Identifikasi Buku
Judul buku :
New Testament Exegesis
Tahun Terbit :
2011
Penerbit :
Literatur SAAT
Jumlah Halaman : 223
RINGKASAN
Eksegesis adalah kata yang dipakai dalam penyelidikan yang bersifat sejarah kedalam makna teks Alkitab. Hal ini perlu dilakukan karena Alkitab memiliki “penulis-penulis” dan pembaca-pembacanya," para penulis bermaksud agar para pembacanya mengerti apa yang telah ditulis. Jarak waktu antara penulis hingga saat ini tentu sangatlah jauh sehingga terjadi gap yang harus dipecahkan. Dengan eksegesis inilah membantu para pembaca sekarang ini dapat memahami. Istilah yang lebih luas untuk ilmu penafsiran, secara historis, yang mencakup eksegetis disebut hermeneutika. Namun karena istilah hermeneutika lebih menyoroti pada masalah arti sebagai suatu keberadaan yang nyata, yakni apa makna yang terkandung dalam teks suci tersebut berasal dari suatu zaman kuno tertentu bagi kita sekarang, dengan demikian penggunaan istilah hermeneutika pada arti yang lebih sempit yaitu “arti masa kini” atau “aplikasi”
Langkah unutk melakukan eksegesis dan menulis suatu
karya eksegesis, sebagian ditentukan oleh alasan-alasan seseorang memilih
sebuah teks yang khusus. Pada dasarnya, ada tiga alasan seperti:
1.
Sebagai suatu
cara berkarya untuk menerobos kitab dalam Alkitab;
2.
Sebagai suatu
usaha untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang amat dikenal sebagai sebuah crux (hal yang terpenting), atau bagian
yang bermasalah (1 Kor. 7:14; 15:29; dst).
3.
Sebagai
persiapan untuk khotbah minggu atau pelajaran, atau perhatian yang berhubungan
dengan masalah penggembalaan.
Melakukan eksegesis merupakan tugas semua pelayan
gereja, dengan demikian seharusnya para pelayan gereha mau belajar melakukan
eksegesis atas seluruh kitab, bukan hanya untuk pengajaran yang bersifat
sementara atau hanya maksud berkhotbah tetapi juga untuk membuat sebuah waduk
yang dalam bagi bahan-bahan Alkitab demi memberikan informasi untuk keseluruhan
pelayanan mereka.
Perjanjian baru ditulis atas empat genre seperti:
1.
Bagian yang
paling banyak yaitu surat-surat, terdiri dari paragraph-paragraf argumentasi
atau nasihat. Disini seorang ekseget harus memperhatikan, lebih dari yang lainnya,
untuk mencari alur argumentasi penulis supaya dapat memahami tiap kalimat dan
paragraph.
2.
Kitab-kitab
Injil terdiri atas perikop-perikop, unit-unit mandiri dari cerita atau
pengajaran, yang berbeda-beda jenisnya dengan ciri-ciri formal yang berbeda-beda,
dan yang telah ditetapkan di dalam konteksnya oleh para penginjil.
3.
Kisah Para Rasul
pada dasarnya berupa suatu rangkaian yang berkaitan dengan cerita-cerita
singkat yang membentuk seluruh cerita yang diselingi oleh pidato-pidato.
4.
Kitab Wahyu pada
dasarnya adalah suatu rangkaian dari penglihatan-penglihatan yang dibentuk
secara hati-hati, dijalin bersama untuk membentuk suatu cerita apokaliptik
(penyingkapan) yang lengkap.
Kunci untuk eksegesis yang baik adalah kemampuan
untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat mengenai teks supaya
mendapatkan pengertian yang dimaksud oleh penulis teks tersebut.
Pasal-pasal berikut ini akan membimbing kita
melewati masing-masing langkah. Dalam beberapa hal, diperlukan membaca secara
luas supaya memahami ciri-ciri khas sifat dari langkah tersebut.
A.
Langkah-langkah Awal untuk semua Tipe Sastra (Genre)
1.
Selidiki konteks
sejarah secara umum
2.
Tegaskan
batasan-batasan teks.
3.
Jadilah akrab
dengan paragraf/perikop anda.
4.
Analisa
susunan-susunan kalimat dan hubungan-hubungan sintaksinya.
5.
Membangun teks.
6.
Analisa tata
bahasa.
7.
Analisa
kata-kata penting.
8.
