh menerti anugerah Tuhan (lihat perumpamaan
tentang hamba yang tidak mengampuni).
Paulus
meperhatikan di sini bahwa keselamatan pribadinya dalam Kristus menjadi cara ia
memilih bagaimana ia harus hidup. Semua yang Kristus lakukan untuk dia, kini ia
lakukan kepada orang lain. Ini sebuah teladan indah tentang ‘kerjakan/wujudkan
keselamatan mu.
Surat
Penggembalaan
Surat
Paulus kepada Timotius dan Titus cenderung dilihat bersama karena dua alasan
berbeda. Di satu pihak, surat-surat ini berbeda dari surat lain yang Paulus
tulis, sedangkan di pihak lain, ketiga surat ini memiliki kesamaan satu dengan
yang lainnya. Maka para penafsir secara teratur memperlakukan ketiganya
sekaligus. Seperti akan kita lihat, ini membuat kesan menonjol, meski
pengandaian yang dibuat para sarjana tidak selalu benar. Surat-surat
pengembalaan ini menonjol sebab dengan satu-satunya perkecualian surat Filemon,
surat Paulus ditujukan kepada gereja-gereja, dan juga meski bukan tanpa
penjelasan teologis, surat-surat itu terutamanya bersifat praktis. Kebanyakan
dari suratnya berfokus pada doktrinal, dengan siu-isu praktis ini nasihat
praktis diberikan di keseluruhan suratnya. Paulus memberikan komentar singkat
tentang sejumlah isu, sambal menahan diri dari pembahasan yang telah ia berikan
dengan lebih rinci dalam surat-suratnya yang lain.
0 Comments