Selidiki latar
belakang sejarah-budaya.
B.
Pertimbangan-pertimbangan Khusus untuk Tipe Sastra
(Genre) yang berbeda
9.
(S) Tentukan
sifat formal dari surat; (I) Tentukan sifat formal dari perikop atau ucapan; (W)
Pahamilah sifat formal kitab Wahyu, tentukan penggunaan gambar itu sekarang,
pandanglahpenglihatan secara keseluruhan.
10. (S) Periksalah konteks sejarah dalam kekhususannya;
(I) Analisalah perikop dalam Injil sinopsis; (K) Selidiki persoalan-persoalan
sejarah; (W) Tentukan konteks sejarah.
11. (S) Tentukan konteks sastra; (I) Analisis perikop
dalam konteks naratif; (K) tentukan konteks sastra; (W) tentukan konteks
sastra.
12. Pertimbangkan konteks Teologi dan Alkitab secara
luas.
13. Kumpulkan kepustakaan dari sumber-sumber tambahan
dan bacalah secara luas, bandingkan dan sesuaikan, terapkan penemuan-penemuan
dalam karya Anda, ketahuilah kapan mengutip, ketahuilah penggunaan-penggunaan
keterangan.
14. Siapkan terjamahan akhir.
15. Tulislah karya Anda.
EKSEGESIS DAN
TEKS ASLI
Pasal ini berisi bermacam-macam pertolongan untuk
eksegesis yang harus dilakukan dalam berbagai tempat dalam tahap yang
digambarkan pada pasal 1. Ada dua maksud mengapa melakukan ini dalam pasal
kedua: (1) untuk menghindarkan mahasiswa yang melakukan eksegesis terhenti
dengan semua detail di dalam Pasal 1. (2) menyajikan suatu pendekatan sesungguhnya
tentang “bagaimana melakukan” kompenen-kompenen ini- bagiamana membaca apartus
teks Yunani, bagaimana mendapatkan kemungkinan terbaik dari dalam Kamus BDAG,
dan seterusnya.
ANALISA SUSUNAN
KALIMAT
Tujuan dari langkah 4 dalam proses eksegesis adalah
untuk membantu melihat susunan-susunan paragraf dan aliran argumentasinya,
disamping itu juga memaksa kita untuk membuat beberapa keputusan awal tata
bahasa (mengenai permasalahan tata bahasa dan bagaimana sintaksis dilibatkan). Apa yang ada setelah ini adalah gambaran
besar, hubungan-hubungan sintaksis dari
berbagai kata dan kelompok-kelompok kata. Sehingga pada akhirnya, apapun yang
dilakukan haruslah dapat dilakukan dan berguna bagi kita.
Mulailah dengan
subjek, predikat dan objek
Sering kali amat membantu bila dari ujung sebelah
kiri atas subyek (jika dinyatakan) dan predikat dari anak kalimat utama berama
dengan obyek (atau predikat benda).
Subordinasi
dengan insidensi
Orang- dapat menaruh kebawah (subordinasi) melalui
indensasi semua kata-kata yang berfungsi menerangkan (misalnya, kata-kata
keterangan, ungkapan-ungkapan kata depan [termasuk paling banyak kasus
kepemilikan/genetif], ungkapan-ungkapan kata kerja yang berfungsi sebagai kata
sifat (partisip), dan anak-anak kalimat keterangan lainnya), anak-anak kalimat
sifat, dan anak-anak kalimat benda, semuanya lebih tepat ditempatkan di bawah
kata atau kelompok kata yang sedang ditunjukan/sedang diubahnya.
Pisahkanlah tanda-tanda
susunan
Ini adalah langkah yang sangat penting, sebab banyak
keputusan-keputusan sintaksis-tata bahasa yang penting harus dibuat. Semua
tanda-tanda susunan (misalnya: kata-kata ganti penunjuk) harus dipisahkan entah
di atas atau di sebelah kira, dan diperjelas dengan tanda garis bawah, sehingga
dapat ditarik garis-garis dari (mialnya) kata penghubung kepadan kata yang
mengawalinya atau kelompok kata yang ia hubungkan atau yang ada di bawahnya
(sub-ordinasi).
Berikan tanda
warna pada kata-kata dan motif-motif yang muncul berulang kali
Hal ini bertujuan untuk mencari tema-tema atau
ide-ide penting dalam aliran argumentasinya.
MEMBANGUN TEKS
Bagian ini mebutuhkan penyelidikan berkaitan dengan
persoalan teks asli, seperti teks manuskrip yang paling mirip mewakili
kata-kata sebenernya dari penulisan asli. Bagian ini bertujuan untuk membantu
mempelajari cara membuat keputusan-keputusan demikian. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam membangun teks seperti:
1.
Pelajari dengan
seksama konsep-konsep dasar tentang penyelidikan teks PB.
2.
Siapkan
varian-varian teks bersama dengan bukti pendukungnya.
3.
Menilai
masing-masing varian melalui kriteria penilaian bukti eksternal.
4.
Menilai
masing-masing varian atas dasar gaya penulisan dan perbendaharaan kata dari penulis.
5.
Menilai
masing-masing varian kriteria-kriteria kemungkinan transkripsional.
ANALISA TATA
BAHASA
Tata bahasa berkaitan dengan semua unsur-unsur dasar
bagi pemahaman hubungan-hubungan kata-kata dan kelompok-kelompok kata dalam
sebuah bahasa. Tata bahasa terdiri dari morfologi (analisis sistematis dari
golongan-golongan dan susunan-susunan kata –- infleksi-infleksi dari kata-kata
benda, konjungsi-konjungsi dari kata kerja, dsb.) dan sintaksis
(penyusunan-penyusunan dan hubungan-hubungan antar kata-kata dalam
kerangka-kerangka yang lebih besar.
Bagian ini ditulis untuk konsep mereka yang pemula dalam
bahasa Yunani atau mereka yang merasa akrab dengan unsur-unsur dasar tata
bahasa Yunani, namun yang masih tetap dibingungkan oleh banyak istilah dan
banyak nuansa. Dengan demikian, langkah-langkah yang diusulkan di sini dimulai
pada tingkat dasar dan bertujuan untuk membantu kita dalam menggunakan
alat-alat pembantu, lalu akhirnya mengarahkan kemampuan kita untuk memisahkan
antara yang penting dan yang tidak penting. Berikut ada hal yang harus
diperhatikan saat menganalisa tata bahasa seperti:
1.
Menyajikan
informasi tata bahasa untuk kata-kata di dalam teks pada sebuah lembaran
informasi tata bahasa.
2.
Membiasakan diri
dengan beberapa tata bahasa dasar dan alat-alat bantu tata bahasa lainnya.
3.
Memisahkan
kata-kata dan anak-anak kalimat yang membutuhkan keputusan tata bahasa antara
dua atau tiga pilihan.
4.
Menetapkan
keputusan-keputusan tata bahasa.
ANALISIS
KATA-KATA
Kata-kata merupakan bangunan dasar bagi penyampaian
makna. Dalam eksegesis khususnya, penting untuk mengingat fungsi kata-kata dalam
suatu konteks. Dengan demikian walaupun ada kata
yang memiliki rentang arti yang
dangkal atau luas, tujuan pembelajaran kata dalam eksegesis adalah mencoba
memahami setepat mungkin apa yang sedang disampaikan penulis dengan menggunakan
kata tertentu. Tujuan dari bagian ini
yaitu untuk membantu kita belajar memisahkan kata-kata yang membutuhkan
penyelidikan khusus, untuk membantu kita secara lebih baik dan tepat guna memakai
dua alat dasar dalam penyelidikan kata untuk PB. Sebelum meneruskan
langkah-langkah ini, ada 2 hal yang perlu diperhatikan. Pertama, hindari bahaya
untuk menjadi “senang aka nasal kata.” Kedua, hindari bahaya analisis
berlebihan.
Pemahaman tepat pada banyak bagian akan bergantung
pada analisis yang cermat mengenai kata-kata. Analisis serupa ini terdiri dari
tiga langkah.
1.
Memisahkan
kata-kata penting dalam teks yang membutuhkan penyelidikan khusus.
2.
Membangun
rentang arti bagi sebuah kata penting dalam konteksnya sekarang ini.
3.
Menganalisis
konteks dengan cermat untuk menetapkan rentang arti yang paling mungkin dalam
bagian yang sedang dieksegesis.
LATAR BELAKANG
SEJARAH BUDAYA
Sifat dasar Alkitab menuntut seorang ekseget
memiliki beberapa keterampilan dalam menyelidiki latar belakang sejarah-budaya
dari teks PB. Bagaimanapun, PB tidak datang dalam bentuk ungkapan, pernyataan
yang padat dan ringkas tentang sikap hidup atau kebenaran umum. Tanpa batas
waktu; setiap teks ditulis dalam kerangka waktu atau ruang yang ada pada abad
pertama. Sesungguhnya, para penulis PB merasa tidak perlu menjelaskan
praduga-praduga budaya umum bagi mereka sendiri dan bagi para pembaca. Hanya
adat kebiasaan lokal yang tidak dipahami dalam konteks luas, akan diberikan
penjelasan tambahan (contohnya Mrk. 7:3-4); namun contoh-contoh ini jarang.
Ada beberapa persoalan yang ekseget modern hadapi.
Pertama, kita juga memiliki sejumlah asumsi-asumsi sejarah sosial-budaya, yang
tanpa sengaja menyebabkan gagasan-gagasan dan adat kebiasaan kita berjalan
mudur ke dalam zaman abad pertama. Sehingga salaj satu dari kesulitan-kesulitan
yang ada bergantung pada kesadaran kita akan apa yang perlu diselidiki, untuk
mengatasi asumsi apa yang sedang dikatakan penulis-penulis PB.
Kedua berkaitan dengan luasnya tugas penyelidikan
dan kurangnya bahan-bahan yang bisa didapatkan. Tetapi sekalipun apa yang
tersedia berada jauh diluar jangkauan kita; kita bergantung pada orang lain
untuk melakukannya, dan mereka menjadi penafsiran-penafsiran data.
Ketiga, bagian yang rumit mengenai isu ini adalah,
pada satu sisi, kita perlu membaca secara luas pokok-pokok yang lebih besar
tentang sejarah sosiologi-budaya yang berakibat pada para komunitas orang
Kristen mula-mula, sementara itu pada sisi yang lain, ada hal-hal khusus yang
berhubungan dengan paragraph yang sedang dieksegesis yang memerlukan
investigasi.
Ada beberapa yang harus diperhatikan saat ekseget
mencari data mengenai sejarah-budaya.
1.
Sadarilah
berbagai sumber yang merupakan jalan masuk ke dalam “dunia” PB.
2.
Perhatikan
studi-studi khusus tentang sosiologis-budaya.
3.
Perhatikan
penggunaan PL dan PB (termasuk intertekstualitas).
4.
Menentukan beberapa
bimbingan untuk penerapan bagi teks-teks khusus.
5.
Evaluasi
pentingnya data latar belakang untuk memahami teks.
ANALISA PERIKOP
Penyelidikan perkataan atau cerita dalam Injil yang
ada terdiri dari tiga pernyataan dasar, yaitu: Pertama, pemilihan apakah ada
signifikansi yang nyata dari perkataan atau yang ditemukan dalam Injil yang
sedang dieksegesis. Kedua, penyesuaian apakah ada perbedaan-perbedaan dalam
bahasa atau urutan kata antar Injil tersebut dengan Injil yang lain, yang
disignifikan dalam makna perikop tersebut dalam Injil yang sedang dieksegesis.
Ketiga, penyusunan apakah signifikan bagi ketetapan pemuatannya di tempat ini
(pertanyaan mengenai konteks sastra di tempat ini). Dengan demikian ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menganalisa perikop.
1.
Pilih sebuah
sinopsis.
2.
Tempatkan teks
dalam sinopsis.
3.
Pisahkan
persesuaian dan perbedaan-perbedaan dalam kata-kata di antara perikop tersebut
dan paralel sinopsisnya.
4.
Tetapkan jenis
dari tradisi-tradisi perikop yang tampak.
5.
Selidiki urutan
perikop dalam Injil yang sedang dieksegesis.
6.
Ditetapkan
apakah penyesuaian perikop dari Injil tesebut adalah penting bagi penafsiran
teks yang dipilih.
7.
Pikirkan kembali
tempat perikop dalam konteks kesusastraannya sekarang ini dalam Injil tersebut.
BIMBINGAN
SINGKAT UNTUK EKSEGESIS KHOTBAH
Jika persiapan khotbah tidak melibatkan penulisan
satu atau dua karya eksegesis dalam tiap minggunya, hal ini merupakan suatu
keberuntungan bagi seorang pengkhotbah. Namun, banyak pelayan gerejawi yang
sudah mengecap pendidikan teologi, yang tentunya telah belajar untuk menulis
karya-karya eksegesis, tidak terlatih sama baiknya untuk menerapkan semua
kemahiran eksegesis itu untuk tugas yang lebih umum dalam mempersiapkan sebuah
khotbah.
Eksegesis dalam mempersiapkan khotbah tidak berbeda
jenis dari apa yang di minta dalam penulisan sebuah karya eksegesis, namun
berbeda dakam tuntutan waktu dan tujuannya. Oleh karena itu, pasal ini adalah
versi campuran dari panduan penuh yang digunakan untuk karya-karya eksegesis,
yang digariskan dalam Pasal I dan II.
Tugas Eksegesis
Definisi
khotbah alkitabiah PB adalah sebuah tugas yang mengemban perjumpaan antara
manusia pada abad ini dengan Firman Allah yang disampaikan mula-mula pada abad
pertama. Tugas eksegesis adalah menemukan firman itu dan artinya dalam gereja
abad pertama; tugas berkhotbah adalah untuk mengenal dengan baik eksegesis teks
dan orang-orang yang kepadanya firman itu sekarang akan disampaikan lagi,
sebagai firman hidup bagi mereka.
Tempat
memulai sesungguhnya dimulai dari memili sebuah teks. Ada dua hal yang harus
diperhatikan dalam memilih teks. Pertama, kita sedang menyelidiki teks Alkitab
lalu kemudian mengetahui kebutuhan untuk menerapkan bagian itu kepada jemaat.
Kedua, kita mengetahui sebuah kebutuhan tertentu di antara jemaat dan kita
datang kepada Alkitab untuk mencari sebuah firman yang akan disampaikan demi kebutuhan
khotbah tersebut. Garis besar yang terkait itu mengasumsikan pendekatan
pertama, yaitu, teks Alkitab itu sendiri yang menetapkan arah dari khotbah
kita. Adapun yang harus diperhatikan saat mengeksegesis untuk berkhotbah
sebagai berikut
Persiapan Awal
1.
Bacalah konteks
yang lebih luas
Seorang pengkhotbah
tidak perlu kawatir ketika menghadapi teks yang mungkin sulit untuk mendapatkan
maknanya. Ketika kita mendapatkan kesan umum mengenai di mana teks itu cocok
dalam kitab yang mau dikhotbahkan. Ingatlah selalu bahwa teks itu hanyalah
sebagian kecil dari keseluruhan teks dan penulis Alkitab tidak pernah bermaksud
atau melihat teks itu berdiri sendiri terlepas dari bagian lainnya dari apa
yang sedang dia lakukan.
Dengan demikian
seharusnya pengkhotbah secara teratur mempraktikan untuk membaca teks dalam
konteksnya yang lebih luas, dan membacanya berulang kali, mungkin bisa
dilakukan dengan terjemahan yang berbeda.
Jikalau yang dieksegesis surat-surat yang pendek, maka cobalah untuk membaca
keseluruhan surat tersebut, pikirkan dengan cermat mengenai argumentasi penulis
dan bagaimana teks itu cocok di dalamnya. Namun jikalau suratnya panjang,
solusi terbaik adalah membaca berulang kali bagian yang di dalamnya argumentasi
itu ditemukan (misalnya 1 Pet. 1:1-3:12 atau 22). Jikalau sedang berurusan
dengan Injil, pilihlah sebuah bagian logis lebih besar sebagai konteksnya
(misalnya, Mrk 8:27-10:16).
2.
Bacalah Teks
berulang kali
Dalam pembacaan ini,
berbeda dari sebelumnya. Kali ini pengkhotbah harus berusaha untuk mendapatkan
isi mendasar dari teks tersebut. Caranya baca teks dengan bersuara. Cobalah
untuk merasakannya sebagai satu unit yang menyampaikan firman Allah kepada kita
dan jemaat. Agar lebih mendalam, coba juga untuk membaca terjemahan dari
beberapa bahasa sehingga inti teks didapatkan.
Seorang pengkhotbah
harus berhati-hati juga dalam menghadapi kemungkinan bahwa akan dibutuhkan
penyesuaian berkenaaan dengan batasan-batasan teks kita, karena pembagian pasal
dan ayat yang kita miliki sekarang ini adalah tambahan pada teks aslinya dan
tidak selalu dipercayai. Periksalah beberapa ayat sebelum teks tersebut dimulai
dan dilakukan juga untuk beberapa ayat setelah teks itu berakhir.
3.
Buatlah
terjemahan sendiri
Belajar melakukan hal
ini sekalipun pengetahuan bahasa Yunani kita lemah atau tidak aktif. Untuk
tugas ini, gunakan salah satu dari alat-alat bantu seperti BibbleWork8. Kita
dapat dengan mudah memeriksanya, bila perlu melalui salah satu
terjemahan-terjemahan modern yang baik.
4.
Kumpulkan daftar
pilihan
Dalam proses membuat
terjemahan, kita perlu memiliki sebuah daftar pilihan-pilihan-pilihan
penerjemahan yang bersifat tekstual, tata bahasa atau gaya
penulisan/linguistik. Daftar ini tidak perlu panjang: hanya pokok-pokok penting
yang harus dimasukkan.
5.
Menyelidiki
susunan kalimat
Cara lebih lanjut
melihat teks dalam bentuk awalnya juga dapat memberkan nilai yang besar. Adalah
penting untuk tidak hanya menyadari detail-detail yang perlu diselidiki, tetapi
juga memiliki pemahamannya yang baik mengenai susunan-susunan teks dan alur
argumentasinya.
6.
Mulailah dengan
menggunakan daftar naskah khotbah
Dengan cara yang sama
seperti ketika mengumpulkan daftar pilihan yang disebut dalam pembahasan no 4
diatas, siapkan sebuah kertas untuk mencatat pengamatan-pengamatan dari usaha
eksegesis mengenai teks yang dirasa akan berguna untuk disebutkan dalam khotbah
kita.
Hal-hal mengenai
isi
Langkah-langkah dalam bagian ini berkaitan dengan
berbagai jenis detail yang menyusun isi dari teks kita yaitu mengenai apa-nya teks. Pada dasarnya,
pertanyaan-pertanyaan ini mencakup empat sisi, untuk teks apa pun dari PB yaitu
masalah teks, tata bahasa lingusitk, sejarah-budaya.
1.
Perhatikan
pokok-pokok teks yang penting.
2.
Perhatikan tata
bahasa yang tidak biasa, membingungkan, dan yang sama penting.
3.
Buatlah sebuah
daftar istilah-istilah penting.
4.
Lakukan penyelidikan
kecil mengenai istilah apapun yang penting.
5.
Selidiki
persoalan penting sejarah-budaya.
Persoalan-persoalan
Kontekstual
Menentukan
persoalan-persoalan isi hanyalah separuh dari tugas eksegesis. Sekarang, kita
harus memberikan perhatian khusus pada persoalan-persoalan sejarah dan konteks
kesusastraan. Konteks sejarah berkaitan dengan lingkungan sejarah secara umum
juga kejadian khusus dari dokumen. Konteks sastra berkaitan dengan bagaimana
teks cocok secara khusus dengan tempatnya dalam argumentasi atau cerita.
Literatur
Tambahan
Ini
merupakan kesimpulan dari tugas dasar kita atas teks itu. Dengan bantuan
beberapa alat bantu eksegesis, seharusnya kita merasa sudah memiliki pemahaman
yang baik tentang teks, baik dalam kekhususannya maupun tempatnya dalam
Alkitab. Kita hanya perlu meluangkan sedikit waktu untuk memeriksa beberapa
literatur tambahan.
Konteks
Alkitab-Teologi
Sebelum
beralih kepada beberapa perhatian mengenai penerapan, perlu memikirkan cara
bagaimana menghubungkan teks ini dengan Kitab Suci dan teologi Kristen.
Penerapan
Seharusnya
berpikir bersamaan mengenai bagaimana teks dan bagian-bagian lainnya itu bisa
diterapkan dalam kehidupan kita sendiri dan jemaaat. Tetapi kini kita perlu
fokus secara langsung kepada penerapan.
Luangkan waktu
untuk merenungkan teks dan berdoa
Berkhotbah
bukanlah sekedar urusan pikiran dan pembelajaran, tetapi juga urusan hati dan
doa. Ketika pikiran kita dipenuhi teks, kita juga harus menghidupkan teks itu
bagi diri kita sendiri. Dengan demikian bukanlah sekedar teori saja namun juga
ada praktek pribadi.
Mulailah dengan
satu maksud
Gambarkan
dalam daftar khotbah dan catatan-catatan lainnya yang sudah dibuat ketika
mengerjakan tugas eksegesis, duduklah dengan menetapkan pokok-pokok utama,
tujuan, respons.
0 Comments